#4 Writing Challenge: Places you want to visit
I actually have many list of places "Where to go", lol. But let me tell you some!
Aku beneran addict banget kalau
ngomongin ingin banget kemana. Karena satu dan lain hal, untuk ‘setidaknya’
memuaskan batin diri sendiri, ya salah satu jalan ninjanya adalah baca atau
nonton video tentang tempat itu. Ini tempat-tempat yang pingin aku datangi
(banget) terhitung sejak tiga tahun lalu.
1.
Maroko
Aku mulai mengidamkan banget
Maroko, semenjak tau siapa Ibnu Batutta dan kata-kata magisnya, “Traveling – it leaves you speechless, then turns you into a storyteller.” – Ibn Battuta.
Ajaib banget mungkin beberapa temen terdeketku bosen kali ya denger aku selalu
lebay kalau bilang pingin banget ke Maroko. Mungkin pencarianku belum
tajam-tajam banget, tapi semenjak baca artikel dari Aljazeera yang judulnya “Discovering
the spirit of Ramadan in Morocco” aku semakin tergila-gila, meskipun aku
tau cuaca Maroko ekstrem sekali sodara.
Tapi Tuhan memang Maha Baik, meskipun aku belum
punya kesempatan ke sana, aku didekatkan dengan segala hal yang berbau Maroko.
Di Italia dulu, aku Tommaso dan Papa Mama sering banget cerita tentang Maroko,
lalu bilang, “Morocco e bellissimo Nabiloski, banyak banget temen-temenku yang
kesana buat climbing.” Intinya Maroko ini disepakati sebagai negeri yang indah.
Sewaktu musim salju ada ritual menggelar karpet merah, unik banget pokoknya.
Sampai akhirnya aku sungguhan didekatkan dengan
sebuah keluarga Maroko, aku bisa bahagia setengah mati waktu Chaimaa, imigran
generasi kedua dari Maroko duduk di sampingku waktu pulang naik bis, pulang
dari sekolah di Italia dulu. Dia modis abis, fashion taste-nya bikin
geleng-geleng, manis sekali. Perlahan aku mulai dekat dan akhirnya bisa dating main
ke rumahnya yeay.
Ibunya Chaimaa nggak bisa bahasa italia, tapi
baik banget, dari ekspresinya penuh kehangatan. Waktu itu bulan Ramadan, beliau
nyapa dan meluk aku, “Ramadan Kareem Nabila!” sambil tersenyum lebar dan bicara
bahasa Arab. Chaimaa bantu aku terjemahin, selain Chaimaa dua kakaknya dia juga
baik banget. Sampai aku disuruh tidur di sana, Maryam si sulung udah nikah dan
suaminya orang Maroko. Dia terbilang cukup sering pulang ke Maroko,
“Nabila aku bakal seneng banget kalau kamu ke
Maroko, nanti aku temenin jalan-jalan.”
Selain itu yang buat aku jatuh cinta sama
Maroko adalah teh-nya!
Salah satu momen buka puasa paling seger dan
indah, meja penuh makanan khas Maroko manisan dan tehnya super banget, huhu. Ibu
Chaimaa bikin sendiri, dan Chaimaa langsung ngepraktekkin gimana cara minum dan
adat istimewa dituangnya teh Maroko dari tekonya, “Nabila kita punya budaya
minum teh ini. Coba kamu liat,” dia sambil nuangin tehnya penuh seni ke gelas
yang sepaket dan amat cantik.
Semenjak saat itu aku sungguhan mengidamkan teh
mint Maroko buatan Ibu Chaimaa yang akhirnya aku coba racik sendiri dan tanam
mint di rumah, ya walaupun nggak bisa seenak punya mereka, huhu. Pun aku masih
berdoa terus, semoga ada keajaiban dating dan tiba-tiba ada teko plus gelas
cantiknya di rumah (hehe).
So, please Morocco take me there!
Atau doakan ya sodara-sodara aku bisa dapetin
Ibnu Batutta Scholarship untuk kursus bahasa arab, rencananya setelah lulus
kuliah mau aku ambil. Sengaja banget ini searching sampai nemu ini beasiswa, aku
akan berusaha sekuat tenaga pokoknya, doakan ya!
Manis banget mereka, kata Baba Chaimaa, “Pulang
ke rumah ini Nabila kalau kamu ke Italia lagi.”
Mamma juga menghadiahi aku buku perjalanannya
Ibnu Batutta, karena setau itu kalau aku pingin ke Maroko, “Kalau kamu kesana,
aku dan Papa bakal nyusulin kamu ke sana pasti!”
2.
India
Hampir banget aku ke India
haha, tapi waktu itu aku belum pingin ke sana. Aku menolak ditempatkan di India
buat AFS, mimpiku kan ke Swiss, ke Eropa negara 4 musim tapi apalah daya Swiss
cost-nya termahal se- Eropa.
India jadi spesial karena Alice
Tormen sahabatku di Italia selepas pulang short-exchange sebulan ke India jadi
gila banget. Sering pakai pernak-pernik yang India banget ke sekolah. Bergaya mentel
ala anak-anak India. Kata guru english
literature-ku waktu di Italia. Alice nggak berhenti kasih aku rekomendasi film-film India atau sambil ketawa-ketiwi kita nyanyi, "Kuch kuch ho ta hai," Hahaha so fun darling I love youu <3
“Mereka yang ke India pasti
bisa culturized gila-gilaan dan ingin
terus kembali.”
Dan itu kenyataan, Irene
host-sisterku juga segila itu setelah pulang exchange dari India setahun. Kata
Mamma, dia bener-bener orang lain Nabila sewaktu pulang. Segala hal tentang
India melekat di Irene.
Karena dekat dengan mereka aku
jadi sungguhan ingin ke India.
Oktober dua tahun lalu, sampai aku rela pergi ke perpustakaan kota demi baca series traveler dari majalah National Geography “Pengembaraan Paling Berkesan” karena nggak bisa dipinjam. Dan itu juga tentang India! Sampai aku list sungguhan di madding sebelah ranjang, di kolom “Where to go”.
Percakapan manis dan terkenang
dalam ingatan juga sempat diucapkan Oase, sewaktu aku ke rumah sahabatnya, Lena
di South Tyrol Italy. Kami video-call an.
“Maybe we can travel India
together someday,” Oase said.
“OMG YESS!” sepakat aku dan
Lena mengamini, dan aku masih terus memimpikan ini sama Lena di sela-sela
obrolan kita via whatsApp.
I hope one day I could go and
stay there for long time… iri banget pas 2019 lalu Irene, Anna, dan Mamma pergi
ke India. Mari memimpikan Jaipur, Rajasthan, Punjab, Kashmir, lalumelompat ke Nepal, waaaaa
So, these are the two places I
want to go, it contains so many stories behind. Lets say aamiin together, I’ll
pray for you too! Where do you want to go dear?
Make a dream because the world
is as marvelous as you make it :)
Let yourself go,
Nabiladinta.
Temanggung, 4 Oktober 2020
0 komentar