Italian Bound (3) : Falling In Love with The Ground

Sebelum cerita ini menjadi usang ditelan banyak hari mendepan.




Di Minggu ini aku resmi dapet Residence Permit dari Pemerintah Italia. Setelah aku melunasi segala aturan kependudukan disini, izin buat tinggal 10 bulan. Jadi Mamma Linda yang super sabar anterin aku ke dua Kantor Polisi buat cap ini itu sekaligus finger print atau sidik jari which is hari itu aku sempurna kaya di terjang banyak penyakit, haha. Mulai sariawan bertumpuk, bibir kering, kulit wajah kering, kedinginan bertubi padahal matahari cerah. Dimaklumi yaa :)

Hal yang sangat wajar buat manusia yang baru berpindah dari beda benua, dari tanah khatulistiwa sampe di negeri Eropa ini. Sesehat-sehatnya di negara kita, kita tetep harus waspada karena penyesuaian tubuh buat cuaca pasti bakal terjadi kalo pindah ke tanah yang cuacanya beda drastis.

-



Aku merasakan kenyang hakiki habis itu, karena setelah belanja di supermarket jajan dan kebutuhan laen di siang bolong Mamma gorengin Jamur pake tepung ala nugget sama cheese gitu. Enaaa banget, aku menunggu masakan macem gini. Host family ku emang dabestt, aku banyak merasakan ketulusan sampai kita punya banyak kesamaan, suka banget sama alam. Satu hal yang ngga aku sangka lagi adalah, host family ku punya SCRATCH MAP atau TRAVEL MAP yang aku cari selama ini dan ngga ada di Indooo heiii.

"oh really Mamma and Papá have it ? Actually, I am looking for this Travel Map from long time and now you have it. Ohh, please you should Scratch it !"

"Yes, my brother gives me," said Mamma Linda

Jadilah malam itu juga aku bantu scratch pake koin, pisau macem-macem lah pokoknya negara-negara yang udah dikunjungi mereka. Mulai India, German, UK, Spanyol, Finlandia, Kazakhtan wuhh kehitungnya banyak tapi kalo di paparin di peta dunia masih sedikit, kata Mamma Linda, "That's why we don't want to scratch because we still have so much land that we didn't pass it"

Mbatin ini, apalagi aing. Slowly Bil,

Sampe Mamma nelpon sodaranya dimana beli itu. Aku liat produknya ternyata Made in UK langsung juga aku chat Izzy, John dan Nadeem barangkali mereka bisa bantu karena tinggal di UK hehe. And see, I'll tell you if I get it. Let's scratch and let yourself go dear.

What I actually did ? So much walk, just because host family ku ini manusia alam banget. Sukak sama gunung kaya melebihi suka sama apapun, ngga heran aku kaya tinggal di tengah gunung gini.



Suatu siang, aku di ajak JALAN KAKI ke Centro di Longarone, padahal aku kaya ngantuk banget tapi jalan kaki bukan hal yang asing sebenernya. Aku bayanginnya aku lewatin terowongan itu dan jalan yang super landai. Eee ternyata selalu ada jalan cepet, jadi aku jalan di atas terowongan. Beruntunglah kau nak, aku jadi bisa beli Gelato. I don't know, Gelato is kind of mood booster for me. Perhaps haha

Di hari Kamis-Jumat di minggu ini juga aku ikut penasaran super soal kabar organisasiku di Indonesia, IPM sedang Musyawarah Ranting, sebentar lagi purna. Tambah-tambah adek-adek LIM-ku which mean pengurus yang masih MTs kangenn banget katanya sama aku, sedihnya belum jadi video-call. Banyak doa, dan salam jauh dari sini semoga nanti aku juga melabuh dengan senyum teduh.


PUASA PERTAMA DI ITALY

This is not kind of hard thing kokk. Karena semangatnya aku buat ngga melewatkan masa puasa 9 dan 10 Muharram. Cuma aku belum ngebiasain puasa Senin dan Kamis disini. But, totally puasa di musim autumn ngga menguras lebih banyak tenaga dibanding di Indonesia. Sama aja kok, cuma lebih butuh siap perut kalo sahur ngga bisa sekenyang di Indo. Juga harus jadi alarm buat diri sendiri, karena pasti ngga bakal ada adzan disini kecuali lewat aplikasi Muslim Pro atau harus cek berkali waktu, karena waktu sholatnya berubahnya lumayan banyak menit setiap hari.

Di waktu 9 Muharram aku juga dipenuhi penasaran sama proses perubahan warna daun di musim gugur ini. Karena aku nunggu banget gunung di depan rumahku ini kok ngga secepet gunung lain berubahnya, daun di pohonnya maksudnya bukan gunungnya loh ya, haha. Tibalah penawaran Mamma Linda buat ngajak aku ke gunung lain yang aku lebih bisa ngerasain dan ngelihat dengan lebih dekat.

Longarone emang the real hutann dan gunung. Aku dibawa ke cagar alam, dimana aku bisa liat banyak sungai yang jernih banget dan deres, ikan-ikannya sampe keliatan dari jembatan. Disitu Mamma cerita kalo di gunung-gunung disini ada semacam rumah buat singgah di sepanjang jalan menuju puncak namanya "Rifugo" nah ada di salah satu puncak ada semacam hotel kecil namanya "Altavia" jadi kita bisa tinggal beberapa hari tanpa khawatir makan, air dsb. Dari bawah nanti ada tali penghubung panjang ke puncak buat kirim makanan.

Sambil bayangin andai di Indonesia masyarakatnya sebegini perhatiannya sama para pecinta alam. Setahun ini, aku bakal lebih dekat lagi sama alam sebelum akhirnya menuntaskan pendidikanku di Jogja, kota campur aduk kota-alam-desa-kampung.


MENDAKI DI PORDENONE, REGIONE DI FRIULI



Yes, bisa jadi setiap minggu aku hiking. Atau allt least jalan di gunung beberapa jam. Sampe aku ngga ngerti seberapa cintanya Papá Aurelio sama gunung. Aku ngga nyangka aja weekend yang aku kira bakal aku habisin di rumah sambil masak-masak sederhana.

Aku kira aku bakal di ajak hanya ke Bendungan Vajont yang gede banget, yang dulu pernah menghempas Longarone sampai mayatnya bertebaran dimana-mana. Ribuan manusia meninggal, nanti di post ku yang lain akan aku ceritakan. Gimana cerita ini bakal jadi cerita turun-temurun generasi ke generasi disini.

Ternyata,

Lagi-lagi dibawa jalan ke gunung. Agak salah kostum banget. Sukanya ngga berkabar kalo akhirnya menuju gunung ini Papá Mamma. Aku dibawa ke sebuah gunung yang menghubungkan dua perkampungan Via Cosa e Via Erto, menyisir gunung kiranya 2 jam lebih. Landai-naik-flat-menurun sampai hadir di arena bebatuan yang bawahnya, here we go :



Danau yang gede banget panjang diantara banyak gunung, dan maju sedikit lagi Comune di  Prodenone keliatan. Aku baru sadar ternyata ini udah di beda Provinze, tepatnya di Friuli. Bangunan rumah-nya kebanyakan berbahan kayu. Dulu, para laki-laki kebanyakan merantau ke luar negeri sampai luar benua juga sedang perempuan dan anaknya menetap. Beberapa abad yang lalu banyak juga orang-orang Greek yang dibawa kesini. Sampai ada sebuah bangunan gereja yang di dinding menuju kesana ada lukisan apa yang biasa dilakuin disini semasa Paskah.



Aku bisa lebih jelas lebih tersentuh liat bunga gunung Italy dan daun pepohonan yang mulai berguguran - menguning. Sampai suara rusa yang berkali kedengeran. Merinding kan jadinya, haha

Aku jarang, sedekat ini dengan alam.

Yang muda gini masih kalah kuat dibanding host-parents ku yang menuju kepala 6. Maluu banget anyway :(( .  But, one day I will be very strong InsyaAllah.

Begitulah weekend-ku , di dekatkan dengan gunung. Takdir anak ndeso Temanggung kelempar juga ke ndeso di Italy yaaah begini.

Live your life. Life is a movie, let yourself go.


Belluno Italy

Nabiladinta.
11 Oktober 2017





0 komentar