ITS REAL ITALY

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti
Yang pergi, akan kembali




Malam menuju dini hari itu perjalanan besar oleh 19 manusia muda sedang akan dimulai. Apapun yang terjadi di dunia ini selalu berseberangan dengan dua hal, membahagiakan dan menyedihkan. Membahagiakan bercampur aduk bagi yang akan pergi, kalut dan takut tidak bersapa lama bagi yang ditinggal. Kalau kata pepatah bijak, yang ditinggal selalu saja lebih sulit dari yang pergi karena yang pergi akan menemui hidup baru, orang baru dan segala yang baru sedangkan yang ditinggal tetap berkutat dengan kehidupan itu.

Ciyaaa , agak panjang ya prolognya haha.

Karena saat itu, mix feeling pasti terjadi. Aku yang harus menempuh perjalanan darat ditemani Ibu dan adek-adekku menuju Jogja dan di bandara yang aku temui adalah orang-orang yang aku sayangi tanpa tapi. Sebongkah pamit yang penuh arti, membuatku kelimpungan sana-sini karena semuanya terasa dekat, sekali. Buku, tulisan manis, titipan, senyuman nyata yang aku lihat di tahun 2017 sedang terjadi.






Tuhan memang Maha Baik, pesawatku delay 30 menit. Artinya, ada waktu lebih untuk bercengkerama dengan siapa saja yang aku sayangi. Bahkan tangis yang sejadi-jadinya dengan ibu terjadi kedua kalinya, saling meminta maaf dan mendoakan, ahh beliau terlalu berarti. Dengan sedu, bahagia bercampur aduk aku tinggal landas dengan maskapai City Link 15.10 menuju Jakarta. Sendiri,




Punya temen banyak emang beruntung, Kang Hilal kawan yang terkawan nemuin dan jadi penyelamat perutku dengan sekotak ayam goreng di Terminal 2D, ahaa. Thank you anyway kang, tahun depan semoga kita masih bisa jumpa ber-5 dan melanjutkan Ngabuburit Online waktu Ramadhan.

DETIK MENUJU DUBAI

Aku melihat 16 kawan seperjuanganku dilepas orangtua mereka, sedang Izza Akbar dan aku bisanya sendiri menuju Jakarta, ahaha. Tapi memang semesta berpihak ke manusia kecil ini,




“Nabila juga punya Ibu disini,” pelukan Tante Ety Ibunda Ahimsa berhasil menurunkan air mataku, duh. Harus bersegera, grup foto La Squadra Italiana terjepret dengan banyak tangkapan lensa. Check-in daaan kita tinggal menunggu landing, dengan ditemani pempek asli Palembang bawaan Akbar, huwaaa pempek in life banget buatku. Semoga kita ketemu ya di Italy, hmm. Aku dengan penuh waktu menghabisi kuota-ku haha.




Sewaktu pesawat Emirates sempurna take off sempurna aku belum benar-benar sadar kalau petualangan besarku akan dimulai, waktu melesat dengan sangat cepat tanpa sekat. Aku kehabisan semangat buat menikmati hiburan di pesawat, terlelap adalah cara paling nyaman sambil membayangkan para support systems yang terlalu istimewa setahun lebih belakangan ini. Menyisakan Ahimsa dan Rarai yang asyik nonton dan joget-joget sendiri haha. Tanpa terhitung, pesawat landing di tanah Dubai kira-kira burung besar itu terbang memerlukan waktu 8++ jam. 

Time Zone secara otomatis terjadi, hmm sayang dan sayang banget di International Airport sebesar itu ngga ada spot yang showing its real Dubai setelah Izza aku dan Maysa keliling sampe ngehabisin 23 dirham sisa tuker rupiah ke euro dari Money Changer di airport buat beli jus super mahal yang asemmnya Masya Allah rasanya di perut. Kita masih harus menunggu 3 jam-an menuju penerbangan selanjutnya. Jam 09.10 dan lagi-lagi harus delay.

Soal makanan pesawat, just better than my flight to America. Tapi tetep lidahku belum terbiasa.


ITS REAL ROMA






Yaaayyy sekali Roma ya adalah Roma yang dari sejak mainan monopoli cuma ada dibayangan kepala, karena juga jadi yang mahal di monopoli hehe. Siapa sangka seminggu setelah 18 menetap di umurku bisa terjejak kaki mungil ini. Deretan imigrasi yang super rame dan bejibun manusia untung ngga sesak ini, tapi serobot ya tetep terjadi. Apalagi manusia indonesia yang memang terhitung kecil di dunia -__-. Take it easy, aku jadi bisa diterima kalo disuruh benerin pembatas barisan yang lepas naasnya berkali-kali disebelahku, NABILAA UDAH PROOO kata Ahimsa emang sini office nya airport.

Masih belum kerasa, aku udah di Roma, masih seneng masih bareng ber-19 ditambah Kak Irvan yang bakal menghadiri pertemuan besar AFSers di Roma. Para Volunteer menggadang-gadang AFSers yang silih ganti berdatangan dari arah dalam airport. Tangan mereka meninggi bebarengan, seketika kita harus gerak cepat menuju bis.

“Ahh guee gabisa nge-vlog,” teriak si Gandhi sambil bawa duoo kopernya dia. Hahaha rasaaiin Gan, ehh sorry.

Ngga ada yang sempet sibuk yang lain selain bawa koper dengan melaju sangat cepat. Perjalanan ditemani padang kanan-kiri bis juga belum berhasil menyadarkanku kalo ini udah di Roma. Sampailah di tempat bertemunya seluruh AFSers. Merdunya angin Roma membuat kita kalang kabut, dan kita ada di beda hotel yang itu lumayan jauh dan sambil bawa barang-barang yang kita bawa ke kabin pesawat. Daan sebuah kenikmatan yang hakiki buat kita karena ternyata hotel kita ber-wifi sedang yang utama engga. Denger-denger kita ditaruh di hotel yang bagus itu karena anak Indo gampang diatur ngga akan kabur-kabur, dan sisanya ada di tempat utama karena terkunci rapat dan ngga akan bisa kabur.




Malam itu yang terjadi adalah hanya dinner dan berkumpul di hall besar yang karpet menuju gerbangnya aku liat sama kaya di Indo wkwkw. Little ceremony sambutan dari Hosting AFS Italy Diana Maretta dan General Secretary-nya. Istimewanya Indonesia yang ganti baju dengan batik khas kita masing-masing ditengah ratusan AFSers lainnya yang hanya pake kaos. Ada foto beratus manusia terjadi bersama, aku yakin ini akan jadi one and only in my life. Subhanallah




Last group photo Indonesia ada di hotel. Segera banting tubuh ke kasur karena mata kita yang udah ngga nahan dengan jet lag yang super itu :’) lagi-lagi aku Velma dan Zikrina jadi sekamar. Macam apa ini, hahaha. Suasana masih terasa sangat Indo, btw.


LAST GROUP YANG DILUNCURKAN




Hey, iya aku jadi Grup O yang terakhir diluncurkan pada jam 4 sore-an. Senengnya masih ada si Akbar yang satu grup denganku,  hari itu 9 September kita hanya menunggu waktu peluncuran masing-masing. Hati semakin berdebar, ketika masih banyak temen Indonesia aku masih merasakan hangatnya kebersamaan dan ketidak sendirianku disini. Panas dan angin Roma masih halus sampai ke kulit, ngantuk dan jet lag menyerang tanpa henti. Rasanya ingin segera memulai babak baru di rumah-ku in another mean di Italy.

Aku hanya menemukan satu kawan yang juga placement di Longarone, Belluno. Call him Tike, Thailand. Kita banyak akrab dengan Thailand mungkin karena perasaan se-Asia dan new feel yang sama ketika di Italy, juga sama-sama terbang dengan Maskapai Emirates menuju Roma.

Mulai sepi dan sunyi, hanya tersisa grup terakhir yang harus digiring dua bis menuju Roma Termini dan seketika perasaan sudah benar-benar jauh dari Ibu pertiwi dimulai, dan aku tau setahun membuat kehidupan baru bukan hal mudah. Gerbongku dan Akbar terpisah, sebelahku adalah si Tike. Akbar akan berhenti di Treviso jam 20.58 dan aku akan berhenti di Conaglione jam 21.13.

Yang terlihat banyak padang rumput dan daerah seperti tanpa penghuni, ada pun hanya satu dua rumah sebelum akhirnya kereta sampai pada sebuah pemukiman di negeri pizza ini. Beberapa stasiun yang sementara kereta ini berhenti sesaat aku ingat, Fenzione dan San Mariano, sisanya aku terlelap. Aku bingung harus mengendalikan hati supaya sadar kalau aku hanya harus memulai hidup dengan baik disini, finally aku membuka mushaf kecil yang kubawa dari bandara Adisutjipto dari temanku. Si Tike pun sangat mengerti, mengerti karena dirinya dipenuhi dengan rasa penasaran caraku solat dan mengaji. Dia banyak bercerita tentang temannya dari Jakarta yang juga seorang muslim.

Sampai,

Selepas turun dari kereta host family ku langsung mendekati, host dad ku langsung memelukku. Saat itu aku belum tau, akan kupanggil apa beliau nantinya. Malam itu kuhabiskan waktu sejam perjalanan menuju Longarone dengan gerimis dengan host mom ku yang sebentar mengajak ngobrol dengan bahasa inggris yang kaku.




Bismillah, malam itu sempurna aku tertidur pulas di ranjang yang selama setahun akan kutumpangi :)
The journey just started. The journey is not always sunshine and butterflies. We have up and down, enjoy your life in a year dear.



Longarone 14°
24 September 2017


1 komentar

  1. Baru baca dan diriku menyesal gaisa nganterin����������

    BalasHapus