MADRASAH KALIMAT JAWI

MADRASAH KALIMAT JAWI

Heyy. Matahari muncul dengan tidak terlambat sepagi yang lalu. Pohon berdiri dengan gagah. Banyak manusia yang sedang mencoba mengangkat diri disini, memulai pagi dengan banyak tugas yang dibagi. Bangunan sederhana di tengah negeri Kedah sedang membangun kembali nafasnya yang beberapa hari sedikit sunyi karena banyak yang sedang pergi ke kediaman masing-masing.

Sahur pagi itu menyisakan banyak pemahaman. Menyisakan beberapa bulir nasi yang tidak habis dimakan seisi rumah ini. Tetap masih menyisakan ketidak tenangan, kerisauan, dan keyakinan yang berkumpul dengan jangka yang sudah pasti dan membawaku kesini.

****

Selayaknya seekor lebah, kemanapun dia akan mencari bunga untuk mencipta madu dan memberikan bunga pemahaman yang lebih baik supaya mencipta lagi bibit baru dengan bantuan lebah hingga serbuk sari jatuh pada putik. Dari setiap persinggahan, aku banyak berharap bisa menjadi seperti lebah, yang selalu dirindukan kedatangannya oleh bunga.

Ya. Menjadi kader yang dirindukan adalah perkara sederhana tapi butuh kekuatan komitmen dan konsistensi

Aku banyak diam pada hari keduaku ini, masih menjadi pengamat amatir atas kehidupan di Rumah Gemilang. Ternyata mereka setiap sudah ter-alarm untu piket pagi, sampai sebelum aku memasuki tandas (kamar belakang) untuk membasuh diri ada budak kecil bernama Nisa yang memberhentikanku, dia hendak membersihkan tandas seorang diri. Kalau di asrama sekolahku minimal dua orang yang membersihkan tandas. Sampai memasuki kamar pun ada budak kecil, Acik namanya yang menata rapi seluruh kasuk (sandal) di depan kamar Jannatul Firdaus.

Pagi itu diawali dengan sholat dhuha berjamaah, doa selepas dhuha pun unik. Mereka terbiasa dengan membuat doa menjadi nyanyian dalam bahasa Melayu. Lalu terbagi dua kelompok yang Al Qur’an untuk diajar harfun dan Muqaddam sesi setelahnya, bisa juga disebut Iqra’ hanya 10 anak. Kami berdua bergantian dan kadang saling membantu mengajarkan 'Moco Qur’an Sak Maknane' yang menjadi tag line metode ini, karya cipta Ustad Syaichu. Surah Al Fatihah, pembuka Al-Qur’an menjadi awalan kami dengan banner halaman pertama buku harfun. Setelah semua cakep bacanya, masing-masing grup stor ke aku dan Umma. Emang budak-budak ini cerdas binti mantap.

Mereka tanggap dan cepat paham, tapi ya jelas aja, “wong mereka udah ada nyanyian tentang Al Fatihah pake arti Bil,” kata Umma. “Walaah gitu ya Um, alhamdulillah nek gitu.”

Sewaktu menyimak budak-budak muqaddam membaca, aku sampai heran kenapa mulutnya ngga pada mau mantap mangap kalau memang makharijul hurufnya mengharuskan mangap, haha. Setelah usai, ini menjadi titik pelajaranku dan Umma.

“Bil, makharijul hurufnya masih kurang banget. Besok yuk kita tekenin soal itu.”

Setelah bercakap dengan Umma, muncul sedikit demi sedikit ide sederhana kami. “Harus kena nyampe ke hati Bil biar ada sisa-sesisanya kita disini, jadi dirindu terus,” batinku kerap kali di banyak waktu.

✔MADRASAH SIANG
Sebelum dhuhur hampir semuanya terlelap. Barulah aku dan Umma nge-gas lagi jam 2-an. Arab Pegon hey, jadilah banyak cari referensi, minimal mereka bisa nulis nama mereka yang ber-nasab itu. Theeen, ini bagianku. Umma bagian mengajar hadist soal menuntut ilmu. Ada hal sederhana tapi akan jadi sesuatu yang religius buat budak-budak ini.

Apa itu ?

Menulis basmalah di setiap mau memulai mencatat, sekaligus aku tulis di bawah tulisan basmalah : In the name of Allah, the benefition the merciful

Menulis tanggal kita mencatat, memang tidak begitu kelihatan useful di masa sekarang tapi bakal useful banget someday kaan. Hijriah dan Masehi.

Then. How work Arab Pegon teaching is simple.

Ya. Sederhana banget kok, aku beri contoh tulisan arab namaku dan Umma. Mereka salin di buku tulis dan mereka juga tulis nama latin sekaligus nama arab mereka. Aku dan Umma pun berkeliling, menjawab budak-budak yang polos ini sat per satu.

“Akak Nabila...”
“Akak Umma..”

Jawabku selalu, “Iya adeeek,” sambil sungging senyum.

Supaya waktu terbagi dengan epik, disitu lah Ice Breaking itu mustajab. Tarian tangan ✖Papatumetumepappa✖ menjadi andalan super.

Antusias ? Iya sangat malah. Semangat ? Pake banget.

Berlanjut dengan sesi Umma dengan hadist sederhana yang ampuh buat para penuntut ilmu di seluruh penjuru negeri. Lepas itu, semua budak stor hafalan. Ini hal yang ngga ribet dalam mengajar ku kira. Tapi ada beberapa budak muqaddam yang kesulitan, meninggalkan si Nur Ain yang duduk dengan Umma. Paras dia seperti ada keturunan India, kecil, dan hitam manis. Sampai pindah tempat, Umma masih sabar membantu mengeja hadist. Aku pun membantu sedikit-sedikit. Sampai akhirnya..

Dari hati turun jadi air. Tes.. tess..

“Nur Ain jangan menangis, Nur Ain kuat, Nur Ain bisa kok. Nur Ain Iqra’ berapa ?”

“Dua,” sambil menggeleng-geleng kelihatan lelah karena susah menghafal hadist.

Dia pun beranjak ke kamar, sendiri. Menyisakan aku dan Umma yang harus mengecek satu per satu buku tulis mereka terkait Arab Pegon.

✔BAZAR SIK KEDAH
Nah di bazar sekarang beda, bukan lagi sama Mak Lung dan Pak Lung. Penasaran aja, akhirnya bareng sama budak-budak. Oh ya, sama ketua asramanya juga namanya Siti Fatimah. Dia emang kelihatan garang mukanya, apalagi tambah kejutan di hari pertama. Teriak di kamar besar. Ternyata orangnya super baik, senior banget lah ya. Udah 10 tahun hidup di Rumah Gemilang. Parasnya membangun segan seluruh budak Rumah Gemilang. Rasa-rasanya ngga ada kepinginan buat beli apa pun. Walhasil aku dan Umma cuma beli es degan sehara 2 RM, itu pun iuran karena super gede.

Eh ya, sampai di suasana ba’da tarawih tiba-tiba Abi Amir menyuruh semua budak-budak Rumah Gemilang berbaris. Muka udah garang begitu, padahal biasanya beliau itu yang penuh keramahan. Dan momen ini di lain cerita. Semua dihukum loncat-loncat macam pemanasan dan aku lupa sekali itu nama gerakannya apa. Berkali-kali. Mereka dimarahi, dengan bahasa Melayu yang tanpa jeda itu aku hanya menangkap sebabnya karena mereka tidak segera ke surau untuk sholat tarawih, sampai yang perempuan pun duduk semua dan juga ikut diberi peringatan.

"Eh ternyata Abi Amir itu Asgar Angkatan Darat Malaysia. Makanya tadi waktu ngehukum anak-anak keren, " kata Wafiq.

Selepas semua budak putra balik ke lokasi putra, menjelang tidur semua budak-budak perempuan dikumpulkan. Daaaaan mereka kena peringatan lagi, karena menaruh sampah dengan tidak tertib. Sampai ketua asramanya curcol ke aku dan Umma, “Kami yang kena padahal mereka yang buat (budak putra).”

Ya. Sekilas itu aja di hari kedua, keluarga ini udah mulai menuai banyak kehangatan.

21.50 WM

Salam kawan,


Sik Kedah
9 Ramadhan 1438 H







0 komentar