Anak Desa ala Kampung
Hari ini dan satu hari lalu.
Aku mengembara fajar di Masjid Kampung dengan tenang. Ditemani syahdunya beberapa tetangga yang membaca Al Qur'an. Tapi sebelum itu, seusai sholat shubuh Pak Pri selaku takmir masjid mengumumkan terkait zakat fitrah, bahwa masjid sudah mulai membuka untuk pengumpulan dari penduduk kampung. Tiba-tiba di pojok kiri depan shaf laki-laki seseorang yang biasa dipanggil Pak Mad menangis, aku agak bingung seketika menengok ke bawah dari lantai dua (khusus perempuan). Lalu dua putranya mendekati.
Bu Hid di dekatku berkata kalau beliau mungkin merasa Nyaass ketika mendengar zakat fitrah, tandanya Ramadhan akan usai mengingat ibadah yang selalu saja kita merasa kurang. Pak Mad ini juga mengidap stroke, jadi pantas saja jika badannya kadang terkejut. Beliau pun harus digendong kedua putra ke rumah yang hanya dekat saja di sebelah kiri masjid. Semoga lekas sembuh dan tanpa lelah menghamba ya Pak !
Akhirnya kami semua beralih fokus ke diri masing-masing. Untuk mengejar Isra' nanti ketika matahari sudah terbit cukup tinggi pada jam 6 lebih sedikit diakhiri dengan shalat dua rakaat. Pagi itu aku banyak berharap semoga sore nanti aku bisa berbuka di rumah. Yang lalu sudah usai dengan banyak janji berbuka bersama kawan lama.
Hari itu juga aku mampir ke rumah Pakdhe di Desa Campursalam. Pakdhe ku yang paling dekat, biasa kupanggil "Dhe Prab". Ahahaha. Beliau beberapa kali sms aku, untuk sekedar bertanya kabar. Alamat aku jarang sekali pulang ke Temanggung karena banyak hal mengurung dan memburuku di Jogja,
"Pripun bil kabar sehat-sehat to lancar," atau terkadang, "Wingi Bila kundur kok mboten mriki nggih sampun nek pun teng Jogja."
Itu tanda rindu bukan ? Iya aku juga rindu sekali dengan kumpul keluarga besar di Desa Campursalam, kumpul dengan sepupu yang semasa kecil mbolang ke sawah bareng-bareng, berburu burung dengan pistol Pakdhe Dono, sampe manjat Pohon Pakel dekat rumah Pakdhe. Kadang-kadang juga mandi di sungai dan sok-sokan melawan arus gitu, yaah itu dulu rasa-rasanya agak wagu kalau sudah se-gede ini mbolaang kaya gitu. Perhaps there is time yeaah.
Kawasan tiga rumah Pakdhe ku sudah semakin ramai, karena tanah warisan sekitar di jual dan dibangun rumah orang lain. Padahal dari ujung ke ujung itu luas sekali. Tapi ya apalah daya kalau itu demi pendidikan cucu-cucu Mbah Kakung Suwito, Dalang masyhur pada masanya.
Dan ya FYI di keluarga ibu, aku selalu di panggil "Dek Bila" oleh semua sepupuku dari yang masih belita sampai yang kuliah. Just because my mom is the youngest one, yaa Ibuku Bungsu dengan empat kakak laki-laki. Kontras denganku sebagai Putri Sulung.
Desa Campursalam banyak menjadi saksi bisu masa kecilku. Saksi kedekatanku dengan sepupu-sepupuku yang mana hampir semuanya merantau. Hanya tanya, kapan bisa kumpul seperti dulu ?
Aku bahagia. Selalu disambut dengan keramahan warganya dengan bahasa krama halus dan aku menyebut diriku dengan "Bila" bukan "Aku, Kula atau apalah itu", seperti tanda kok selalu kecil gitu hahaha.
***
Saat mengembara senja untuk berbuka aku ngebet sekali pingin ke Masjid Kampung buat ketemu anak-anak kampung yang lagi TPQ. Dari rumah Pakdhe diantar ke Bahdung lalu naik angkot kuning sampai kampung, Tambah harus bawa kubis se-kresek buat ibu dari Budhe. Dududu
Rasanya rinduku terobati. Mengingat kedekatanku dengan anak-anak kecil disini. Aku suka kalau aku cerita selalu disambut hangat dan disimak baik-baik. Tidak ada tanda ricuh dan unresponsive. Karena aku belum nyiapin kisah islami, jadilah aku cerita pengalaman sewaktu di Malaysia. Sayangnya anaknya semakin sedikit. Oh ya, ada satu anak kecil namanya Dek Nagata yang habis kecelakaan. Tapi syukurnya keluarganya berbagi kebahagiaan dengan memberi Ayam Popeye sebagai bekal berbuka. Takjil sore itu tsedap bin enak. Ada jus mangga, tempe goreng, snack tango biskuat dll.
Kami berbuka bersama di Masjid, hujan menerabas deras di luar. Heuuu, gagal lagi buka di rumah ditambah Dek Daffa yang belum pulang dari ndaki Sindoro. Tapi di Masjid ada Ibu dan Dek Gibran. Alhamdullilaah.
Tapi ada bahagia yang lain dari temanku yang tinggal di bagian timur Jawa, dia berbagi kabar kalau sore itu keluarganya lengkap di rumah jadi bisa bareng berbuka puasa, karena hampir semuanya aktivis jadilah kerap sibuk dengan aktivitas masing-masing. Selamat ya. Salam hangat. Yaaah, lucky you ! My time is today and tomorrow. Hopefully !
FYI terakhir. Heyy ! Akhirnya aku sholat tarawih pertama di Masjid Kampung. Ahaay :)))
Hari itu sangat merdu karena bertemu manusia-manusia yang dirindu.
Temanggung,
28 Ramadhan 1438 H
0 komentar