Maraliner

KUALA LUMPUR – KEDAH

Butuh banyak kesabaran dalam perjalanan, sesedikit waktu atau pun selama waktu pun. Bergantung pada kira yang mengukir setiap waktu dan memegang penuh kendali nya dear❤




Bismillah. Dalam perjalanan ini aku semakin berdebar, karena meskipun ini Malaysia dan tidak jauh berbeda dengan Indonesia tapi tetap saja ini negeri orang bukan negeri kami yang tidak bisa semaunya saja kita berucap. Perjalanan ini berusaha kukendaliin sepenuhnya supaya tidak terlalut tenggelam dengan gadget, anak-anak banyak berkicau di grup yang sepagi aku buat di WA, kami saja yang diterjunkan tanpa pendamping dan siapa pun dari bridge bakti Malaysia. Haha, intinya kami butuh berekspresi sepuasnya. Yang lainnya seperti sudah ‘menemukan’ tempat mereka dan menyusun bak planner tangguh, tapi yang selalu unik ya tetap Pasukan Sabah, mereka berkeliling kesana kemari tapi tak kunjung dapat kepastian penerbangan.

Jalanan Bangi menuju terminal gerimis. Pasukan Thailand juga bertolak di terminal yang sama. Jalanan mulus sekali. Kawanku, Lukita Ummahati yang bagaimana bisa kami tidak dekat dengan menjadi kawan sekelas tanpa putus, kawan berorganisasi, kawan berdiskusi dari hal kecil sampai terbesar soal dunia. Aku banyak bersyukur um, tapi entah dia lebih banyak diam di perjalanan, mungkin dia sedang mengurai benang-benang makna rantauan kami.

Tiket yang diberikan Bang Juraij diberi nama islami, haha. Aku sebagai Mariam, Umma si Asyah, Fauzi dengan Hasan, dan Wafiq si Ali. Dalam jadwal, kami bertolak dari 9.45 am – 5.00 pm waktu Malaysia. Tak masalah kata beliau, bukan seperti di imigrasi bandara.
Jam setengah satu Bis Maraliner bertambat di semacam Pusat Makanan. Sayang waktu kami hanya setengah jam, tidak mencapai waktu dhuhur. Padahal kan akan lebih syahdu kalau sholat dengan air wudhu dan di surau sana, apalah daya aku dan Umma pun berjamaah jama’ qasar di bis selepas itu. Kami cukup mengganjal perut dengan Roti 3.25 RM dan 2 air mineral total 1 RM, totally 4.25 RM.



Sepertik aku bilang di jurnal perjalananku lainnya, aku tidak bisa untuk terlelap di jalan yang belum pernah aku lewati tapi apalah daya kalau mata tiba-tiba terlelap tanpa rencana. Kami banyak melewati lembah di kanan-kiri kami, ada yang berbeda di tebing lembah Malaysia. Yang berbeda adalah ada tangga di tebing yang setinggi itu, waw. Kalau aku berhenti disitu, udah tak naiki tanpa babibu. Jalanannya juga berkelok.

Sampai di daerah Penang, karena posisiku tepat di sebelah jendela aku melihat banyak toko Cina yang beda juga, kalau di Indonesia masyarakat Cina sudah bercampur dan seperti orang Indonesia dengan tidak begitu menampakkan ke-cinaan-nya, sedang di Malaysia perbedaan antara Melayu-India-Cina kental. Toko-toko Cinanya benar-benar pakai bahasa mandarin, cakap antar orang pun kadang pakai bahasa Mandarin. Budaya masyarakat dengan kedinamikaan yang berbeda yang aku mulai tahu di saat beberapa ratus menit menuju malam pertama ramadhan.

Salah satu Toko Cina di Penang 


Dari Penang sudah masuk kawasan Sik Kedah yang desa dan udara seperti cepat berganti lebih dingin, dinginnya Malaysia tetep panas hehe. Wafiq yang berkomunikasi dengan yang akan menjemput kami di pemberhentian Maraliner. Ada Pak Cik yang langsung datang menghampiri, “dari Jogja ?”. “Iya kami dari Jogja Pak Cik,” Pak Cik langsung menjawab kalau yang akan diantar kami yang muslimah dahulu. Mobilnya minimalis warna putih dengan bagasi yang tidak begitu besar.

Pak Cik mulai bercakap dengan aku dan Umma. Kami sedikit kaget, karena ternyata budak-budak baru saja diputuskan untuk dipulangkan sampai rabu. So, selama lima hari kami akan singgah di rumah Pak Cik, Kampung Charuk Kudong. Beliau biasa dipanggil Haji Suhaimi. Sekejap saja dari pemberhentian Maraliner tadi. Kabar ini memutar otak dan hatiku, menetralisir, menyeimbangkan. Lalu kami bakal punya kegiatan apa selama itu. Kata teman, perhaps buat menjelajah dulu Bil.

Kakak tingkat kami yang dulu ditempatkan di Panti Yatim Gemilang so welcoming dan memasukkan kami di Grup Ikatan Ukhuwah Whats App, dia banyak berpesan supaya kami jangan lupa menulis diary dan membuat folder dokumen setiap hari, setiap momen harus diabadikan. Kami baru berani memperkenalkan diri selepas sampai di Sik Kedah. Well, please give me another unpredictable moment Allah:). Wafiq dan Fauzi singgah barang sejenak di rumah Pak Cik untuk makan. Nantinya mereka tinggal sementara di Pesantren Lelaki dan diantar Pak Cik.

Tampang depan rumah sangat sederhana tapi dalamnya beuuh, cantik pisan 😍

Mak Cik pun sangat baik, dulunya beliau Pegawai Kerajaan atau kalau di Indonesia Pegawai Negeri Sipil. Tapi mereka sudah pensiun dan mengurus panti. Ada Kak Sarah juga puteri mereka yang sudah bekerja. Kami disambut dengan makanan kari yang manteeebb, renyah, pedes.

Menuju Sik Kedah yang penuh makna,
Perjalanan di Sik Kedah masih berlanjut yaa

Salam kawan,
Kampung Charuk Kudong, 2 Ramadhan 1438 H  01.31 WM

0 komentar