Ketibaan di Negeri Jiran




bersama Mak Cik Salmah, kami ditraktir sirup Bandung


In the name of Allah
Ramadhan di Negeri Jiran barang baru untukku, terlebih dengan kawan perjalanan yang baru. Banyak yang sama antara Jiran dan Nusantara, tidak jauh berbeda tapi bukan tidak boleh kan kalai kita mau berkisah, biar ramadhan kita tertuai melimpah untuk siapa saja yang menyeduh nikmat di dalamnya.

Kita disebut sukarelawan oleh Keluarga Besar Malaysia yang bekerjasama dengan kita, pasukan Mubaligh Hijrah Internasional Madrasah Mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah pesawat mulai landai, lalu sebutan touch down sudah tersemat. Terlebih ke luar negeri bersama pasti akan jadi momen terepik dalam fase kita belajar di sekolah kader. Aku dan kedua temanku Muthia Zakky dan Aysee terpisah dengan rombongan Mu’allimaat, kami bertiga langsung saja masuk imigrasi yang dimasuki Mu’allimin, karena kami berjalan paling depan. Eh bukan keberuntungan kami, malah kami bertiga yang jadinya agak akhir di tempat pengambilan bagasi.

Sampai di bagian terluar bandara banyak kereta ‘mobil’ yang menjemput, tiba di bagian akhir adalah bagianku. Kita semua singgah di Masjid dekat bandara, syahdu sekali rasanya, masih belum sadar total sudah jauh dari Jogja dan akan bermomen ria di Negeri Jiran. Ba’da jama’ qasar sholat Dhuhur dan Ashar kami tiba-tiba dikumpulkan dan harus berbaris, Pak Cik Zul membacakan absen tapi juga seperti banyak yang berubah tiap pasangan untuk ditempatkan. Aku kira keesokan harinya kita akan diterjunkan ternyata detik itu juga sudah banyak Tuan Rumah yang menjemput. Kita sedikit kaget, tapi juga harus siap nantinya dengan siapa saja. Seperti kubilang sebelumnya, semuanya masih bisa berubah. Langsung pasukan Mu’allimaat berkumpul dengan Umi Unnik dan Kak Nia, “Umi Kak Nia ini jadinya gimana, kami bingung,´

“Umi juga ndak tahu nak, coba kita kumpul dulu,” kita pun berkumpul di rerumputan masjid.

Menata lagi dari awal, banyak yang risau. Tapi hamdalah jadi seperti sebelumnya, karena barang kita ada yang sudah barengan karena memang taunya di satu tempat. Tapi heboh banget Pasukan Mu’allimin apalagi yang rombongan Negeri Sabah, mereka harus terbang 2 jam dan perjalanan darat 1 jam. Waw. Fafat sama Malwa kegirangan karena mereka nggajadi yang ditempatkan bareng Mu’allimin, Pasukan Pahang ada 3 kelompok tapi akhirnya mereka pun jadi berdua. Pasukan Mu’allimaat pun sudah dibagi simcard Malaayy. Sepersekian detik kami berpelukan dan ber-putus hubungan kata Pak Cik Zul haha. Yang laki-laki disebut Muslim yang perempuan disebut Muslimah. Aku masih banyak belum paham, bingung harus cakap bahasa melayu macam apa.


#BERJALAN-BERSINGGAH RIA

Pada akhirnya aku tetap ditempatkan di Rumah Anak Yatim Gemilang Sik Kedah dengan Umma, yang muslim dengan Wafiq dan Fauzi, kalo kata Apis ke Umma mereka berdua alim sangat hafalannya banyak pula. Kita berdua mah apa ya uum, haha. Bismillah
Kita singgah dulu di rumah Dr. Nordin, eh ternyata rombongan Kelantan juga menyusul beberapa menit kemudian, ada juga beberapa yang harus ke Thailand. Mina, Bira, Mbak Ardita, Gandhi, dan Aam yang menuju Kelantan, sisanya ada Anhar, dkk yang menuju Thailand. Grup kami yang Mua’llimaat sudah bersibuk ria berbagi cerita dan foto-foto sebagai bukti kalo mereka telah sampai dan harus kompak demi mengudarakan islam yang rahmatan lil ‘alamiin :)

Sedikit resah dan berdebar , takut yang ke Sik Kedah tidak jadi malam ini, ternyata memang kita akan diberangkatkan keesokan harinya. Kita semua yang di Dr. Nordin masih menunggu tiket bus. Mak Cik Salmah mengajak belanja. Air di rumah habis, pun kita sudah harus makan malam. Awalnya ingin menolak ikut karena badan sudah remuk sangat dear, tapi apalah daya rasa penasaran lebih kuat ketimbang hanya sekedar lelah.

Mak Cik bercerita tentang bagaimana kondisi daerah penempatan kami, kata beliau Pahang biasa saja seperti kota dan Islamnya moderat, kalau Kelantan dan Sik Kedah pernah dipimpin satu raja yang daerah kerajaannya sama, banyak alim ulama di Kelantan dan Kedah. Kalau puasa juga banyak macam makanan dan murah-murah. Jadi banyak ustadz di kedua daerah itu. Kita jadi semakin ngga sabaran, beneran. Kita berhenti di kawasan rumah makan. Baunyaaa tsedeep sangat, ada kwetiau, me indomie bahkan terus ada cabe yang super gede ukurannya.

Diajak pusing-pusing, wew. Manteebb beuuh. Mak Cik Salmah mulai menghafal nama kita, kata beliau kalo Nabila itu nama model dan artis di Malaysia, Ardita jarang, dan saling berbagi arti nama. Mak Cik sederhana banget, beliau sudah S3 ternyata. Suaminya pun, Dr. Nordin banyak beri kita petuah bijak, risalah Al-Qur’an.

Setelah kita menunaikan sholat maghrib isya’ ada jeda buat kita berkumpul diajak Dr. Nordin. Kita saling berkenalan satu sama lain, dan beliau juga menanyakan tentang orang tua kita. Ada hal yang membuat kita tersentak, “banyak jalan mudah menuju surga tapi kite kadang memilih jalan sulit. Ape ?” Biruul Walidain, kadang kita tidak kenal dengan orang tua kita sederhananya seperti mengingat umur mereka, kita akan mencoba mengenal ketika mereka sudah tua. Nyaass. Beliau juga menyampaikan, kita juga dianjurkan Al Qur’an berwisata, bertebaran di muka bumi, Fasiikhuu fil ardhi – Fantasyiruu fil ardhi, ada 3 ayat tapi aku menambahkan satu yang ada di QS Al Jumu’ah.

Bertebaranlah di muka bumi
Berjalanlah tanpa tapi dan kau akan menyadari
Nikmat Tuhan yang tanpa tepi

Sayangnya, mataku tak bisa kompromi, aku menyudahi dahulu percakapan seru malam itu. Terelelap tanpa tendensi. Aku masih butuh tenaga ekstra buat menuju Kedah yang seperti Jogja-Jatim.

Selamat bermanifestasi ria di negeri ceria tanpa melupakan nusantara !

Kami menemukan banyak hikmah pada setiap tempat. Meskipun ketakutan, ketidaktahuan, risau dan galau pasti datang tanpa mengetuk, tapi justru iu adalah kesempatan kita menemukan banyak rasa yang harus kita kendalikan dengan bijak, yang harus kita kendalikan supaya tidak lepas dan pergi tanpa arti. Satu hari itu kita sedang mengumpulkan angan dan berencana supaya tidak ada kesia-siaan dalam perjalanan kami, dalam ramadhan suci kami. Kami bersaksi atas nama agama dan almamater kami, Nusantara tetap menjadi pangkuan sejati.


Sik Kedah 12.44

1 Ramadhan 1438 H

0 komentar