Menyisir Babak Demi Babak Kehidupan Usmar Ismail

 hati nurani rakyat yang rindu

akan kemerdekaan,

keadilan, dan

kemakmuran

lahir batin

-Usmar Ismail


18 April 2022—Salah satu wishlist tempat yang ingin dikunjungi Nabila sejak Januari tahun ini adalah Dia.lo.gue, sebuah art space yang bertempat di Kemang, Jakarta Selatan. Banyak orang suka tanya, “Kok kamu nemu-nemu aja sih Bil tempat-tempat kayak gitu?”

Ya aku beneran cari dong, haha. Sesederhana menemukan story unik dari seorang teman di instagram, lalu stalking sendiri supaya lebih tau detail tempat sekaligus pameran yang dihelat. Kalau kata Mbak Nadhifah, “Orang-orang suka nanya, kalau kita tau ya karena beneran cari dong, kalau nggak nyari gimana mau tau kan?” 


Aku menyepakati ujaran Mbak Nadhifah karena kami serupa tapi tak sama.

______


Sejak nggak sengaja dipertemukan sama toko lucu Grammars di Cihapit Bandung aku mulai kenal Irama Nusantara dan pameran mendiang Usmar Ismail di Dia.lo.gue ini melemparkan ingatan Nabiladinta ke tipikal musik lama ala Irama Nusantara yang kalau di mahakarya-mahakarya film Usmar Ismail, lagu-lagu juga jadi komponen penting, as ost! Kunjungan buat reward kecil sebelum pulang kampung.


Perjalanan ke Kemang ini juga nggak dilalui dengan naik KRL, aku dan Kak Rama bertolak dari Pamulang ke MRT Lebak Bulus dengan naik motor. Naik MRT yang ketiga kalinya ini dilalui dengan mata yang cukup ngantuk. Seharusnya kami turun di Stasiun Haji Nawi, tapi karena agak ngide sedikit–kami blablas sampai ke Stasiun Setiabudi. Bisa ngadem sebentar dan menikmati kereta (agak) cepat Jakarta. 


Enak juga ya yang tinggalnya dekat di salah satu stasiun MRT dan kerjanya juga demikian, sayangnya kecepatan dan keefisienan ini juga setimpal dengan living cost yang juga mahal.


Dari Stasiun MRT Haji Nawi, lokasi Dia.lo.gue cuma terpaut 3 kilometer. Kalau lagi nggak puasa, mungkin kami nggak mager untuk jalan kaki, hehe. Sayang seribu sayang ini puasa, kami harus hemat energi. 


Dia.lo.gue bergaya klasik sederhana yang nggak neko-neko, dari jalan depan kami masuk ke ruang kotak Dia.lo.gue dan disambut gerai butik Sejauh Mata Memandang di sebelah kiri dan masuk ke depan sedikit lalu ke arah kiri untuk masuk ke area pameran. Sebagai penikmat pameran yang nggak ngerti-ngerti amat soal seni dan kuratorial, aku yang awam ini cukup menikmati ruang yang diracik sedemikian rupa oleh para kurator. Dinding panjang yang menyodorkan linimasa kehidupan Usmar Ismail disertai ilustrasi yang sederhana sama sekali bikin aku nggak bosen untuk baca pelan-pelan. Bahkan genap dibumbui perjumpaan dan pernikahan Usmar Ismail dengan sang pujaan hati, Sonya Hermien Sanawi.


Belum lagi segenap kompilasi kata-kata yang meskipun dikeluarkan puluhan tahun lalu tapi masih terasa relevan. 


Meja kaca panjang di tengah yang memuat arsip catatan film-film yang disutradarai Usmar Ismail disertai poster-poster kuno dan foto-foto lawas kehidupan mendiang aku sisir dan tatap satu persatu. Ciamik! Film-film inovatif dan di luar batas yang diracik Mbak Usmar ini bikin aku begidik ngeri dan kepingin sekali nonton Tiga Dara, atau minimal Ini Kisah Tiga Dara yang di-remake Nia Dinata.


Yang bikin pameran ini semakin HORE adalah sejuknya ruangan diiringi backsound ost film Usmar Ismail yang di-aransemen ulang oleh Deredia, Alsant Nababan, Danilla Riyadi, Aimee Saras, Monita Tahalea, dan segenap penyanyi lain. Kami juga bisa sekilas mencicip dengar kompilasi potongan-potongan film Usmar Ismail di salah satu sudut pameran di ruang persegi panjang kecil.


Menyimak anak-anak dan keponakannya menceritakan mendiang Usmar Ismail yang sangat amat berkemajuan pada masanya. 


___


Selain art space yang rindang dan teduh baik di tengah hiruk pikuk Jakarta yang pepat dan padat, Dia.lo.gue bisa menghadirkan ‘ruang’ yang bisa bikin bernafas, bahkan dialog riang di halaman luar, di bawah pohon besar, lebat, dan rindang.


Berkat pameran Usmar Ismail aku jadi merogoh spotify dan iseng-iseng dengerin aransemen ost film Tiga Dara yang tayang di tahun 1957, lagunya asik, renyah, dan bikin gembira! Maka, nggak salah kalau lagu pujaanku jatuh ke “Lagu Gembira”! Boleh coba dengerin, ya.


Satu hari padat dan bermakna ini disisipi buka bersama bareng 5/18 la squadra italiana dan ditutup dengan MRT di malam hari yang sebenernya bikin betah lama-lama cuma sayangnya kami naik kereta terakhir, yang kalau nekat muter sampai Setiabudi lagi minimal, tamat riwayatnya buat balik Temanggung keesokan harinya. Anyway, thankyou everyone. Would love to visit or to only sit in Dia.lo.gue one day (again).


Yogyakarta-Magelang, 27 April 2022

22.34


----bonus arsip foto ciamik--- 

0 komentar