Yang Terlupakan

Aku orang yang sangat mudah tersentuh atas peristiwa-peristiwa yang mungkin bukan tentang aku sendiri. 

Aku inget banget waktu SD ada kakak kelas dua tahun di atasku yang dihukum buat minta maaf pas upacara ke seluruh anak di sekolahku. Si masnya ini diminta setidaknya minta maaf atas perbuatannya karena kerap kali mencuri. Entah kenapa walaupun si masnya ini salah aku tetap nggak tega. Sampe rumah aku nangis sesiangan, nggak tau kenapa aku bisa bener-bener terenyuh padahal sekali lagi itu bukan 'tentang aku'

Nggak berhenti sampai di masnya,

Selang sebentar ada temanku, namanya Lutfi. Tiba-tiba hari Senin udah rame banget di angkatanku, kabar panas yang beredar adalah si Lutfi ini sms (well jaman itu masih sms trennya, hehe) salah satu guruku dan mengirim kata-kata kotor. Aku sampai sekarang nggak pernah tau kabar aslinya, yang terdengar cuma desas desus sana sini.

Nggak lama kemudian, Lutfi dikeluarkan dari sekolah. Aku merasa iba banget, apa begini bentuk pendidikan, mengeluarkan anak yang justru butuh dididik dan hanya memilih anak-anak yang dianggap 'sopan dan beradab' aja, lantas di mana peran pendidik? Alih-alih aku sedih dia keluar, aku justru memikirkan dalam hati sendirian, gimana ya Bintang masa depannya kalau dikeluarin dari sekolah.

Sampai aku membiarkan perasaan iba aku itu larut dalam waktu-waktu yang terus maju. Sampai akhirnya tiba-tiba banget lebaran tahun lalu aku ketemu Lutfi dan keluarganya di rumah saudara jauhku, sebuah hal yang nggak pernah terpikirkan bahkan aku nggak nyangka akan ketemu dia setelah sekian tahun lamanya sejak kita masih satu sekolah.

Terjadi percakapan singkat dalam bahasa jawa sebenernya, hehe.

"Mbak Bila masih inget nggak sama Lutfi," sapa ibunya Lutfi.

"Wah masih inget banget, haha apa kabar."

"Dulu Lutfi gimana Mbak Bila pas SD," sambil saling ketawa saking lamanya nggak pernah ketemu.

"Wah ha mbiyeng (nakal) banget," candaku.

Terus si Lutfu bilang, "Nek Bila udah kemana-mana, diam-diam aku ngikutin kabarmu Bil," Lutfi ngomong ramah banget.

Sungguh aku bener-bener nggak nyangka dia masih mengenali aku, bahkan ngikutin kabarku padahal bertahun-tahun kita nggak ketemu. Lutfi yang mungkin dulu dianggep temen-temen yang lain anak yang nakal banget seakan-akan nggak ada kebaikan sama sekali didirinya. Setega itu huhu, mungkin emang nggak semuanya begitu tapi mereka ada. Mungkin dulu Lutfi dianggap nggak membawa 'untung' buat sekolah dan bagaikan mesin yang udah rusak banget akhirnya malas membenahi, satu-satunya pilihan adalah mengeluarkan dia dari sekolah. 

Aku liat dia berubah jauh waktu aku ketemu tahun lalu.


Kerap kali aku justru nggak meresahkan masa depanku tapi justru masa depan temen-temenku yang putus sekolah lebih dulu atau yang mengalami pengalaman buruk di masa pendidikannya. Aku bakal nggak berhenti memikirkan mereka, bahkan ada temen kecilku namanya Angga. Kita satu TK sampe SD tapi Angga berhenti sekolah setelah lulus SD atau SMP ya, aku lupa soalnya dia pindah ke kampung lain. Satu lagi, yang sama-sama seangkatan dan masih satu kampung namanya Faris, berhenti sekolah di tengah SD. 

Dia masih sering nanyain aku kalo misal ketemu adek cowokku, seringkali kebetulan ketemu waktu main bareng.


Aku nggak nyangka mereka masih inget aku bahkan masih nanyain aku. Satu pelajaran berharga yang aku dapetin adalah jangan sekali-kali kita menganggap sekali orang lain itu melakukan keburukan lantas kita memusuhi dan berpikir bahwa nggak ada kebaikan sekalipun di dirinya. Boleh jadi kita nggak tau apa yang bikin dia jadi kayak gitu, menghakimi seenaknya adalah hal yang bener-bener aku jauhi. Memutuskan orang begini dan begitu atas pemikiran kita yang bisa jadi sembrono. 

Kita nggak pernah tau, boleh jadi orang itu justru yang masih terus memikirkan kita. Bentuk kebaikan sederhana yang nggak bisa kita kendalikan. 

Semoga teman-temanku selalu diberi keselamatan di hidup mereka, semoga kita semua semakin berdaya lalu bisa turut memberdayakan orang lain.

Again.

Although we are physically distant, it is important to remember than none of us is alone. We are in this together -- and we will get through this together. Take care of yourself, both physically and mentally.

Temanggung, 8 Mei 2020 







0 komentar