Pulang Kampung

Mendadak Rindu Kampung

Kabut tebal sepagi tadi sedikit banyak mencairkan kekuatanku untuk kembali beraksara. Setelah sekian banyak momen belum kuabadikan dalam aksara yang padahal sebelumnya selalu sangat manja di tangan dan hatiku. Kabut tebal yang dilihat dari serambi lantai dua Masjid Kampung. Kehadiran semalam di luar pradugaku, harusnya masih ada banyak urusan di Jogja hingga penghujung tanggal 20.

Kerterburuan ini menguntungkan kaan Bil ?

Aku janji. Aku janji untuk menulis setengah perjalananku di Malaysia yang belum selesai ter-abadikan yang bertambah melewati bagian bumi yang lain. Aku janji menuliskan kisah "Malin Kendang" yang tercipta dua hari lalu bersama enam kawan yang masih terus berjuang untuk menjadi Bocah Nusantara yang akan Merantau setahun ke depan. Aku janji, akan menuliskan kisah konyol di langit ibu kota sekitar empat hari lalu. Ingat ya, aku janji.

Don't let me down !

Setelah sekian banyak makanan ala negeri seberang, makanan Jogja atau ibu kota yang sempat kusinggahi hingga makanan di 17 ala Italy dan beberapa negara Eropa mengisi ruang perutku, kali ini boleh ya aku menikmati masakan langit rumah, kepulan nasi yang dimasak sepenuh hati oleh seseorang yang biasa kupanggil Ibu.

Okey, so sepagi ini let me mengurusi masalah birokrasi yang banyak malesi dan penuh antri ini.

Sembari menunggu ngabuburit bareng manusia-manusia berarti di Temanggung ini. Senjaku di Ramadhan untuk Temanggung ini sudah tersusun dengan rapi. Yeaaah

Temanggung yang berkabut,

24 Ramadhan 1438 H
Nabiladinta

0 komentar