Walk the Talk

PERJALANAN TANPA CUTI.

“Pemimpin itu terkadang harus cuti,” Kata Mbaa Jihan, aku menyebutnya Pendekar TS terdepannya Acremiction 91 sore itu. Di sela candaku, Afifah, Mbaa Amal dan Mbaa Jihan ditemani pendekar belia TS Muallimaat yang lagi asyik latihan. Aku timpali, “Ah masaa Mbaa, kok sayangnya saya hampir ngga pernah cuti mimpin,” sambil tarik nafas dalam sembari membatin. Dari zaman SD sampe sekarang yang namanya amanah ngga pernah terlepas dari ngurusin hal kecil sampe berjibun jiwa yang menuntut ini itu. Karena satu rumus memimpin yang aku percaya, memimpin itu memang dituntut untuk mendekati sempurna.

Obrolan singkat tadi berhasil beri jeda buat Nabila. Jeda untuk kembali menengok ke belakang, tentang kebermanfaatan dan kesia-siaan apa yang pernah terlintas. Titahku tanpa cuti semoga memberkati ya (?). Karena itu tidak sungkan untuk mengambil jeda masih menjadi hal sulit di tengah tugas yang mati satu tumbuh seribu. Tapi “Jangan tumbang, jangan sungkan ambil jeda Bil” selalu jadi suggestion words yang ampuh penuh kendali. Kalau dihitung berapa manusia yang pernah bersinergi-kolaborasi-berkreasi denganku, aku lupa sekali kalkulasinya secara utuh:)) Intinya mereka sangat bermakna dan menyemangati supaya ngga takut terabas terus Bil sampai jasad pupus. Keterdesakan yang mengajariku semakin lentur dengan keadaan.

Dulu , 5 tahun lalu aku sempet jadi Wakil Ketua Kelas 6 yang serasa jadi tumbal haha. Secara struktural aku dibawah ketua kelas tapi secara kultural siapa yang ketimpuk banyak kewajiban. So why ? Ketuaku ini terpilih karena konyol dan ampun lutcunya, dia juga karibku sejak playgroup dan jadilah bocah-bocah tetep ngangkat perempuan sadis ini biar kelas ngga hanyut begitu aja. Nangis deh beberapa kali waktu, karena kaum Adam yang ngga berhenti berkicau. Tapi tenang, aku percaya kalo perempuan selalu bisa kok lebih kuat dari laki-laki.
Tapi di titik kelas 6 aku merasa get respected from my dearest class, 6 A. Karena kesukaanku ke alam berhasil nyatuin kaum adam dan hawa. Memboyong dengan apa adanya dan ala kadarnya. Ngga pandang bulu, semua teman, semua boleh ikut. Secara alamiah kaum adam yang paling mengakui komandan perjalanannya Nabiladinta. Kalau pingin hiking ala 6A (sebutan Alyek) report ke aku, dan Ibuku juga jadi ibu kita semua kalau nekat jelajah alam. Di suatu waktu pas kita naik Bukit Tarangan, bukit di tengah Gunung Sindoro dan Sumbing, si Indra hampir kumat asma-nya Ibu langsung bergegas mijetin Indra yang hampir ambruk itu. Ampun ini bocah, sok kuat gitu haha. Udah dijemput Bapak Ibunya tapi tetep mau nyelesein perjalanan sama kita semua.

Rumusnya sederhana aja bagiku untuk sebuah perjalanan, berani nekat dan selalu percaya kita bakal aman kok di perjalanan, selalu percaya banyak orang baik di sekitar kita.

Suatu perjalanan ke lereng Gunung Sindoro di mata air Jumprit, meeting point as always in my home. Naik ke atas masih bisa naek angkot tapi turun ke bawah jangan berharap banyak ada kendaraan umum lewat. Mata Air Jumprit dekatan juga sama Hutan Pinus, banyak om om yang agak ngeri, secara kita masih anak SD yang apalah ini. Jalan aja terus ke atas terus ke arah bawah yang beda jalur sama jalan naik. Then we got a lot of monkeys btw. Sempetnya ada tragedi mutung di situ. Aku jalan ke bawah sendiri dan anak cowo jalan ke atas, si Dinda Hasna nangis di tengah jalan sepi gunung sambil duduk sampe ada Mas nge-motor tril berhenti.  But finally, kita tetep jadi satu lagi.
Nah kan, sederhana aja. Tiba-tiba ada mobil pick up yang bisa kita nebeng. Ngga tanggung-tanggung, nebeng sampai pusat Kota Parakan dan bayar ngga lebih dari 15K. See ?

Banyak perjalanan sekaligus memimpin tanpa cuti yang aku geluti. Aku cuma bisa tergugu di tengah jeda menengok ke belakang ini. Buka Puasa Bersama setiap ramadhan yang hamdalah terus bertambah setiap tahun. Sederhana kan sebuah pertemanan ? setidaknya ada satu komandan yang tanpa henti membersamai meskipun akan bergulir siapa sosok-nya setiap tahunnya. Di tengah kesibukan tanpa tepi yang aku yakin bisa di luangkan tanpa tapi.

Sampai di dunia putih biru dongker, tidak ada masa ke-cuti-anku. Memimpin 200++ anak yang sampai penghujung masa biru dongker tersisa memimpin 195 anak. Bahkan tiada tahun tanpa tangisan. Tiada tahun tanpa hujatan dan kritikan yang menggebu. Memimpin 33 karakter yang mewakili nusantara dengan karakter Jawa-ku yang juga masih amatir ini. Di tengah kepemimpinan ini aku juga terjebak menggeluti dua amanah kepemimpinan, di dunia administrasi organisasi yang minta jeda sebentar saja minta ampun susahnya bersama jadi Kapten satu Bahtera bernama Genetrix 92.

Sampai di dunia putih abu-abu, tidak ada masa ke-cuti-anku. Memimpin bersama kabinet lain untuk ±1000 jiwa. Yang terkadang penuh pergolakan dan keputusan yang membekukan tapi mempertemukanku dengan banyak manusia yang sejatinya selalu penuh arti dari tingkat mikro hingga makro. Overall, semua manusia punya sisi keajaiban yang bisa memunculkan keajaiban yang lainnya di dunia yang selalu bisa dijangkau dengan kekuatan bersinergi. Maka, jangan lupa menyatulah tanpa tapi.

See ? sekarang bisa bernafas lega di tengah tarikan nafas yang super kenceng. Ke-tanpa cuti-anku mengajarkanku untuk tidak lupa beranjak dari satu tempat berpijak ke tempat berpijak lainnya. Untuk tidak lupa berterimakasih terhadap apa saja yang ada di semesta. Dan untuk mengingatkan,

Ingat, ada aku

Ada manusia yang mau terus berjalan, yang terus memerdekakan siapa saja yang merasa masih terbelenggu

Terimakasih,

Jangan lupa ya (?)

0 komentar