Tentang Romantisme




Tentang ini.
Jangan sampai tidak ada padamu.
Tentang ini, nikmati tiap detiknya tanpa mau diganggu. Tentang “romantisme” jadikanlah hanya ada kamu dan Dia. Lewat adzan, lewat sujud, lewat rukuk mu Untuk-Nya. Rugi kalau hanya sekedar sujud, sekedar rukuk, sekedar dengar kumandang adzan untuk menggugurkan kewajiban. Bisa jadi sujud di maghrib tadi adalah kesempatan “ber-romantis-ria” yang terakhir mu bersama Tuhan yang kurang kamu maknai “romantisme” nya. Jangan. Jangan jadi yang tidak dicintai karena “dinginnya” kamu kepada Tuhan yang Maha Romantis.
Muthia Zakky,


Lalu apa katamu ? 

Romantisme senandung merdu setelah itu. Romantisme dalam syukur penuh rindu, dengan sujud penuh takjub lalu diiringi doa penuh liku, doa yang senantiasa melagu dalam melodi waktu. Seperti hakikatnya kita, karena sebaik-baik pertemanan adalah saling mendoakan.

Lalu apa lagi katamu ?

Si biang keladi pemuja hati, perindu momen suci. Si biang keladi yang tidak tahu diri, mengetuk terus tanpa henti. Sering sekali terlintas sekejap. Katamu cukup mengayunkan romantisme. Kataku setiap waktu bersama punya romantisme, entah akan berujung ke lembah sebelah mana. Aku cukup bersyukur dengan momen. Momen sendiri saat tuhan membersamai, momen berdua saat Malaikat menemani, momen bersama saat romantisme mengabadikan makna pertemanan yang saling mendoakan.

Lalu kamu ingin berkata apalagi ?

Romantisme paling romantis tersadari sejak kediaman bernafasku dekat dengan bangunan suci bersejarah di sisi Kampung Kauman. Karena menikmati lantunan panggilan sucinya yang tidak pernah ternodai. Untuk segera beranjak dan mengambil wudhu, lalu mengemas diri dengan balutan suci di tempat sepantasnya untuk bersujud. Semakin terpesembahkan dengan dzikir tanpa putus-putusnya. Untuk memohon lagi supaya romantisme ini terus terjaga dimana pun di atas bumi di bawah langit.

0 komentar