Aku, Matematika dan Langit

“Matematika adalah pelajaran paling dasar dalam Islam. Matematika adalah pelajaran yang paling tunduk dan sujud kepada Tuhan” kata Cak Nun.

Tentang aku dan matematika sudah bersahabat sejak Ibu mengenalkanku pada bangun ruang yang tersimbol dari pintu sebagai persegi panjang, bola sebagai bulat, koin sebagai lingkaran, televisi sebagai persegi dan masih banyak lagi. Aku dan matematika sangat romantis meskipun tidak sampai Olimpiade Semesta yang sangar di nusantara atau dunia. Jejakku mengenal matematika masih segar di ingatan. Bagaimana dulu aku mengeja dan menebak bentuk dari benda sekeliling yang ditunjukkan Ibu. Ibu lebih tau bagaimana akhirnya aku mencintai matematika. Kata Ibu, beliau pernah mendengar kalau ingin anaknya pintar matematika kenalkan dia minimal dengan bentuk-bentuk benda di sekitarnya sejak kecil. Catatan yang semoga selalu teringat sampai nanti aku jadi seorang Ibu.

Bagi kebanyakan orang, matematika adalah perkara sulit tapi bagiku matematika selalu saja jadi perkara yang harus terus dicoba sampai kamu menemukan jawaban dari deretan angka dan logika. Matematika selalu memberikan kepastian.

Tentang aku dan matematika telah mengantarkan pada romantisme mengenal Tuhan. Kata siapa matematika itu pelajaran umum, matematika itu pelajaran dasar yang paling sujud patuh ke Tuhan. Karena bagi matematika 2+8 selalu saja hasilnya 10. Matematika selalu memberikan kepastian. Hanya sekarang kita terjebak dengan teori barat yang memisahkan ilmu umum dan agama, padahal hakikatnya ilmu adalah utuh. Islam selalu beriiringan dengan ilmu. Karena bagiku, islam adalah semesta.

Matematika mengajarkanku untuk mengejar kepastian karena hakikatnya ada sebuah kepastian yang kita tentukan sendiri sejak kita berhitung ilmu matematika. Ada juga logika langit yang bersemayam di analogi ini. Kalau logika langit, apa yang kata manusia tidak mungkin terjadi senyatanya bisa saja terjadi karena Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya dengan segala usaha manusia. Pun matematika dengan segala usaha untuk keras berhitung dan berlogika akan juga menemukan jawabannya. Logika matematika dan langit itu beriringan. Ada kuasa manusia dan Tuhan yang berjalan beriringan. Ada yang selalu bisa di logikakan dan tidak naif di semesta. Dimana pun aku, selalu saja suka matematika.

Pada sekali waktu aku kembali dipertemukan dengan kelas olimpiade matematika, dua atau tiga kali waktu aku hadir dengan banyak kali aku tidak paham, aku tetap suka. Akhirnya aku mengurungkan niat untuk memilih pilihan yang lain, yang tidak berpisah dengan berlogika. Matematika memang mengajarkanku berlogika dengan angka, yang aku pilih adalah belajar berlogika luas dengan melihat dunia dan hal terkecil di sekeliling sampai persoalan hati. Aku memilih kelas debat. Karena tidak memungkinkan menerima tawaran dua fokus, keduanya sama-sama baik untuk kemajuan madrasah dan diriku sendiri. Do what you love and love what you do right ?

Matematika mengantarkanku pada banyak perjalanan kala sekolah dasar. Wonosobo sampai Semarang, beberapa kali waktu di kedua kota itu. Meskipun belum sampai kata juara tapi syukurku sudah selangit. Lebih bersyukur lagi dalam sekali waktu aku berhasil lolos ikut ajang final se-Indonesia di sekolah tersohor. Perjalanan dengan sahabat sd yang penuh logika di pikiran mereka. Beberapa dari sahabatku sama-sama merantau di luar provinsi. Entah, apa mereka masih tetap cinta matematika atau berganti hal lain. Intinya kita pernah sama-sama menikmati euforia bersama matematika.

Sampai sekarang pun matematika tidak pernah menjadi sulit dalam banyak hal. Dari dunia kelas yang kadang aku jatuh terlelap sampai permainan lain yang melugukanku karena banyak yang belum ku pahami, untuk apa matematika ? aku, matematika dan Tuhan selalu romantis sejauh seberapa kamu mencintainya.

Coba ya buat kamu yang membenci matematika, tarik nafas dulu sebelum tersugesti untuk pusing lihat deretan angka yang menyebalkan bukan ? banyak kuasa dan permainan lucu Tuhan terjadi pada hitungan matematika. Banyak logika hidup dan hukum alam yang terlukis dari matematika. Matematika setia dengan takdirnya, karena matematika tidak pernah menolak dan tidak memberikan banyak opsi dengan jawaban atas pertanyaan yang dibuat. Tarik menarik dan hukum perhitungan dalam matematika abadi. Waktu bisa tergambar jelas dan terhitung jelas di mata manusia tidak pernah terlepas dari matematika. Bagaimana Al Qur’an membandingkan perhitungan bumi, langit, dan akhirat dengan matematika langit yang ditunjukkan Tuhan kepada kita.

Lalu, masih mau membenci matematika ?

Jangan lupa matematika itu romantis, bagi alam, manusia dan Tuhan
Bukannya apa yang ada di langit dan di bumi itu senantiasa bersujud kepada Tuhan ?

Where ever you’re, I completely love Mathematics. I am social child of Mu’allimaat. I am the member of pokegram.


PWM Gedong Kuning


March 20, 2017 at 12.46 pm

0 komentar