#9 Writing Challenge: Write about Happiness
a serious note: a note to myself
Hidup menawarkan banyak arena pertarungan. Sebagian dari kita pasti pernah mempertanyakan soal kebebasan dan kebahagiaan.
Dari sekian ribu kisah yang dituturkan kesana kemari, seorang teman pernah bercerita menanggapi tweet-tweet yang menggelitik dari seorang teman yang lain. “Nab, dari dia aku belajar kalau kita semua tu berhak bahagia.”
Salah satu hal yang paling rumit menjadi seseorang yang berproses menjadi dewasa, adalah setiap hari kita sama-sama berusaha sekuat tenaga mendefinisikan kebahagiaan. Bukan, bukan karena kita tidak tau apa itu kebahagiaan. Melainkan, kita merasa harus menjadi jati diri sendiri sementara di dunia yang kadang brengsek ini meminta kita terus bertoleransi. Dalihnya masih sama: untuk kedamaian di hati.
Kita seakan terus mencari setiap hari, padahal (mungkin) bahagia adalah tentang menyadari. Menyadari setiap hari kalau kita semua berhak mencapai kedamaian di hati. Adalah suatu proses panjang menjadi seseorang yang dewasa, kita seakan sulit mengatakan bahwa bahagia kadang sesederhana minta dibelikan es krim dan dituruti atau story instagram kita dilihat seseorang yang kita dambakan. Kita terlalu lelah mendefinisikan kebahagiaan sampai-sampai lupa, bahagia bukan hanya soal mendefinisikan tetapi juga penerimaan.
Bukan masalah benar dan salah, bukan soal kita kuat dan perkasa. Mencapai kebahagiaan juga boleh mengakui kalau kita pernah lemah dan tak berdaya. Menjadi seseorang yang bahagia juga tidak apa haus kasih sayang, namun jangan lupa untuk saling menyayangi.
Di tengah hidup yang serba mengejutkan. Jangan lupa, setiap pagi kita berhak merayakan sesuatu yang juga patut kita takhlukkan.
Semoga di sela-sela kegelisahan kita menemukan sudut kebahagiaan. Tetap bahagia dan membahagiakan, serta tetap menjadi dirimu yang kamu rindukan.
Selamat malam,
0 komentar