Italian Bound (10) : Konspirasi Semesta



Deretan pegunungan di Belluno semakin menunjukan keajaibannya, dengan langit menuju petang yang selalu menakjubkan dilihat kedua pasang mata.

Aku menyaksikannya di perjalanan pulang menuju petang selepas kursus bahasa italia. Menyenangkan bukan bisa menikmati banyak lamgit dunia yang ngga ada habis keindahannya

Tentang langit senja yang menakjubkan juga terjadi di La Caserà daerah atas Ponte Nelle Alpi yang aku habiskan menikmatinya sesore bersama Mamma Linda. Semburat langitnya bikin jatuh cinta apalagi di hiasi dengan pohon yang tak berdaun lagi dan daratan dengan sebagian salju. 

Langitnya lucu, warnanya yang bergradasi membuat jatuh hati.

Begitulah yang aku ingat sekiranya tentang minggu ini.

-




Yang kembali aku ingin ceritakan adalah kerinduanku pada seblak yang membuatku membuat seblak dengan lebih terlatih dan ((lebih baik)) ahaha dari sebelumnya. Walaupun anyway sebelumnya aku jarang makan apalagi bikin di Indonesia kecuali pernah dua kali sekedar bantuin kakak sepupuku.

Sayangnya karena seblak harus pedes dan engga enak kalo engga pedes Mamma Linda dan Papà Aurelio ngga mecoba banyak, kecuali sedikit hehe. 

Minggu ini juga resmi aku singgah satu tahun di Italy. Yesss I got Permesso di Soggiorno a.k.a Residence Permit begitu lah tapi sudah berkartu, hmm KTP Indo aja ngga jadi-jadi. Izin tinggal setahun langsung cepet jadi, kalau di Indonesia bukan tersendat karena rakusnya koruptor.

-

Yang istimewa dan ngga terduga lagi adalah saat pergi ke Trento di hari Sabtu karena Mamma Linda ada sekolah farmasi untuk para apoteker di sana. Aku habiskan waktuku bersama Papà Aurelio untuk berkeliling kota Trento sembari jalan kaki. Sore itu Trento ngga terlalu dingin artinya syahdu, beberapa dinding aku temukan grafiti sedikit lalu sampai aku melewati gerbang berbahan bata yang kata Papà bersejarah itu.

Sampai tepat di sentral kota saat aku sedang mau mengabadikan dengan cekrekan kamera ada yang memanggilku, "Nabilaaaa" What a miracle bangetttt ! If you were an exchange student hope to calling by people in another cities is kind of hopeless haha. Just because ngga ada yang kenal kita. Tapi ini dua rius tanpa direncanakan. I've met them, we just met in AFS Camp juga di Trento ini.



Menariknya mereka berbahasa italy dengan sekuat tenaga, no english. Jadilah aku terpacu dan kita ngobrol dengan bahasa italy aja huaaaa. They're chinese - chile - turki - thailand and i'm Indonesian. Setelah sedikit flashback dan apalagi si Turkish bernama Begum ini mengingatku karena presentasiku dan Akbar soal Indonesia paling menarik di AFS Camp yang padahal kita cuma berdua, kata dia. Bangga ? Iya bangga sekali bisa ngenalin Indonesia dan melekat di hati.

Papà Aurelio nawarin untuk minum ciocolata calda - hot chocolate. Mau dong yaa, Begum dan Papà ngobrol asik karena Papà pernah ke Istanbul dan Begum ini dari Istanbul. Tapi si chile gurl ini penuh tawa dan girang, walaupun di sela itu dia cerita kesulitan yang tetep aja dengan penuh tawa nyeriatinnya, oh my gurl how strong you're. Anyway dia ngga bisa bahasa inggris jadi aku ingat sekali sewaktu di di camp dia mengenalkan Chile dengan bahasa italia.

-

Sore itu serasa konspirasi alam semesta, kalo kata Fiersa Besari. Yang mengobati hati yang sedang sendu, eh engga ding engga kok aku selalu excited haha. Sampai aku mengantar mereka semua ke stasiun untuk pulang ke rumah. Lalu aku dan Papà Aurelio melanjutkan keliling kota. Kita masuk ke salah satu gereja yang disebut Chiesa dalam bahasa italia. Alunan musik dan suara para pemuda gereja melengking syahdu di dengar. Sekedar menikmati, kalau masuk ke tempat ibadah agama lain rasanya malah semakin menguatkan iman berislam eaaaaa.

Trento kota yang kaya, kota yang banyak dikunjungi tourist yang juga termasuk wilayah Trentino, nah Trentino ini salah satu provinsi istimewa di Italy jadi mereka punya hak otonomi dan ngga wajib membayar pajak ke negara. Kaya, kaya dan semakin kaya lah mereka manjiwww.

Perjalanan malam mingguku berakhir dengan makan pizz di daerah dekat Feltre. Satu hal yang belum berhasil aku lakukan adalah makan utuh satu pizza uhh. Padahal sudaa pesen yang pizza mini, tapi ya gitu heuu tetep aja besar.

-

Sebenernya udah lelah pergi seharian hari Sabtu, tapi terus inget lagi betapa tahan bantingnya aku kalo di Indonesia ngga ada kata istirahat bahkan. Masaa mau jalan dan ketemu temen nyerah sih ? 

Ceritanya AFSers Triveneto but sebagian aja loh ya kita berencana meet up di Treviso. Aku nih diizinin VADO DA SOLO // Pergi sendiri, bisa dapetin kepercayaan hostfam buat pergi sendiri itu seneng banget. Anyway kalo sesuai peraturan AFS baru boleh after christmas itu pun kalo they already make sure that you're understand italian as well.








Aku biasa aja, engga deg deg-an atau apa pun. Sama kaya di Indonesia waton aja pergi kemana-mana sendiri, hehe. Ternyata aku adalah yang sampai terakhir di lokasi, oh ya aku bertolak dari Stasiun Conegliano menuju Treviso Centrale. Juan si Colombia langsung nemuin aku sewaktu aku udah sampe tangga menuju bar tempat mereka minum kopi. Ahh seneng ketemu AFSers lain dari beberapa chapter. Kita ngikutin Damir si Bosnia yang asal chapter-nya di Treviso.

Yeah, walhasil kita jalan keliling-keliling kota dan beberapa kali berbalik ngelewatin jalan yang sama. Sampe akhirnya kita makan siang di Mc Donalds. Oh yaa siapa aja coba yang dateng, ada Alice Brazil, Cansu Turkish, Cesàr Mexico, Damir Bosnia, Ilgaz Turkish, Juan Columbia, Kaat Belgium,Lìdia Hungary, Mia Serbia, Nabil Paraguay, Toon Belgium, si Thailand, dan Vittoria anaknya volunteer Venezia Chapter.

-




Talking about anything itu menggambarkan cerita-ceritab dari banyak negeri sesederhana gaya lelucon di Columbia, bahasa-bahasa mereka, kaya si Lìdia yang suka banget ngomong, "errrrrrr..rrrr" yang kaya maksa haha. Padahal kalo di bahasa indonesia kan biasa aja ya, tapi kalo di ucapin sama Hungarian beda cerita lagi. Disana aku melambai sapa untuk Kaat dan Mia yang cuma trimester program atau hanya tiga bulan.

Fakta ter-ngeselin tapi juga nyenengin adalah aku yang paling tua tapi mereka ngga percaya karena aku yang masih keliatan kaya 14 atau 13 tahun, boom muda banget 4 tahun dibawahku, seneng sih dibilang masih kecil HAHA. Iya wes iya.

Nongkrong di cafè kecil Treviso satu jam berbagi jokes yang mutu sampe ngga mutu. Nyalain lagu kenceng sambil jalan, yang ternyata musik juga bisa jadi penyatu dan mencairkan suasana.



-

Meeting another friends mostly AFSers are always being emotional moments because you'll know such a different people that really contrast with your backgroud, race etc.

Aku pulang dengan menyimpan cerita dan akan menceritakan kembali, sekarang udah terlaksana yeaay. I really don't care how tired I am. Melaju sendiri di kereta pulang yang sempat berganti kereta di Stasiun Belluno menuju Longarone. Disambut hangat dengan jemputan Papà Aurelio lalu dimasakkan pasta picante yang maksudnya pasta pedes gitu karena host-parents ku tau banget aku suka pedes. Kalo di Indonesia ini sama sekali ngga pedes anyway.


Ulima Nabila Adinta
Belluno, 12 Desember 2017

0 komentar