Tentang Romantisme
Kata
Ochi, Romantisme Tanpa Tabir
Tentang ini.
Jangan sampai tidak ada padamu.
Tentang ini, nikmati tiap detiknya tanpa mau diganggu. Tentang “romantisme” jadikanlah hanya ada kamu dan Dia. Lewat adzan, lewat sujud, lewat rukuk mu Untuk-Nya. Rugi kalau hanya sekedar sujud, sekedar rukuk, sekedar dengar kumandang adzan untuk menggugurkan kewajiban. Bisa jadi sujud di maghrib tadi adalah kesempatan “ber-romantis-ria” yang terakhir mu bersama Tuhan yang kurang kamu maknai “romantisme” nya. Jangan. Jangan jadi yang tidak dicintai karena “dinginnya” kamu kepada Tuhan yang Maha Romantis.
Muthia Zakky, Feb 15th, 2017
Lalu
apa katamu ?
Romantisme
senandung merdu setelah itu. Romantisme dalam syukur penuh rindu, dengan sujud
penuh takjub lalu diiringi doa penuh liku, doa yang senantiasa melagu dalam
melodi waktu. Seperti hakikatnya kita, karena sebaik-baik pertemanan adalah
saling mendoakan.
Lalu
apa lagi katamu ?
Si
biang keladi pemuja hati, perindu momen suci. Si biang keladi yang tidak tahu
diri, mengetuk terus tanpa henti. Sering sekali terlintas sekejap. Katamu cukup
mengayunkan romantisme. Kataku setiap waktu bersama punya romantisme, entah
akan berujung ke lembah sebelah mana. Aku cukup bersyukur dengan momen. Momen
sendiri saat tuhan membersamai, momen berdua saat Malaikat menemani, momen
bersama saat romantisme mengabadikan makna pertemanan yang saling mendoakan.
Lalu
kamu ingin berkata apalagi ?
Romantisme
paling romantis tersadari sejak kediaman bernafasku dekat dengan bangunan suci
bersejarah di sisi Kampung Kauman. Karena menikmati lantunan panggilan sucinya
yang tidak pernah ternodai. Untuk segera beranjak dan mengambil wudhu, lalu
mengemas diri dengan balutan suci di tempat sepantasnya untuk bersujud. Semakin
terpesembahkan dengan dzikir tanpa putus-putusnya. Untuk memohon lagi supaya
romantisme ini terus terjaga dimana pun di atas bumi di bawah langit.
0 komentar