Mukhamad Ubaidillah


 Kelebihan itu anugerah juga kutukan - Kata Ubaidillah yang dia petik dari Spiderman, semoga kamu Super Man Ever yaa

Dia adalah Mukhamad Ubaidillah

Aku biasa memanggilnya Mas Ubaid. Aku mengenalnya sejak bangku putih merah, sejak aku pembinaan bareng untuk persiapan lomba menggambar tingkat kecamatan. Sejak dia menggambarkan Andong yang ada Kuda, supercool man because he likes H O R S E - J A R A N. Dia suka sekali dengan Kuda, melebihi sukanya ke perempuan yang dia suka malah. Lihat saja dia, sedang menggambar kuda kan ? Pasalnya, dia sedang bersamaku dan sahabatku yang lain di Desa Rowoseneng Kandangan Temanggung sewaktu Bakti Sosial dari anak abal-abal yang berusaha membebali setiap jalan di Temanggung lalu mengulur waktu untuk selalu bisa dirasakan keberadaannya. Dia luar biasa, satu dari sekian sahabatku yang spesial, bisa menjadi Kakak tersetia yang mendengarkan keluh kesah adeknya. Ternyata walaupun aku ditakdirkan menjadi si sulung, Semesta punya cara lain supaya aku bisa menjadi adeknya sang kakak. Kupanggil dia Ubaidillah

Bercengkerama dengannya seperti tidak pernah menemukan ujung, entah soal apapun. Soal jatuh cinta, Tuhan, semesta, islam, sampai hal terkonyol. Hidupnya sangat konyol tapi super, di setiap kekonyolan yang dia jejaki selalu ada saja yang mengundang tawa dan mengusir kegundahan atas hidup yang katanya 'selalu ada optimisme Nabila'. Sepertinya Tuhan sayang sekali dengannya, ketika dia menghadapi perjuangan pendidikannya dari SD Muhammadiyah - Pesantren - MTs N - sampai sekolah bertaraf internasional di SMA Semesta Semarang sangat berbeda jika kalian tau. Si Ubaidillah ini selalu bikin guru-gurunya jengkel, kesel, takjub, bingung, sekaligus mumet menghadapi dirinya. Seperti keberaniannya berjualan ala Nabi Muhammad di sekolahnya sekarang, yang bikin komunitas lain di sekolahnya 'iri super' tapi bapak gurunya sangat mensuportnya.

Dia lelaki pemikir yang unik, sewaktu kelas 5 SD dia sudah berfikir tentang Tuhan, Agama, dan Semesta sampai menanyakan eksistensi Tuhan. Ampuuuun, bisa dibayangkan se-konyol apalagi yang dia bayangkan sekarang ? Dia sudah lebih berumur dari sekedar anak sekolah dasar. Ake serasa punya teman berfikir yang seirama saat aku juga memikirkan semesta dan takdir Tuhan.

Dia sederhana, penuh cerita. Walaupun matematika tetap rumit baginya, tapi dia menyederhanakan persoalan matematika saat dia ujian nasional, penuh keringat darah tapi hasilnya tidak semerah darah masih kelabu katanya. Tapi apa ? Dia menyederhanakan, makna belajar adalah prosesnya bukan hasilnya. 

Dia puitis, sastrawan yang punya segudang ide kata. Aku sampai terheran, kok bisa-bisanya perempuan di dekatnya tidak lama-lama di dekatnya padahal boleh jadi dia sangat romantis dengan segudang katanya. Selalu menyenangkan membincangkan soal masa remaja dengannya. Bagaimana galaunya aku, bagaimana bahagianya aku, bagaimana bapernya aku, bagaimana rasa digantungkannya seorang perempuan aku ceritakan padanya. Akhirnya aku tersentak karena aku belajar sisi lain dari seorang laki-laki dengannya. Tidak melulu aku menganggap laki-laki seperti stereotip kebanyakan orang, karena masih ada yang berbeda seperti Ubaidillah. 

Dia amat cerdas - jenius, dia bisa mendefinisikan kehidupan atas mimpi-mimpinya dengan jalan terjal yang amat berbeda. Tidak seperti yang lainnya, sekolah hanya sekedar sekolah, jatuh cinta seperti biasanya, berbisnis ala anak muda, bernegosiasi, berkonyol ria dan lain sebagainya. Tidak. Dia amat berbeda. Dia bisa hadir di tengah banyak warna diantara golongan muda hingga golongan tua.

Dia selalu mau belajar, hanya rasa malas yang aku terkadang sebal darinya padahal aku sudah mau membantu huuffft -__-. 

Itu dia, Mukhamad Ubaidillah, Pecinta Jaran, Pecinta Kata, Perindu Perempuan Sederhana dan Qona'ah katanya.

Terimakasih banyak
Tetap menjadi sang kakak yang baik untuk Nabila :)


Komputer masuk ilegal di perpustakaan 10:14 25-10-16
Best Wishes,


Nabiladinta






0 komentar