Negara Indonesia.
Negara dimana aku dilahirkan, negara dimana aku menghembuskan nafas selama
kakiku berpijak ke tanah. Aku tidak pernah meminta dilahirkan di Tanah Air
Indonesia, namun aku percaya dan menikmati bahwa inilah jalan yang diberikan
Tuhan kepadaku, menjadi manusia yang bermanfaat di negeri ini. Aku percaya aku
lahir di dunia ini pasti memiliki alasan, akankah aku bertahan atau berperan
dengan masalah hidupku maupun sekelilingku. Aku dilahirkan di desa, di sebuah
kabupaten yang banyak sekali sejarah Indonesia terlukiskan disana. Ya, aku
lahir di Desa Campursalam, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung Jawa
Tengah. Mungkin ada yang pernah mendengar, Temanggung yang berjuang dengan
bambu runcing melawan serdadu Belanda. Temanggung yang melahirkan seorang tokoh
penting di negeri ini, Moehammad Roem. Ia berjuang membela bangsanya di
Perundingan Roem - Roeyen. Banyak sekali cerita dari keluarga tuaku bagaimana
kabupaten tempat hidupku ini dilukis sejarah yang bagiku membangkitkan rasa
cintaku kepada negeri ini. Sampai aku tumbuh besar hingga saat ini 15 tahun
lamanya di Indonesia tercinta.
Aku berusaha untuk tidak pernah merasa menyesal hidup
disini. Sampai aku sadar, kini aku adalah pelajar di Indonesia. Aku pelajar
yang bukan hanya belajar diatas kursi dan di depan meja, menggantungkan hanya
dengan belajar dari guru di sekolah. Terlebih lagi pelajar dan pemuda itu satu
kesatuan, pelajar ya pemuda, pemuda ya pelajar. Semacam hal yang sudah menjadi
kodratnya. Kutipan kata - kata berikut yang aku dapat dari Basic Training
Pelajar Islam Indonesia :
"Pelajar adalah raja yang masa depannya menentukan
peradaban suatu bangsa"
Kutipan
itulah yang menjadi perenunganku 2 tahun yang lalu, karena kepada siapa lagi
bangsa ini dinobatkan kalau bukan ke pelajar masa kini? Pelajar muda itu
pemimpin masa depan. Kata Bung Karno, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya
akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan
kuguncangkan dunia” . Pelajar muda itu yang harus tangguh! Kiprah wujud mensyukuri
bangsa ini bukan hanya sekedar mengucap syukur saja, namun bagiku harus ada
gerakan lebih, kontribusi lebih, melewati tantangan baru, dan dunia yang baru,
minimal menengok ke lingkungan sekitar. Hal yang aku renungkan adalah, sudah
berapa banyak aku berbuat untuk bangsa ini? Aku pelajar, aku hidup
disini, aku tidak boleh tinggal diam melihat bangsaku yang mulai rusak. Gerakan
perbaikan yang menuntut kepekaan kita semua. Tinta sejarah bangsa ini semakin
mengajariku untuk lebih baik dan berbuat lebih dari sebelumnya. Bangsa Indonesia butuh
uluran tangan.
Mensyukuri bangsa ini
dengan belajar dari alam, belajar kemanapun mata memandang. Menjadi pelajar
bagiku harus melompat lebih tinggi, menyergap pengetahuan dengan pergaulan
bermasyarakat. Jika seandainya aku melihat disampingku ada saudaraku yang tidak
bisa untuk sekedar membaca A B C... apa hanya diam? Bukan! yang berilmu
bertanggung jawab untuk berbagi ilmunya. Supaya kita dapat bersyukur
bersama-sama belajar di negeri jamrud khatulistiwa ini. Keberanian untuk
berkreasi dan berinovasi adalah wujud mensyukuri kebangsaan ini. Sebagai
pelajar, keberanian ini dapat ditunjukkan dengan berpartisipasi aktif dalam
sosial kemasyarakatan. Guru itu apa saja dan dimana saja, 'sekolahku sekolah
alam terbuka, guruku siapapun dan apapun yang memberikan ilmu pengetahuan'.
Belajar boleh sampai ke negeri orang, namun jangan sampai lupa pada negerinya
sendiri. Hal itu sudah sepatutnya dirasakan, orang Indonesia dan berkepribadian
Indonesia.
Satu kutipan bagus dari Glenn Fredly "Bukan kebetulan elo lahir pada
zaman ketika Indonesia sedang seperti sekarang ini dan bukan kebetulan juga elo
membaca tulisan ini.."
Sederhananya adalah, kita
dilahirkan di bangsa dan zaman sekarang ini bukan karena kebetulan namun karena
memang kita ditakdirkan untuk berkarya dan membuat Indonesia menjadi lebih baik
lagi!! Kutipan ini aku dapatkan dari : http://yanworkssoccer.blogspot.com/2013/06/review-buku-pandji-pragiwaksono.html
Panorama Indonesia bukan hanya bisa dilihat dari potret perjuangan pelajar.
Boleh dilihat dari berbagai kebudayaan yang beraneka ragam. Coba kunjungi
penjuru Indonesia, dari satu tempat ke tempat lainnya, unik sekali bukan? Latar
budaya yang berbeda tetap dijaga toleransinya satu sama lain antar penduduk
Indonesia. Indonesia pun adalah salah satu negara dengan toleransi yang tinggi,
bukankah itu merupakan hal yang sudah sepatutnya disyukuri? Belum tentu di
negeri lain seramah dan senyaman hidup di Indonesia. Kita bisa bebas
berekspresi, bebas bersuara, dan kebebasan apa lagi yang mau dipertanyakan?
Indonesia membuka pintu untuk itu. Mungkin dibalik itu semua ada hal lain yang
pernah disesali, namun bukan berarti itu menjadi kendala dan peluang kita untuk
mengkritisinya. Tugas kita untuk memperbaiki, tidak membiarkan hal yang buruk
tetap ada di Indonesia.
Nah, ada satu lagi yang harus kita banggakan dari Indonesia, yaitu PANCASILA. Dasar
negara, tempat di mana semua suku, agama, keragaman, berpijak. Dasar yang
mempersatukan perbedaan kita, dikutip dari http://pandji.com/makna-nasionalisme.
Pancasila yang menjadi pembeda negara kita dengan negara lain. Istilah Bhinneka Tunggal Ika
masih tetap ada sampai saat ini, tinggal bagaimana masing-masing tetap memegang
itu. Pikirku, apa jadinya Indonesia sekarang kalau tokoh perjuangan kita tidak
ada inisiatif mencetuskan Pancasila. Ketika ada perseteruan di Indonesia,
alasan untuk tetap rukun damai adalah Pancasila. Pendidikan pancasila sebagai
pendidikan karakter di Indonesia memang perlu. Sayang sekali kalau generasi
muda sekarang lupa poin-poin Pancasila, sampai lupa. Kalau bukan kita yang
sadar akan hal itu, siapa lagi yang mau memulai? Menjadi pemulai dan
menginspirasi yang lainnya, demi Indonesia.
Mungkin cukup, tulisan kecil di atas semoga menggugah kita semua. Kita hidup di
Indonesia, belajar di Indonesia, berbangsa Indonesia, dan berkarakter
Indonesia. Bukan hal yang perlu disesali namun hal yang harus disyukuri. Semoga
menginspirasi :)
"Sambut Indonesia dengan rasa terima
kasih. Di tanah ini syukuri perkembangannya, perbaiki kekurangannya dan siap
turun tangan."
-Anies Baswedan-
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
-Anies Baswedan-
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
Ingat! Nasionalisme Bukan Sandiwara.
0 komentar