Ramadhan Kareem #6: Dari Lantai Lima Sentul Bogor

11-13 April 2022—Ketiba-tibaanku ke Bogor seminggu lalu bukan tanpa alasan, diminta dengan sangat mendadak di tengah malam yang disertai ngantuk oleh telpon dari Kang Hilal, baginda Sekjend PP IPM–yang nyebelinnya setengah mati, tapi harus aku akui kalau sebagai seorang teman Kang Hilal ini adalah sosok yang lain.

“Hah Senin ini banget? Hari ini banget? Mager banget ke Bogor sendirian….” rajukku ke Kang Hilal.

“Nah gimana kalau sembari kamu nunggu kabar Bekasi ke Bogor sampai Rabu?”

Ajakan ini sungguh bikin kaget, tapi aku coba terima dengan cukup lapang dada. Pergi ke Bogor sendirian bukan masalah sebenernya dengan riwayat seorang Nabila yang juga sering tiba-tiba pindah kesana kemari dadakan dan super cepat. Membayangkan berjam-jam di KRL dan berpindah naik gojek beberapa kali jadi bayangan yang agak menyebalkan di pikiranku.

Malam itu juga aku cari tau beberapa rute dan cara ke Bogor via KRL.

___


Aku beranjak ke Bogor di siang yang mendung dan berujung tertimpa basah air hujan menuju Stasiun Sudimara. Transit dan harus berganti stasiun adalah sesuatu yang sebenernya aku hindari dengan sangat, kecuali perjalanannya nggak sendiri. Kata seorang ibu-ibu aku naik kereta yang berujung di Stasiun Nambo, setelah kucek aku bisa turun di Stasiun Cibinong. Apesnya, siang menuju sore adalah jam-jam yang padat. Akibatnya, aku nggak kebagian kursi sama sekali. Baru bisa duduk sewaktu hampir sampai di Stasiun Depok.


Stasiun Cibinong yang kecil dan cukup ramai serta harus antre panjang buat keluar semakin bikin aku cukup malas karena selain sesak, hujan gerimis nan awet turun. Kemalasan tersebut bikin aku memilih pesan gocar buat menembus kurang lebih 10 kilometer sampai di Bigland Sentul Hotel. Biasanya aku cukup semangat menjejali kota baru, apalagi daerah Jawa Barat yang hampir luput dari kamus perjalanan Nabila.


Seenggaknya aku bisa membayangkan hal manis seperti tidur di kasur empuk hotel dan makan sahur serta berbuka dengan beragam pilihan makanan hotel. Ini cukup menenangkan di tengah beberapa hal yang masih kacau di pikiran.


Bigland Sentul, sore hari.


Ternyata beberapa acara kementerian bersamaan di sini, salah duanya Kemenag dan Kemendikbud. Jadilah hotel cukup ramai dan restoran di lantai bawah mulai sesak orang-orang kebingungan cari tempat duduk. Rebahan dan tiduran dulu adalah pilihan yang cukup pas. Roomate aku dateng beberapa saat kemudian, Teh Nunu! Dari IPPNU. Nampaknya kami berdua juga jadi peserta termuda. Kami berkenalan lalu beranjak ke bawah, kebingungan memilih menu buka puasa mana yang bakal disantap.


Dua Ramadan terakhir ini aku cukup pemilih dan belajar merasa cukup untuk makan di buka puasa. Jadi aku ambil cukup sedikit tapi beragam dan tanpa melupakan menu buah. Kami berdua satu meja sama jajaran bapak-bapak kemenag yang terlihat cukup lahap makan. Ada lagi seorang Bapak yang menyempatkan vidcall sama putrinya, sesederhana berbagi, "Ayah buka pakai apa?"


______


Acara di Kemenag ini rasanya cukup memaksa dibuat tiga hari. Seharusnya bisa dibuat satu hari, tapi ya namanya kementerian. Pembukaan yang cuma sebentar di malam hari bikin aku bergegas tidur, sahur tetap di bawah. Setelah salat subuh, demi naik ke rooftop lantai 7 aku sengaja nahan ngantuk. Bagi aku momen bisa menikmati pagi itu sebuah pilihan sulit antara melawan kantuk dan disambut pemandangan yang unexpected! 


Ternyata masih ditutup, setelah membujuk resepsionis akhirnya pintu bisa dibuka sebelum jam enam. Yang ada hanya pemandangan perbukitan padat merayap perumahan di bawahnya dan jalan tol yang super panjang dan riuh ramai kendaraan pagi, baik motor maupun truk dan bus-bus besar. Syukurnya, gradasi dan garis langit yang bercampur asap, warna ungu, oren, dan biru sedikit jadi hidangan mata yang cukup melegakan. Meskipun kami terlewat sedikit waktu pas sunrise.


Seharian kami menikmati materi-materi dari bapak sampai yang muda-mudi perihal sosial media, digital, dan seperintilan yang sebenernya sudah sering aku dengar di banyak forum lain. Beragamnya OKP yang didominasi orang-orang yang lebih tua dari aku (agak jauh) jadi bikin aku bertahan dengan sekuat tenaga menahan mata ngantuk. 


Malam ditutup dengan penutupan yang sangat cepat (?) Bukannya harusnya selesai besoknya (?) Ya beginilah kami yang datang cukup menandatangani beberapa administrasi dan bersiap check out di hari ketiga. Membayangkan pulang dengan panas yang terik bikin aku semakin pingin leha-leha dulu serta mencicil satu tanggungan UTS di hari Rabu dari kelas Mas Made.


Glad to know kalau aku salah pilih stasiun, Stasiun Cibinong baru datang keretanya sejam kemudian yang terpaksa aku harus menuju rumah Kak Abid buat bukber sendirian dan Kak Fatiha berangkat lebih dulu. Nebeng kereta menuju Nambo lebih dulu daripada nunggu panas-panas di Stasiun Cibinong. Dua jam, bukan maen. 


Ashar baru sampai di rumah Kak Abid. Sampai larut malam aku habiskan di rumah Kak Abid bareng teman-teman IPM dan Shahia si kecil yang manis sekali.


Terima kasih, lantai lima Sentul! Juga Kang Hilal, teman sekaligus Sekjend IPM tercinta yang cukup ngeselin tapi mau gimanapun juga tetep jadi teman Nabila dari 2015.


Temanggung, 20-22 April 2022

10.05 WIB

0 komentar