Let Yourself Go
Selamat pagiii
Beberapa hari ini ada beberapa
keresahan yang jadi satu di kepala. Mungkin barang satu, dua atau sebagian
orang dari kalian pernah merasakan hal yang sama. Apalagi aku yang susah banget
buat ‘diam’ di waktu normal.
Pandemi ini sedikit banyak buat
aku berkontemplasi, re-thinking about new way to look at our life. Kita akan
sama-sama menghadapi dunia baru dari hari ke hari, sebagian harus pergi lebih
dulu tapi banyak juga yang masih bertahan. Di balik semua aktivitas waktu
normal yang direnggut, setidak-tidaknya kita masih punya waktu untuk belajar. Meskipun
dengan sistem kuliah daring yang agak memuakkan.
Rasanya, pingin ngeluh aja terus
pas awal-awal atau mungkin sampai sekarang. Ya kan?
Puncak keresahanku adalah di hari
kemarin. Kok rasanya begini ya, begitu ya, nggak bisa melakukan produktivitas
seperti yang orang lain bisa lakukan dan memanfaatkan kesempatan buat menolong
orang lain.
Lalu, sungguh.. keresahanku terobati setelah ngobrol sama
Savina. Sahabat keren dan cerdasnya nggak karuan yang lagi sama-sama berjuang
untuk bertahan di Jepang.
“Nab, kita stay di rumah aja udah
ngebantu dokter lho.. kata-kata Ernest yang dikasih temen aku sounds like he’s
talking about the truth, ini tu pandemic, bukan ajang produktiviti, tugas
kita sebenernya untuk bertahan.”
Tarik nafas yang dalem. He exactly
replied my question. Mungkin emang bener kita nggak bisa melakukan semua
hal yang menurut kita itu adalah ‘sebuah produktivitas’ sesuai ukuran kita. Tapi
jangan terlalu khawatir, bukan berarti kalau kita merasa resah kita nggak
peduli, justru kita peduli ke diri kita sendiri. Tapi coba deh, give yourself
time and let yourself re-thinking and re-reflecting who you are.
Let your self grow as we go.
Don’t push your self too hard yaa!
Temanggung, 27 April 2020
0 komentar