Italian Bound (7) : Memaknai Keluarga



Tentang kehangatan keluarga di Italy

Cerita ini akan menjadi  sangat subyektif karena baru hampir dua bulan aku disini, setelah menikmati beberapa momen di banyak comune, kedekatannya terasa dimulai pada satu generasi di atasku, sayangnya ngga begitu terjadi pada seumuranku. Susunan pembagian wilayah di Italy tidak bisa disamakan dengan di Indonesia, kaya provinsi, kota atau kabupaten, kecamatan hingga desa kampung. Ceritaku berdasar apa n yang aku lihat di wilayah Italy bagian utara, mungkin akan berbeda walau sedikit dengan daerah selatan.

Sedang di Italy wilayah terbagi dari Regione – Provincia – Comune – Frazione. Contohnya placement yang aku tinggali, dari Regione Del Veneto – Provincia Belluno – Comune di Longarone (sebut saja ini kota ya) – Via Igne. Karena Italy benar-benar melestarikan kehangatan keluarga. Mereka biasa menghabiskan makan siang di rumah contohnya. Aku merasakan kehangatan.

Karena comune cenderung wilayah kecil jadi kebanyakan mengenal satu sama lain. Longarone, kota kecil yang aku tinggali ini sangat kecil, tengah kota berasa seluas desa di Indonesia karena bisa ditempuh dengan jalan kaki keliling. Hanya orang-orang itu yang aku temui, apalagi di bis pulang sekolah

Kok bisa ya ?

•       Makan siang di rumah

Karena sekolah di Italy berakhir sebelum lunch jadi anggota keluarga akan kembali ke rumah. Pun yang bekerja akan berjeda sampe hampir sore sekitar jam 3 atau 4-an. Makan siang ini umumnya akan dilakukan di meja makan dengan banyak bercakap satu sama lain tentang keseharian.


Jadi di waktu siang comune akan menjadi sangat sepi sekali. Apalagi kalau di kota yang sangat kecil dan berpenduduk sedikit dengan alam yang terbentang luas di daerah utara. Biasanya kalo sepulang sekolah ke tengah kota bisa kaya wilayah mati, karena kalo berjalan ke agak pinggir hampir Cuma bangunan berisi apalagi Italy selalu khas dengan bangunan sejarah yang tetap berdiri.


•        Menghabiskan waktu sore di centro comune

Setelah siang biasanya mereka beristirahat sehingga waktu sore biasa dihabiskan di tengah kota. Yang biasa terlihat anak-anak kecil, orang tua bahkan lansia yang duduk di Bar atau kursi panjang sambil minum kopi atau makan Gelato. Sekarang, gelato jadi salah satu mood boosterku disini hehe. Suasana juga sangat pas dan sejuk di waktu sore.



Sedang anak seumuranku, juga dari SD sampai SMA rata-rata mengikuti kelas dance, musik, atau apa pun kalau mereka mau gabung di sekolah khusus itu. Terasa lebih informal dan santai ngga kaya sekolah biasa. Kalau di Longarone kebetulan ada karate, seperti ceritaku sebelumnya aku pilih ini. Orangnya juga hanya itu yang biasa ketemu di bis sekolah haha.


•        Aperitivo

Biasanya ini bisa disebut makan kecil sebelum menjelang malam untuk dinner. Apertivo bisa juga minum bersama sekawanan, kalau Sabtu sore biasanya anak remaja berkumpul talking or chat each others. Kalo aku lihat di Centro di Asolo sewaktu mengunjungi Akbar makan crispy bareng hot chocolate atau menu lainnya.


Bercengkerama di waktu sore adalah momen manis bersama keluarga dibarengi hot chocolate kalo di cuaca yang dingin. Tapi orang-orang utara juga cenderung sangat tertutup dengan orang baru, tidak mudah dekat dan butuh lebih banyak waktu dibanding dengan orang-orang di selatan. Aku sampai bisa dekat dengan teman sekelas juga butuh satu bulan, finally bisa banyak "hahahehe". Sedikit cerita di salah kehangatan dari banyak kehangatan yang aku rasakan ketika jalan-jalan Sabtu sore.



TENTANG CORTINA



wilayah yang pernah menjadi bagian dari Austria, yang sangat manis dan cantik dilihat pada setiap sudut kotanya dengan bangunan ala eropa penuh sejarah dan dikelilingi banyak gunung kanan-kiri-depan-belakang. Gunung yang aku lihat berada di balik Val di Zoldo, daerah yang setelah seminggu kedatanganku aku singgahi. datang ke Cortina langsung mampir sekedar minum hot-chocolate dan makan pai strawberry sama Mamma Linda dan Papà Aurelio.

Sekelilingku banyak keluarga yang sedang menikmati sore di cafè mungil itu, kalau keluar lagi ada para lansia yang duduk di kursi panjang tanah lapang tengah kota, anak-anak kecil yang maen bola dan banyak lagi. intinya, betapa waktu sore sangat berharga bagi mereka. aku banyak menemukan if that is love yang ditunjukan kakek-nenek, simbah, buyut duh ngga tau deh berapa umur di kala lansia mereka. seperti keindahan langit Alpago, juga di minggu yang sama bersamaan dengan kunjunganku ke Cortina.

TENTANG ALPAGO



Selain Alpago yang cantik dengan gunung-gunungnya, Alpago ini wilayahnya di arah ketika aku menghadap kiblat solat dari rumah, timur tenggara dari rumah. Aku dibawa menuju kesana pada siang hari, saat daun sedang cantiknya di musim gugur. Gradasi warnanya ngga bisa sekedar di abadikan dengan kamera, harus disentuh haha. Aku melihat Rifugio which is rumah di atas gunung, ingin banget bisa bermalam disana.



Selain liat para penerbang paralayang yang bikin aku iri karena ingin juga terbang sejak tiga tahun lalu:(

I found 'that is love'. Ada kakek-nenek yang romantis sekali. Sang nenek udah sangat lemah ngga berdaya di kursi roda di dorong naik sama sang kakek untuk sekedar liat pemandangan yang berasa -negeri di awan- di tanah tinggi Alpago. You'll falling love with them, surely. That is love, aku jadi yang paling akhir turun selepas liat kakek dengan sabarnya menuntun kursi roda nenek.



-

See ? Betapa kehangatan keluarga sangat dijaga apalagi di daerah bergunung begini. Bukan berarti ngga ada kekurangan dalam situasi sosial disini ya, karena setiap wilayah di bumi pasti punya khas, kemanisan juga kepahitan masing-masing. Tapi buat apa sih menggerutu dengan kepahitan ? Lebih baik menikmati kemanisan kan.

Di tulisan yang kecil ini akan aku tambahi sebuah sajak dari temanku, biar tambah manis

Bunga yang seharusnya ada di Spring, bukan Autumn :)


"Siang adalah waktu terbaik menikmati liku dan gaya hidup manusia dalam benua yang berbeda

Perkotaan bahkan pegunungan juga bukan mahakarya tangan manusia itu ciptakan tuhan yang di peruntukkan untuk di lihat dan di renungkan
Lalu hingga tiba siang usai dari sinarnya, tibalah malam.

Malam bukan alasan untuk bermalasan, cuaca dingin bukan alasan nanti akan masuk angin

Lalu, teruslah berlari dalam dingin, hingga dingin menyelimuti malammu yang harus di maknai."


Demi pagi dan dinginnya yang semakin menunjukkan keajaibannya,


Longarone, 5 November 2017

Nabiladinta, 10°






2 komentar