Kecilku, Bahagiaku


Untuk hidup seorang mungil Ulima Nabila Adinta. Untuk Bapak Ibuk. Untuk Adek Daffa. Adek Hanun. Adek Gibran. Untuk siapapun yang jauh maupun dekat yang aku cintai...

Membuka lembara kusam diatas mengingatkanku akan sejuta memori. Bahagia. Sendu. Tragis. Masa kecil itu... Betapa beruntungnya aku ketimbang adek-adekku. Setiap hari ku nikmati Curcuma Plus. Setiap Minggu kutunggangi becak bersama Mbah Putri Julaibah. Dibonceng onthel Mbah Kakung Suwito. Setiap kuminta diberi. Setiap ku tak mau, dimanjakannya diriku. Andai adek keduaku ada, mungkin kamu adalah adek tepat dibawah usiaku. Namun, tidak adanya dirimu adalah alasan untuk hadirnya sosok paling mengalah di rumah kecil, Adek Daffa. Kamu yang membersamaiku paling lama. Aku masih teringat, kita digendong berdua sama Bapak. Lucu sekali...

Gempal dan mata beloloknya aku masa itu, membuat pakdhe budhe, bulek om berpikir, "Mungkin Nabila tidak akan tinggi tapi bentek." hmm.. manusia memang tak selalu tepat terkaannya. Masih kuingat sekali, ketika lensa kamera menjepret tubuh mungilku di atas. Baju ijo yang masih tersimpan di lemari, mungkin. Unyu sekali, absurdkah yang sekarang? hehehe...

Masih kuingat sekali bagaimana aku digendong Mbah Putriku, dengan baju warna pink yang paling kuingat, becak yang sering mengeluarkan bunyi, "prab...prab." seperti nama pakdheku, Prabowo. Dibonceng onthel Mbah Kakungku untuk keliling desa atau kecamatan, beli bubur, diajak ke Jogja. Sampai di kawasan Malioboro aku menangis gara-gara takut bertemu orang India, menangis dengan baju keemasan yang kupinjam dari sepupuku, Mbak Laras.

Pakdhe yang paling dekat denganku, Pakdhe Prabowo. Masih kuat sampai saat ini. Pakdhe yang terkadang, aku sering menjagaku. Memijatku kalau aku masuk angin. Menungguku waktu aku di-opname di rumah sakit... Ahhh... aku jadi ingat lagi, saat kepala terbentul aspal, gagar otak...

Waktu aku play group, ba'da maghrib, sekeluarga naik motor berniat menuju Sejayan, Mbah Tjokro mau pijitan. Belum ada Dek Gibran waktu itu, Dek Daffa di tengah, bayi Dek Hanun digendong, dan aku dengan jaket ijo tengkurep tidur di depan. Masih terasa sekali bagaimana aku kontal. JBREEK! ada motor dari belakang  menabrak, di dekat terowong kecil Desa Watukarung. Naas sekali :'(. Aku tak sadarkan diri, sakit sekali itu. Kata Ibuk aku tengkurep di jalan raya, untung aku mengenakan jilbab.Saat diangkat, air mata bercucuran, benjol semua kepalaku. Dan apa... 

Kenapa semuanya tak terlihat, hanya hitam ?

Innalillaah... Aku buta. Bapak lecet satu kaki terkena knalpot, ibuk memar besar di paha, Adek Daffa jatuh dekat kalen dan matanya mengeluarkan darah, alhamdulillah Adek Hanun dikekep Ibuk. Kenapa semua gelap? Aku kenapa. Sampai akhirnya aku sampai rumah... Saking sakitnya aku, yang aku panggil, "Mbaak Ayuuk Dhe Prab.. Mbak Ayuk Dhe Prab." Akhirnya Bapak memanggil Mbak Ayuk, heran. Pikir Mbak Ayuk aku menangis gara-gara enggak dibolehin main ke rumahnya. 
Keluarga-keluargaku datang, masih teringat sekali, aku digendong Bu Wuri, diperlihatkan garpu sudah mulai terlihat. Tapi sakit.. eh Mbak Ayuk malah megang-megang kepalaku. Aku nggak mau di bawa ke PKU, nanti disuntik itu sakit sekali. Tapi akhirnya aku di bawa, masih ingat aku, di IGD saat sudah tidur, buram semua. Pakdhe Tri ngecek, "Bil niki pakdhe." sembari melambai-lambaikan tangan di atasku. Sudahlah.. di rongsen. Aku gagar otak, untung tidak sampai operasi. 

Opname semingg itu melelahkan, iri rasanya kalu sebelah sudah pulang, kapan aku pulang? Aku lebih banyak dijaga Pakdhe Prab dan Budhe Mah, orang tuaku menjaga kedua Adekku di rumah. Iri waktu temen-temen play group njenguk, mereka bisa main, sedangkan aku di infus, kapan di lepas. Kebingunganku adalah ketika ditanya pusing, aku tak mengerti pusing itu apa... ??? Subhanallah.. bau obatnya masih aku ingat sampai sekarang, hampir sama sama obat salep pereda nyeri tulangku :') 

Aku tak mau lagi, cukup sekali, kecilku begitu mengejutkan, begitu meresahkan, begitu membahagiakan. Terimakasih semuaa :) . Nabiladinta's Fams.

^^MERCI^^


read_nabiladinta
12:37 031114

 
 

0 komentar