Menjelang
dipotret seorang lelaki saat jalan-jalan ke Baturaden, dipilih karena ini lucu, pose senggak siap itu menghadapi kejutan kehidupan |
Semalam sesampainya di rumah Temanggung yang sedang nggak dingin-dingin amat hawanya tapi tetap dingin buat aku, aku buka gawai dan baru menyadari dua bulan belakang nggak buka tumblr.
Nggak baca tulisan teman-teman, tentang hari-harinya, asmaranya, patah hatinya, gelisahnya, dan bahagianya. Bahkan akupun meninggalkan rutinitas di tahun 2021 yang gemar menulis refleksi setiap bulan. Meninggalkan rutinitas menulis jurnal. Lalu aku meraba-raba, kemana saja aku merangkai-merangkum segenap perasaan-perasaanku bulan-bulan belakangan?
Padahal, tahun ini aku banyak menggenapkan beberapa urusan-urusan duniawi yang kuemban. Menamatkan kuliah antropologi dan menjadi sarjana semut. Memilih resign dari IPM wilayah, akan menyudahi menahkodai media IPM, pertama kalinya mengurus program hosting alih-alih program sending di AFS serta beberapa perkara lainnya yang buatku nggak biasa dan patut disyukuri. Ternyata aku bisa menjalaninya dengan nafas yang terseok-seok. Jeda yang sedikit dan climbing yang udah nggak pernah disempatkan.
Awal tahun ini aku juga menjajal beragam olahraga ekstra kayak zumba, pilates dan yoga yang betulan ikutan "kelas". Apa yang aku lakukan murni dengan menjalani apa yang betulan ada di depan mata. Aku di tahun ini tidak serba perhitungan dan serba galau seperti tahun 2022 yang ternyata banyak gagalnya. Gagalpun nggak papa cuma aku sedang berusaha bersikap secukupnya dan biasa-biasa saja. Ohya bahkan aku juga digratisi dua hari kelas meditasi oleh Presiden Chapter AFS Jogja Mas Meilando. Duh kenapa dia baik sekali. Dua hari aku penuh mengonsumsi makanan-makanan vegan. Belajar mengenali nafas, emosi, relasi, dan menjeda kehidupan sejenak. Dan yang paling utama, belajar memaafkan.
Bertemu dengan beliau semakin bikin aku kepingin jadi manusia yang biasa-biasa saja. Tetap bisa merayakan hobi tapi tetap bersemangat mengumpulkan sebanyak-banyaknya uang supaya bisa bantu dan membahagiakan banyak orang seperti Mas Meilando melakukannya ke aku dan beberapa teman Bina Antarbudaya Jogja.
Banyak kejutan. Sungguh banyaknya bukan maen. Bahkan aku dihadiahi dengan kedatangan Lena di akhir tahun sampai awal tahun lalu. Sekejap aku terpana dan nggak bisa berkata-kata dengan keajaiban dunia di kehidupan Nabila Adinta. Pertemuan lagi dengan sahabat AFS yang aku nanti-nanti lima tahun ini. Di kala aku banyak bersedih hati karena merasa kehilangan beberapa teman dekat, Lena datang bak obat yang menyelamatkan hati dan pikiran kalau datang dan pergi itu biasa. Kehilangan itu tak apa. Kalau memang kita ditakdirkan bertemu dan tetap terjalin pasti akan ada jalannya, betulan people come and go.
Petualangan dua minggu dengan Lena cukup bikin aku nggak kepingin jalan-jalan selama beberapa bulan. Embel-embel aja sih sebenernya hehe karena kudedikasikan semester delapan untuk menulis skripsi. Berpindah dari cafe ke cafe, working space ke working space. Di dalam maupun di luar kampus. Kadang ditemani Mbak Laila, Izza, Inas atau sendirian aja. Terima kasih ya kalian sungguh support system terbesar dalam penulisan ini.
Nggak lupa juga Mbak Icha, dosen pembimbing yang nggak lelah mengajari dan memberi kritik. Nggak sekedar skripsi, bersama Mbak Icha aku juga diajak berdialog rencana-rencana masa depan. Peluang-peluang ruang belajar. Terima kasih banyak Mbak Icha, aku banyak meneladani Mbak!
Wah. Tulisan ini nggak cukup menampung segenap perasaan nano-nano yang kadang menipis-datar-menggelembung seperti balon yang tinggal menunggu kapan saatnya pecah. Sekarang aku sedang merasa biasa-biasa saja. Masih cukup lelah dengan dua bulan berkelana.
Terima kasih, udara Temanggung kasih aku kesempatan untuk menulis lagi. Mari pulang.
Temanggung, 29 Agustus 2023
21.20
0 komentar