Italian Bound (20) : Penghujung Januari



Penghujung Januari yang lalu,

Menyisakanku banyak cerita untuk dibagi, sayangnya aku baru memberi waktuku di akhir bulan Februari. Aku ucapkan terimakasih ke buku harianku - tinta di dalammu menyelamatkan ingatanku, hehe

Palau kamu masih percaya kekuatan ingatanmu sangat kuat dan just flowing you don't need to write it. Tapi, I am kind of person yang ngga mau melees itu di satu tahun pertukaran pelajarku.

-

Iya, Januari jadi akhir pertemuanku sama Aurora Ferra or Aury. Kawan satu kelas, -akhir pertemuan- yang -sementara- iya sementara karena kita masih berharap bisa ketemu lagi, suatu waktu nanti

Aurora bakal pergi ke Australia for 6 months of her exchange actually. So, menyisakan kebaikan terakhir atau sekedar makan bareng, sesederhana itu semoga saling membekas di ingatan kita masing-masing



Walopun iya, aku ngga sedeket itu dengan Aurora dibanding dengan Alice. Tapi berkat Exchange-Year aku jadi mengharuskan diriku untuk menghargai sesebentar apapun pertemuan. Toh, hidup juga penuh fase dan akan terus berpindah.

Aurora, aku beri sedikit khas Indonesia, yang aku bungkus dengan sederhana pakai kertas kado yang aku gambar sendiri. Casian sama Michelle (best friend Aury nihh) nemenin kita. Semoga 6 bulanmu membentukmu jadi lebih baik ya Aury :') The thing that I love the most from Aury is her fashion, full colour. Not as italian in majority, yang mereka lebih suka pake hitam. Mungkin biar terkesan lebih elegan dibalik kulit putih mereka, but I love Aury's Fashion !

-

Untuk kedua kalinya aku diberi kesempatan naik kereta Freccia Rossa buat jengukin my best host sister Irene di Torino loh,

Hari dimana the last day I saw Aury jugak, oke balฤฑk ke Torino,



Anyway tenting museum aku sudah cerita sepenggal di sini (klik). A little reflection, Torino kota besar yang menyisakan rasanya peel muter harus jalan kaki, eh engga ding bercanda. Dasar manusia zaman now tuh manja haha.

Karena terjadi sedikit accident jadi kereta kita molor sejam.

Makanan yang menyambut malm itu adalah Kurdish type, haha you know lah kalo Torino nih kota besar jadi makanan mancanegara tersebar, sayangnya ngga ada Indonesian Restaurant :( But seenggaknya I found income walopun cuma rebus hiksss.

Yang unik waktu ngunjungin Torino ada musem egyps bisa dilihat di link tadi, rumah yang kita tingggalin juga beda dari bulan Oktober lalu, jenis BnB. Diantara hostel dan hotel lah, cocok kalo buat pilihan waktu travelling uangnya medium hahaha. Jangan lupa coba biccherin -minumana khas Torino dengan coklat kental-

Yang ngeselin dari kejadian di Torino adalah, kesel banget ada bapak penjual bunga INNOCENT BANGET KUY, dia nawarin bunga nyodorin ke tengah aku sama Irene pas gandengan. Ya itu trotoar kecil plizz pak, yang aku minggir. Udah mau jatoh itu, sambil gendong tas yang dibeli di Mercato Porta di Palazzo langsung rusak ya Allah. Barang murah mah gini, apalah daya yang duitnya pas-pas an begini :(

Langsung suntuk malem itu. Padahal habis seneng nonton film The Oriental Express yang sadis itu.

-



Apa itu Mercato di Porta Palazzo ?

Torino, kota besar di ujung north-west Italia dikenal dengan kotanya para imigran, kotanya manusia dari berbagai penjuru dunia. Sisi lain di bagian hampir tengah kota, kebetulan saya dibawa Irene - Host Sister ke bagian ini, yang dikenal rutin setiap Sabtu dengan “Mercato di Porta Palazzo” atau “Market of the Door Palace” , lebih tepatnya apa saya kurang paham secara harfiah, hehe
.
Yang jelas, saya berasa nggak seperti di Italia. Bagian yang diisi banyak etnis yang rata-rata datang dari Afrika, orang-orang Rom/Zingari/Gypsi, dan lainnya yang khas dari gaya berpakaiannya kata Mamma Linda. Pasar ini lumayan kumuh, semua barang yang dijual berharga rendah. Semakin saya masuk dan menulusuri barangnya ala-ala negara-negara Afrika. 





.
Naluri saya bilang harus hati² banget, “Stai Attenta Nabila” kata Irene. Mulai dari baju-sepatu-tas-kain-masker- yang terlihat nggak seperti Italia. Entah new or second hand yang jelas murah asliiii! Bisa ditawar lagi. Banyaknya pendatang yang kemudian home-less ini jadi salah satu masalah besar di Italia.

Sampai ada grafitti bertuliskan “senza frontiere nessuno รจ clandestino” - “without borders no one is underground” kira² ya nggak bakal ada perlindungan buat mereka, nggak seperti kita yang dilindungi negara. Terlihat memprihatinkan, iya pasti. Atau entahlah, hanya karena perang yang buat less-motivation atau mungkin bener² have no idea dan hanya ingin lari. Saya nemuin “No Justice No Peace” tapi saya juga nemu “PACE” - “PEACE”. Everyone want PEACE dear, 





The world is still just like this :(
Kalau kita ngga peduli, dan masih mikirin diri sendiri. Ayo kenali dunia lebih dekat lagi :’)

Tanti Saluti,
Kereta Freccia Rossa Torino-Venezia,
28 Januari 2018
-




Kita tiga hari itu jalan terus buk pak. Sebelum makan siang terakhir pake ramen-Jepang yang mantab banget itu lezat, di hibur sama geng musik jazz yang nyampurin tipe musik Argentina - Paris , lagu-lagu menenangkan dan meneduhkan , lagu lawas sih. Banyak banget yang appreciate mereka, ada anak kecil goyang-goyang juga.



Keburu ceritanya lawas, dan aku selesaiin ini udah sampe di bulan Maret awal. Maafkan keogahan dan kecekatan Nabila yaaahh. 

Ohya berkesempatan juga ke puncak Mole a.k.a Mall yang udah jadi museum, aku liat Torino dari atas. Terlihat piazza-piazzanya yang bener-bener kotak rapi, ada juga bangunan synagog dari jauh. Subhallah, pegunungan di pinggiran yang ketutup salju indah banget.


Salam hangat menuju 6 bulan tepat hari-hariku,


Ulima Nabila Adinta
Via Igne, 5 Maret 2018






0 komentar