*berlanjut dari Italian Bound (12)
Aku bukan perempuan yang bisa sesering berolahraga selayaknya di exchange year ini. Aku bertaruh dengan dingin sampai bertahan aja masih terus mencoba, alhamdulillah sekarang mulai ngga salah koÅŸtum lagi. Long Weekeng 3 hari libur ini aku kuat-kuatin karena kalo menolak juga sayang kaan,
WALKING IN THE SNOW RIVER
I am beyond grateful, my host family like never let me free, bosen boring abut etc. Hari Jum'at aku di ajak Mamma Linda ke daerah Agordo, buat ke sungai yang harapannya airnya member dan bisa buat tempat kita jalan. Daerah menuju Agordo sampan di Agordo nya ini gunung-gununngnya buas jarang bisa dinaikin, sedikit jalan setapak di sana of course juga banyak binatang buasnya. Sekitar jalannya juga banyak tempat pengambilan besi, sumber daya alam.
Sampe membelusuk ke salah satu comune kecil dan sampai di sebelah jalan yang gunung-gunung curam menjulang tinggi di sisi kanan. Saljunya turun rintik lumayan kenceng menerabas wajahku yang -sedang menahan dingin-. It was super like fairy tale ! Ada satu rumah kayu di Tengah pohon-pohon besar yang penuh salju. Bagi Mamma salju yang turun tahun ini tetaplah sedikit, tapi ini tetap bagian dari rasa syukur drainada nega turun sama sekali.
Sungai dengan air jernih biru yang kalo lihat ke arah hulunya ada gunung besar lagi-lagi. Aku jalan dan melompat lewat batu-batuannya. Oh ya aku memilih ber-outfit full blue biar terasa menyatu. Banyak ice-ice yang melancip dari batang-batang yang jatuh ke sungai. Karena engga banyak giacchio atau tempat dimana daratan udah jadi es dan bisa buat jalan, adanya kita malah terperosok.
Pulang dan memilih daerah lain lewat Val di Zoldo yang baal muncul dari arah atas menuju rumah sekaligus selalu ditutup dengan hot-chocolate atau ciocolata calda buat menghangatkan.
LEARNING SKI AGAIN AND AGAIN
Suhu -10 derajat menyambutku, aku bermain lagi di San Pellegrino. Cable car atau apa ya namanya kalo aku sih nyebutnya kursi terbang dan aku naik ituu, gunung-gunung di wilayah Alto-Adige ini memukau sangat. Hadeuh kayaknya setiap wilayahnya bisa aku sebut terus yes like fairy tale but it's real buat makhluk tropis semacam aku. Aku belajar ski kali kedua dennen lebbig percaya, dan mulat belajar menurun.
Jatuh ? pasti ya, dalam tahapan belalar sesuatu kala kita ngga merasakan sakit gimana bisa ahli dan tangguh, I mean dalam belajar olahraga. San Pellegrino ini berhasil membekukan tanganku, karena ditambah angin yang gede dimana aku bisa liat di atas putihnya salju ini. Kalau aku ngga pake sarung tangan sakit rasanya atuh, beku, dingin sekali.
Aku meluncur jatuh, meluncur lagi jatuh. Belajar bikin bentuk kurva, karena kalo cuma lurus bakal meluncur dengan kecepatan sangat tinggi banget, aku pernah dan hasilnya jatoh hehe.
The most thing yang aku suka dari San Pellegrino Ski adalah gunung-gunung esnya terasa lebih dekat dan di depan mata. Setelah cuma ngimpiin Swiss ternyata Italy juga punya kokk. Anginnya yang gede cukup menakutkan karena dinginnya ngga ketulung 10 derajat dengan angin itu bak 15 derajat heu-heu. Kursi terbangnya bikin aku jatuh hati walopun belajarnya bikin nyeri tapi nyatanya aku kuat berkali-kali.
Aku masih inget betal anginnya yang bikin semua kulitku merah. Tantangan fisik, semua rasa kali bukan di AFS pas masa SMA kapan lagi coba dapetnya, hehe. Aku bertahan 3,5 jam dan itu termasuk lama samme matahari hampir istirahat dan arena ski mulai sepi.
Kita bertolak pulang setelah mampir sebentar buat membuat badan tetap hidup ke rumah masa Cecil Papa Aurelio di Falcade.
FIRST TIME CLIMBING
Anyway kalo first time engga juga karenadulu tercatat manjat di bangunan baanvak berbatu di pinggir kali sama sepupu-sepupu yang suka maen ke sawah, hehe. Tapi ini jadi kali pertama buat climbing yang general climbing walopun bisanya masih indoor mengingat cuaca dingin dan ada salju kalo di luar. Badanku sebenernya mais pegel habis Ski apalagi bagian kaki tapi melewatkan niat bank Tomasso host-brotherku itu sayang banget.
Tomasso lagi ngajarin ini |
Tomasso yang dateng sewaktu prenzo - lunch bikin aku tabah semangat, Oke Bil kamu kudu kuat dong, kayak ke diri sendiri. Tempat belajar pertama ada di Feltre sekitar sejam dari rumah tapi karena akhir weekend jalanan full mobil dan macet, sepulang orang-orang dari Val di Zoldo, Auronzo tau Cortina mungkin.
Arenanla terlihat kesil dan ngga begitu besar tapi ternyata tingkat kesulitannya boleh juga, aku juga nega manter arena nega ada tali. Tapi aku coba lagi dan lagi, walopun tangannya merah semua. Dikuat-kuatin bil, aku bertahan dua jam -masa iya kan aku ngelewatin quality time for first learning ini- dinding yang ngga lurus yang susah dicapai, selain karena harus kuat menahan badan di posisi terbalik.
Salju malam itu semacam meredakan keringat lelahku, harus tambah kuat dan Senin harus sekolah !
-
Hobi yang aku bungun semakin banyak disini, yang semoga menyeimbangkan fisik dan rohani, semoga di Jogja ada fasilitas memadai nggih setelah aku kembali nanti. Nuhun, Grazie.
tengah malam di kasur empuk,
31 Oktober 2017
Ulima Nabila Adinta
0 komentar