YOU SHOULD GET LOST IN VENICE
Where to Go ?
Mimpi
seribu mimpi
Terbayang
hanya melalui dokumentasi
Tentang
manusia-manusia yang menyinggahi
Lalu
angin tiba-tiba membawaku pergi
Dengan
keajaiban yang terealisasi
Sampai
pada aku melihat sendiri
Aku pergi,
lalu biarkan ini menjadi kenangan abadi
Venice, 1 November 2017
di kala libur Ogni Ssanti (biasanya 31 malam perayaan Halloween)
Cerita tentang kota ini sengaja aku beri tempat sendiri, karena International City yang jadi idaman penduduk bumi, mungkin. Terlebih kalau kita tau sejarah di masa lampau, jalan di kota ini hampir membayangkan terus apa yang pernah terjadi di masa silam.
AFSers Triveneto sebenernya beberapa udah ada yang punya rencana untuk meet up di Venice dan aku engga ikut, karena pasti spending a lot of money ,ahaha apalah daya sudah semakin menipis menjelang dua bulan di negeri ini. What a miracle tiba-tiba Mamma Linda di sela dinner karena sebelum libur mulai selalu tanya, “Cosa fai domani ?” kiranya tanya mau ngapain lah, reflek aku jawab, “Boh, Non lo so,” Ngga ngerti mau ngapain. Sukanya diberi kejutan karena aku ngga pernah tanya detail mau di ajak kemana, biar surprise gitu ceritanya.
“Andiamo a Venezia”
“Venezia ?? Davvero // Really ?”
No reason buat menolak. Who knows bisa meet up juga sama temen AFS yang lainnya. Hopefully yeaah.
---
Pagi, ± 09.00
Setelah membalas rindu dengan makan indomie di pagi hari. Aku memang lelet Allahu, jadi aku sangka bakal nunggu Papà Aurelio balik dari gunung eh ternyata just me and Mamma. Dengan apa adanya ber-dress up tapi semoga ngga kalah cantik sama kotanya, eh. Hahaha
Menjelang matahari yang semakin meninggi aku caw menuju Venezia yang ternyata ngga jauh banget, cukup satu setengah jam. Kalo begini adanya doyan pergi ke sana terus meskipun engga beli apa-apa, buat irit bawa bekal karena makan sebagai orang asing bisa dimahalin di restoran atau di bar kecil.
Spending dengan makan setengah apel di mobil sampailah kita di Mestre, anyway bakal mahal banget parkir di Venezia St. Lucia behenti lalu parkir dan ambil kereta menuju Venezia St. Lucia is the best way perhaps. Ngga mahal kok sekitar 7 euro. It takes about 10 minutes. Disambut dengan laut luas, ngga sabar ingin cepat sampai.
Sinyal langsung berubah 4G, setelah berkutat dengan sinyal H di kediaman tengah gunung. Banyak celetukan berbahasa inggris, ngga tau kenapa ketemu bahasa inggris adalah surga di Italy gimana ketemu bahasa indonesia ya (?)
Yang biasanya Cuma dibayangin dan ngeliatin vlog Returnee ITA taun lalu finally bisa nginjakin kaki sendiri, mesra berdua dengan Mamma Linda uhuuu. Aku putuskan untuk off dari handphone, sebuah perjalanan ngga akan bisa menikmati totally kalo masih berkutat dengan dunia lain. The people, the places, the situation that would be really precious time when you might be get back it’ll no be the same situation. You should get lost while you’re traveling.
Kanal besarnya di depan stasiun, gondola-gondola yang banyak macamnya, tourist manca negara, burung-burung dara, pengamen berlagu indah yang italy banget, it just so amazing.Aku langsung ngebayangin gimana indahnya warna-warni Venice menjelang Valentine Day karena pasti bakal banyak yang macak indah dengan topeng khas Venice. Harus beli ya kalo ke Venice !
Beberapa detik setelah nginjakin kaki dan berjalan di Venice Mamma Linda cerita soal masa kejayaan Venice di masa lampau yang juga aku udah pernah baca sekilas di beberapa artikel. Apa aja ya ? Yuk ditengok,
MASA EKSPANSI REMPAH
Nah kalo denger kalimat ini pasti langsung terlempar gimana bangsa Eropa menjajah habis-habisan negara-negara Asia. Apalagi Belanda yang tanpa ampun tiga abad lebih. Sedih dan selalu menyesakkan kalo diinget. Padahal aku ingin selalu menulis dengan hati selembut denyut nadi tapi nyatanya menulis butuh ketajaman hati. Apalagi soal gejolak kemanusiaan dan peradaban yang kadang sulit dimaafkan kecuali hanya dengan waktu. Eh kok sampe sini, haha balik lagi ya tentang Venice.
Venice pernah menjadi salah satu jalur pusat perdagangan di Eropa yang mengalir dari Asia. Ketika Turki Konstatinopel menutup pelabuhannya, bangsa Eropa baru bisa mendapat rempah melalui jalur yang lebih panjang dan pasti bakal lebih mahal. Venice menjadi salah satu yang dilewati sebelum tersebar di wilayah Eropa lain. Pengaruh para pedagang Arab menguat kala itu.
Venice menjadi kaya dan jaya masa itu sebelum kemudia Portugia-Spanyol-Belanda berinisiatif mencari jalan sendiri menuju Asia, setelah ditemukan kompas. Vasco da Gama, Bartolomeuz Dias, D’Alburqueque beberapa yang memimpin pelayaran. Mereka tidak lagi pergi ke Venice, seketika Venice mulai kehilangan banyak pembeli dan jadilah Venice colapse atau bangkrut.
Setiap sudut Venice punya sejarah, nama jalan kecil atau besar di Venice pun beda dengan nama Casso. Rasanya di kota cantik ini no one life with home, semua berasa tourist di mataku haha. Yang aku kira kanal-kanal di Venice itu Cuma bebeapa ternyata ada BANYAK ! Wah. Kalo naik gondola yang bagus dan spesial hanya untuk kita engga berame-rame bisa sampe 80 Euro Oh My duitnya setara sejuta-an rupiah cuma buat keliling kanal. It might be once in a life, but seriously I don’t have much money. If you’d like to try and you have money Just Try ! bisa aje kan sekali doang seumur hidup.
Lalu hal yang pasti dibawa Mamma Linda adalah ke Museum, namanya SCUOLA GRANDE DI SAN ROCCO. Mewah pantes, namanya aja juga Grande alias Big, jadi ini sebuah sekolah tapi didirikan sama orang kaya. Setiap sudutnya berseni, hall nya pun gede banget dan kalo mau liat atapnya yang juga ngga Cuma sekedar atap harus pake kaca, jadi engga ndangak gitu kepalanya kan pegel, ehe.
Salah satu pelukisnya ada yang dari Pieve di Cadore comune atau kota yang ngga jauh dari kotaku, Longarone.
Selepas dari Museum kita berjalan terus, entah engga kerasa capeknya karena mataku ngga ada lelahnya lihat sekeliling yang rasanya butuh lebih dari sekali buat menyambangi. Banyak banget toko cantik yang jual pernik dari bahan glass-topeng yang rasanya pingin banget buat beli banyak, cuma rasanya.
--
Hampir setiap kota di Italy punya gereja yang super mewah dengan arsitektur dan seninya. Apalagi di Venice beeehh selain seni yang mahal tapi juga punya makna filosofis. Aku ke gereja itu, ada pahatan di lantai, orang-orang berpengaruh dan istimewa di kubur di dalamnya.
Anyway di beberapa bangunan Venice ada arsitektur semacam jendela tapi ada bentuk kubah masjid. Subhanallah, seni emang cantik mengabadikan kedatangan manusia ke suatu negeri, terlihat cuma dateng tapi ternyata punya pengaruh sesederhana bangunan jendela.
Ada banyak piazza atau square kecil di Venice yang di tengahnya punya semacam pusat air, menjulang berbentuk tabung di tengahnya. Aku belum begitu paham fungsinya tapi mungkin ada hubungannya dengan Venice yang kalo hujan seluruh daratannya dibanjiri air. Jadi pasti ada papan-papan yang tersedia buat antisipasi dan memudahkan berjalan di kala banjir air.
Syukur kota secantik ini diisi manusia yang kreatif juga, bagaimana dengan kondisi banyak air tetep bisa membangun karya seni yang bertahan berabad-abad lamanya. Selepas itu kita berdua makan siang dulu, anyway lagi nih kalo jadi real tourist tanpa bawa orang Italia bisa di mahal in berpuluh euro, misalkan orang Italia habis 40 Euro di Bar yang sama, nah orang Prancis atau yang masih kawasan Eropa bakal ditarik 60 Euro-an kalo orang Asia katakanlah Jepang, bisa sampe 100 Euro. Bukan main mahalnya, untung aku orang Asia dibawa orang Italia.
NAIK GONDOLA KE PIAZZA SAN MARCO
Sampe akhirnya kita berjalan ke kanal pusat yang paling gede, naik gondola umum buat ke SAN MARCO YEAAAYY, Piazza yang terkenal dari Venice. Sewaktu naik gondola aku lihat bangunan rumah emas dan model rumah yang unik banget. San Marco punya bangunan gereja yang indah dan gede banget but sayang antrean masuknya super panjang mengingat waktu semakin sore.
Disambut alunan musik bergaya amerika di coffe shop. Bukan main kuyy beli kopi disana bisa habis berpuluh euro. Piazza ini gede dan banyak burungnya ahaay, pingin foto bareng mereka sayang engga bawa roti buat dibagi biar pada mendekat :(
Jalan lagi jalan terus jalan sampe beli TOPENG ahaaayy dan engga pernah lupa buat beli postcard. Because traveling makes me love to collecting postcard. Aku beli topeng kecil buat Dek Raline eh malah hilang entah dimana, yasudah besok ke Venice beli lagi haha. Gondolanya ngga ada habisnya ampun, seberapa kreatif dan cerdasnya manusia masa lampau sampe bangun seni seindah ini.
--
Ada kejutan yang lain, yang aku cari hampir dua bulan ini ngga nemu di Italia, hikss.
“NABILA; QUESTA PICANTE !!” // “NABILA INI
CABEEE,” Mamma Linda spontan lemme know.
Aaaa kaya terobati banyak rindu lidah ini. Ada cabe yang dijual orang India, orang Indonesia ngga makan pedes dan nyeplos cabe dibarengi makan gorengan tuh nyesek di hati. Eh alay kan haha. But you have to know something saddd yang I cant help banget adalah ngelihat stories instagram temen-temen di Indonesia makan soto, tempe, bakso beeehh pingin deh ada teknologi baru tanpa perantara pos bisa langsung sampe Italia. Eitt, stop, udah melenceng jauh ini.
Oke.
Kita beli segelondong cabe rawit dan makan cemilan di BAR lalu pulanggg disambut kanal besar dekat staisun dengan sunset yang istimewah. Ingin 24 jam tanpa tidur dan nikmatin romantisme Venice.
Sayonara ! Mari pulang marilah pulang marilah pulang beramai-ramai
Dadadaaaa Ci Vediamo !
Longarone, 24 November 2017
Nabiladinta 5° ((anget sumvaahh))