Nabiloski De Pellegrini



Yakyaak setelah bertravel ria di Venice alhamdulillah diberi kesempatan buat ngerasain lagi kehangatan keluarga di Italia. Posting ini ngga akan berceloteh banyak sih anyway karena udah diborong dibagian Venice. Eh tapi ada satu hal yang lumayan menyenangkan di awal hari Jum’at.

Pelajaran English di sekolah Italia bakal lebih masuk ke literature ketimbang kita di Indonesia yang biasanya bahasa grammar cara ngomong talk active dan lain sebagainya. So that’s why engga banyak anak Italia yang bisa speaking english  but beda sama kelasku yang Lingusitico so almost everyone can speak english. Fortunata me // Lucky me.

The most thing that I like is ketika nonton film The Scarlet Letter yang bercerita tentang seorang perempuan Inggris yang ke Massachutes Amerika dikirim suaminya sewaktu penjajahan Inggris ke Amerika, nah dibalik itu juga menceritakan sejarah kaum Puritan. So bisa sekaligus belajar sejarah, yang aku suka dari film ini adalah ketangguhan perempuan yang memulai hidup sendiri di negeri orang lalu punya anak dengan seorang Pastor bernama Arthur. menyesakkan filmnya hikss.

--
Oke. Balik ke Ulang Tahun Mamma Linda atau di bahasa Italia itu Compleanno di Mamma Linda. Aku berusaha nyiapin sesuatu hal yang berkesan, karena saking bingungnya dan mepet. Mau cetak foto juga belum nemu harus dimana finally aku bikin surat ucapan tapi pake bahasa Italia yang dibantu Alice buat translate-nya. I did as simple as creative as I can but also hopefully that would be meaningful.

Gimana ya isinya ?



Sampe Anna host sister-ku mbrambangi, ngga sampe netes tapi. But sebuah kebahagiaan sendiri bisa bikin itu means a lot. Sekaligus aku beri dompet batik, biar still ala-ala Indonesia gitu. Kakak laki-laki Mamma Linda dan istrinya tingga di Emilia-Romagna (Kota Babi karena saking banyaknya babi) dateng ke rumah dari siang. Talk active sekali om-om ini, haha. 

Perayaannya pun sederhana, kita pergi ke daerah lebih atas lagi ke ALPAGO. Masya Allah salah satu fav place bangett ini, berasa bisa lihat negeri di awal kalo sampe atas Alpago. Makan malam yang selalu dengan porsi sangat banyak, makan domba khas Alpago saia. Belum lagi dessert-nya beehh. Dua jam lebih kita disana, di Italia sesi makan malam selalu diutamakan dan waktu untuk saling berbincang setelah satu hari full dengan kegiatan masing-masing. Maka, aku ngga pernah melewatkan momen makan malam.



Baru pas mau balik I give my gift, and everyone just shocked. I did it !

--
Yaahh begitulah sedikit cerita yang semoga menceritakan Tentang Italia yang sedang aku singgahi. Exchange is not a vacation, is life when you can feel home, family, learn and school.
Ci vediamo Ragaaa !!

Di tulis di komputer perpustakaan sekolah Liceo State Giustina Renier, pengobat suntuk.
Belluno, 27 November 2017


YOU SHOULD GET LOST IN VENICE



Where to Go ?


Mimpi seribu mimpi
Terbayang hanya melalui dokumentasi
Tentang manusia-manusia yang menyinggahi
Lalu angin tiba-tiba membawaku pergi
Dengan keajaiban yang terealisasi
Sampai pada aku melihat sendiri
Aku pergi, lalu biarkan ini menjadi kenangan abadi


Venice, 1 November 2017        
                   
di kala libur Ogni Ssanti (biasanya 31 malam perayaan Halloween)
Cerita tentang kota ini sengaja aku beri tempat sendiri, karena International City yang jadi idaman penduduk bumi, mungkin. Terlebih kalau kita tau sejarah di masa lampau, jalan di kota ini hampir membayangkan terus apa yang pernah terjadi di masa silam. 

AFSers Triveneto sebenernya beberapa udah ada yang punya rencana untuk meet up di Venice dan aku engga ikut, karena pasti spending a lot of money ,ahaha apalah daya sudah semakin menipis menjelang dua bulan di negeri ini. What a miracle tiba-tiba Mamma Linda di sela dinner karena sebelum libur mulai selalu tanya, “Cosa fai domani ?” kiranya tanya mau ngapain lah, reflek aku jawab, “Boh, Non lo so,” Ngga ngerti mau ngapain. Sukanya diberi kejutan karena aku ngga pernah tanya detail mau di ajak kemana, biar surprise gitu ceritanya. 

“Andiamo a Venezia”

“Venezia ?? Davvero // Really ?”

No reason buat menolak. Who knows bisa meet up juga sama temen AFS yang lainnya. Hopefully yeaah.

---
Pagi, ± 09.00
Setelah membalas rindu dengan makan indomie di pagi hari. Aku memang lelet Allahu, jadi aku sangka bakal nunggu Papà Aurelio balik dari gunung eh ternyata just me and Mamma. Dengan apa adanya ber-dress up tapi semoga ngga kalah cantik sama kotanya, eh. Hahaha

Menjelang matahari yang semakin meninggi aku caw menuju Venezia yang ternyata ngga jauh banget, cukup satu setengah jam. Kalo begini adanya doyan pergi ke sana terus meskipun engga beli apa-apa, buat irit bawa bekal karena makan sebagai orang asing bisa dimahalin di restoran atau di bar kecil. 

Spending dengan makan setengah apel di mobil sampailah kita di Mestre, anyway bakal mahal banget parkir di Venezia St. Lucia behenti lalu parkir dan ambil kereta menuju Venezia St. Lucia is the best way perhaps. Ngga mahal kok sekitar 7 euro. It takes about 10 minutes. Disambut dengan laut luas, ngga sabar ingin cepat sampai.

IT’S REAL VENICE !!!



Sinyal langsung berubah 4G, setelah berkutat dengan sinyal H di kediaman tengah gunung. Banyak celetukan berbahasa inggris, ngga tau kenapa ketemu bahasa inggris adalah surga di Italy gimana ketemu bahasa indonesia ya (?)

Yang biasanya Cuma dibayangin dan ngeliatin vlog Returnee ITA taun lalu finally bisa nginjakin kaki sendiri, mesra berdua dengan Mamma Linda uhuuu. Aku putuskan untuk off dari handphone, sebuah perjalanan ngga akan bisa menikmati totally kalo masih berkutat dengan dunia lain. The people, the places, the situation that would be really precious time when you might be get back it’ll no be the same situation. You should get lost while you’re traveling. 



Kanal besarnya di depan stasiun, gondola-gondola yang banyak macamnya, tourist manca negara, burung-burung dara, pengamen berlagu indah yang italy banget, it just so amazing.Aku langsung ngebayangin gimana indahnya warna-warni Venice menjelang Valentine Day karena pasti bakal banyak yang macak indah dengan topeng khas Venice. Harus beli ya kalo ke Venice !

Beberapa detik setelah nginjakin kaki dan berjalan di Venice Mamma Linda cerita soal masa kejayaan Venice di masa lampau yang juga aku udah pernah baca sekilas di beberapa artikel. Apa aja ya ? Yuk ditengok,

MASA EKSPANSI REMPAH

Nah kalo denger kalimat ini pasti langsung terlempar gimana bangsa Eropa menjajah habis-habisan negara-negara Asia. Apalagi Belanda yang tanpa ampun tiga abad lebih.  Sedih dan selalu menyesakkan kalo diinget. Padahal aku ingin selalu menulis dengan hati selembut denyut nadi tapi nyatanya menulis butuh ketajaman hati. Apalagi soal gejolak kemanusiaan dan peradaban yang kadang sulit dimaafkan kecuali hanya dengan waktu. Eh kok sampe sini, haha balik lagi ya tentang Venice.



Venice pernah menjadi salah satu jalur pusat perdagangan di Eropa yang mengalir dari Asia. Ketika Turki Konstatinopel menutup pelabuhannya, bangsa Eropa baru bisa mendapat rempah melalui jalur yang lebih panjang dan pasti bakal lebih mahal. Venice menjadi salah satu yang dilewati sebelum tersebar di wilayah Eropa lain. Pengaruh para pedagang Arab menguat kala itu. 

Venice menjadi kaya dan jaya masa itu sebelum kemudia Portugia-Spanyol-Belanda berinisiatif mencari jalan sendiri menuju Asia, setelah ditemukan kompas. Vasco da Gama, Bartolomeuz Dias, D’Alburqueque beberapa yang memimpin pelayaran. Mereka tidak lagi pergi ke Venice, seketika Venice mulai kehilangan banyak pembeli dan jadilah Venice colapse atau bangkrut.

--

Setiap sudut Venice punya sejarah, nama jalan kecil atau besar di Venice pun beda dengan nama Casso. Rasanya di kota cantik ini no one life with home, semua berasa tourist di mataku haha. Yang aku kira kanal-kanal di Venice itu Cuma bebeapa ternyata ada BANYAK ! Wah. Kalo naik gondola yang bagus dan spesial hanya untuk kita engga berame-rame bisa sampe 80 Euro Oh My duitnya setara sejuta-an rupiah cuma buat keliling kanal. It might be once in a life, but seriously I don’t have much money. If you’d like to try and you have money Just Try ! bisa aje kan sekali doang seumur hidup.


Lalu hal yang pasti dibawa Mamma Linda adalah ke Museum, namanya SCUOLA GRANDE DI SAN ROCCO. Mewah pantes, namanya aja juga Grande alias Big, jadi ini sebuah sekolah tapi didirikan sama orang kaya. Setiap sudutnya berseni, hall nya pun gede banget dan kalo mau liat atapnya yang juga ngga Cuma sekedar atap harus pake kaca, jadi engga ndangak gitu kepalanya kan pegel, ehe.

Salah satu pelukisnya ada yang dari Pieve di Cadore comune atau kota yang ngga jauh dari kotaku, Longarone.

Selepas dari Museum kita berjalan terus, entah engga kerasa capeknya karena mataku ngga ada lelahnya lihat sekeliling yang rasanya butuh lebih dari sekali buat menyambangi. Banyak banget toko cantik yang jual pernik dari bahan glass-topeng yang rasanya pingin banget buat beli banyak, cuma rasanya.

--
Hampir setiap kota di Italy punya gereja yang super mewah dengan arsitektur dan seninya. Apalagi di Venice beeehh selain seni yang mahal tapi juga punya makna filosofis. Aku ke gereja itu, ada pahatan di lantai, orang-orang berpengaruh dan istimewa di kubur di dalamnya.

Anyway di beberapa bangunan Venice ada arsitektur semacam jendela tapi ada bentuk kubah masjid. Subhanallah, seni emang cantik mengabadikan kedatangan manusia ke suatu negeri, terlihat cuma dateng tapi ternyata punya pengaruh sesederhana bangunan jendela.

Ada banyak piazza atau square kecil di Venice yang di tengahnya punya semacam pusat air, menjulang berbentuk tabung di tengahnya. Aku belum begitu paham fungsinya tapi mungkin ada hubungannya dengan Venice yang kalo hujan seluruh daratannya dibanjiri air. Jadi pasti ada papan-papan yang tersedia buat antisipasi dan memudahkan berjalan di kala banjir air.

Syukur kota secantik ini diisi manusia yang kreatif juga, bagaimana dengan kondisi banyak air tetep bisa membangun karya seni yang bertahan berabad-abad lamanya. Selepas itu kita berdua makan siang dulu, anyway lagi nih kalo jadi real tourist tanpa bawa orang Italia bisa di mahal in berpuluh euro, misalkan orang Italia habis 40 Euro di Bar yang sama, nah orang Prancis atau yang masih kawasan Eropa bakal ditarik 60 Euro-an kalo orang Asia katakanlah Jepang, bisa sampe 100 Euro. Bukan main mahalnya, untung aku orang Asia dibawa orang Italia.



NAIK GONDOLA KE PIAZZA SAN MARCO

Sampe akhirnya kita berjalan ke kanal pusat yang paling gede, naik gondola umum buat ke SAN MARCO YEAAAYY, Piazza yang terkenal dari Venice. Sewaktu naik gondola aku lihat bangunan rumah emas dan model rumah yang unik banget. San Marco punya bangunan gereja yang indah dan gede banget but sayang antrean masuknya super panjang mengingat waktu semakin sore. 



Disambut alunan musik bergaya amerika di coffe shop. Bukan main kuyy beli kopi disana bisa habis berpuluh euro. Piazza ini gede dan banyak burungnya ahaay, pingin foto bareng mereka sayang engga bawa roti buat dibagi biar pada mendekat :(



Jalan lagi jalan terus jalan sampe beli TOPENG ahaaayy dan engga pernah lupa buat beli postcard. Because traveling makes me love to collecting postcard. Aku beli topeng kecil buat Dek Raline eh malah hilang entah dimana, yasudah besok ke Venice beli lagi haha. Gondolanya ngga ada habisnya ampun, seberapa kreatif dan cerdasnya manusia masa lampau sampe bangun seni seindah ini.  

--
Ada kejutan yang lain, yang aku cari hampir dua bulan ini ngga nemu di Italia, hikss. 


“NABILA; QUESTA PICANTE !!” // “NABILA INI CABEEE,” Mamma Linda spontan lemme know.



Aaaa kaya terobati banyak rindu lidah ini. Ada cabe yang dijual orang India, orang Indonesia ngga makan pedes dan nyeplos cabe dibarengi makan gorengan tuh nyesek di hati. Eh alay kan haha. But you have to know something saddd yang I cant help banget adalah ngelihat stories instagram temen-temen di Indonesia makan soto, tempe, bakso beeehh pingin deh ada teknologi baru tanpa perantara pos bisa langsung sampe Italia. Eitt, stop, udah melenceng jauh ini.

Oke.

Kita beli segelondong cabe rawit dan makan cemilan di BAR lalu pulanggg disambut kanal besar dekat staisun dengan sunset yang istimewah. Ingin 24 jam tanpa tidur dan nikmatin romantisme Venice.



Sayonara ! Mari pulang marilah pulang marilah pulang beramai-ramai


Dadadaaaa Ci Vediamo !


Longarone, 24 November 2017
Nabiladinta 5° ((anget sumvaahh))
Kapan kamu bisa kuat kalo dirimu ngga dapet keyakinan dari hatimu dengan ketulusan Bil


Udah lama ya ngga nulis soal keseharian ? Ah elah kadang mikir bakal ngebosenin ngga ya. Tapi anyway setiap tulisan yang aku tulis yang paling pertama adalah ku tujukan ke diriku sendiri jadi terasa kalo memang suatu hari nanti aku baca, semoga dari ketulusan hati diri sendiri.

Setiap hari di satu mingguku berjalan campur aduk, nah di Minggu yang akan aku ceritakan ini, kiranya bermula di hari 46 aku disini. Emang feeling too lazy nihh nulisnya baru di DAY-67, nothing too late to share. Gejolak feeling-ku banyak sekali pasti, minggu ini juga Sumpah Pemuda ke-89 berada. How it feels ? Haru membuncah karena si Abang Rafi anak YES dia yang having idea buat collect video kita anak-anak Gelora Garuda Muda lalu Gema Sumpah Pemuda ternyata ngga sunyi di setiap negeri, InsyaAllah.

Minggu ini juga aku ke-inget, seberapa ber-progress Bila belajar bahasa ? Seberapa melaju aku get into the life here. Hidup dimana pun memang selalu membawa kita tertuju ke diri kita sendiri, pilihan-pilihan dan keyakinan pada akhirnya mengalir ke diri kita sendiri bukan lagi bergantung ke orang lain.

Sampai pada jurnal hari ke-49 aku buka di buku harianku, ternyata aku pernah menulis begini :

"Kapan kamu bisa kuat kalo dirimu ngga dapet keyakinan dari hatimu dengan ketulusan Bil"

Ternyata memang dibalik kesulitan selalu hadir banyak kejutan. Aku having fun makan sushi di depan bus station sama Casian, Alice, Gloria dan si temen Casian yang kuliah di Bologna juga kejutan, if you’re an exchange student might be having two or three close friends is the butterflies life, haha lebay ya ? But, sesederhana itu bahagianya anak exchange, surely.



Apa lagi kejutan manisnya ya ?

Ada yang menyapa dengan manis di negeri yang dingin dengan karakter orang-orang yang lumayan tertutup juga sebuah kebahagiaan yang sederhana. Jadi begini ceritanya di suatu sore hari Kamis sewaktu karate aku kebetulan digabung sama adek-adek imoet yang kelas kecil. Uhh betapa mantab-nya gerakan mereka tanpa ragu tendang dan mukul sana sini sesuai intruksi, tiba-tiba malaikat kecil berambut pirang senyum,

“Filipina ?”

“No, sono Indonesiana”

“Moslemah ?”

“Sì, Io Moslemah anche perché questa hijab :)”

“Anch’io (Me too)”

Aaaa senang sekali dekk imut, terimakasih. Namanya Katti. Sederhana kan bahagianya ? berlanjut dia nanya dimana sekolahku, rumahku lalu sampai disenyumin dan disalamin terus setiap selesai kalo saling liat. Dia juga punya kembaran !

Hal sederhana lainnya adalah sewaktu Alice nulis di bukuku in India. Damai dalam bahasa India, karena dia Returnee Short Program ke India.



Kejutan yang lebih mengejutkan adalah jalan-jalan di GUNUNG LAGI MASYA ALLAH:))

Sabtu yang cerah dan masih aja terhembus semilir dinginnya angin Belluno. Aku jalan berasa di tengah padang rumput lalu lewat Via Casso. Kampung kecil ini sangat tua, berdempetan banget kanan kiri. Sudah sepi sekali, orang-orangnya berpindah ke Ponte Nelle Alpi atau Longarone. Dempetan rumahnya barangkali semakin menghangatkan di kala salju tebal menghantam di masa lampau. Damai ? Iya sangat. Apalagi setelah mungkin sedih liat pohon yang banyak tumbang karena angin besar dan daun yang sempurna banyak yang jatuh ke tanah.

Aku mau coba climbing pokoknya nanti bakal diajarin Tomasso sama Papà Aurelio. Suatu waktu nanti. Langit senjanya pink sejuk, gembala-gembala kambing banyak berkeliaran dengan lonceng yang bakal bunyi kalo gerombolan itu jalan. Kemana Minggu-ku bermuara ? Here we go,


TRE CIME DI LAVAREDO  

Jangan lupa kesini. Jangan lupa ke Alto Adige. Jangan lupa liat megahnya danau Auronzo, kota panjang dan menyejukkan hati di Italy.




Aku selalu salah kostum, dan baru benar-benar tau kalo ke gunung bukan ke kota sewaktu udah siap di mobil, heu. Bayangan dinginnya ternyata terlampau salah. Di Tre Cime di Lavaredo adalah kali pertama Nabiladinta liat SALJU. Bisa dibayangin heboh dan noraknya kaya apa ? Nah kaya begitu, betul sekali, anak tropis begini adanya.

Mobil udah mau terbang dan gerak ngga keruan sewaktu sampe di lokasi ini. Apalagi badan kecil ini ? untung alam masih baik dan memperbolehkan saya hidup terus. Angin terbesar yang pernah menghampar wajah gimana tornado ya ? hamparan gunung dan banyak pendaki juga tourist dari mancanegara yang bawa kamera dan lensa gede-gede. Karena dua rius emang ini, dolomiti yang asing dari dulu, yang Cuma bisa diliat di video sejak kecil. And see ? You made it Nabila.






Bahkan batu yang berdentuman jatuh dari gunung yang ujungnya hampir runcing dari jauh juga aku denger. Bermanja ria solat dhuhur di gunung, liat tanda yang membekaskan kalo dulu ini lokasi perang Austria VS Italy. Anyway, bermilyar tahun yang lalu Tre Cime di Lavaredo adalah di bawah laut.

Banyak banget sisa sel yang udah membatu, masya Allah Papà sampe mukulin batunya yang keras dan gede tapi akhirnya juga kita tinggalin karena host-parentsku udah punya yang lain. Nature Lover Addict banget nih, ingin :(



Terhantam, Terbentur, ((belum sampai terlebur alhamdulillah))

Anginnya sebesar apa ngga pernah bisa dibayangin lagi, sampe merah semua ini muka. Sewaktu mau ke Rifugio buat makan siang mau balik ke lain sisi adalah suatu ketidak mungkinan you know. Karena kalo kita ke arah sana anginnya bisa nerbangin ke bawah. 

Ya sudah. 

Finally makan siang di dekat danau yang syahdu. Minum teh ala French Press yang lucu dan eropa banget. Pulang disambut pohon tumbang yang bikin rusak rumah di jalan. 

"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan ?"


Ditulis ketika salju perlahan turun, hampir sempurna menyelimuti gunung-gunung dengan selimut putih.


Belluno, 13-14 November 2017


Ulima Nabila Adinta



“Yes, they come here because they might be think they’ll have better life, job here. But it’s wrong, it can be like that 9 years ago. But now it’s totally different even Italian people are not easy to getting job.”

In the name of Allah.

Tentang kemanusiaan memang ngga akan pernah ada habisnya untuk dibahas. Sebelum exchange, aku banyak mengetahui tentang negeri Eropa hanya lewat cerita, berita, dan banyak media lainnya.

Hal yang selalu terdengar tentang Eropa adalah kedatangan banyak refugees atau pengungsi dari Afrika tanpa henti setiap waktu. Sebagai manusia banyak pandangan subyektif yang akhirnya aku baru bisa simpan sendiri di pikiranku atau hanya sekedar diskusi kecil yang dipenuhi rasa iba.
Masih ada banyak warga dunia yang belum merasa save dengan hidupnya, bahkan di tanah kelahirannya sendiri. Tapi apa yang aku lihat setelah hampir dua bulan masa exchange-ku ? Here we go,




Cerita ini akan menjadi sangat subyektif karena boleh jadi dari perspektif personal-emotions atas obrolanku dengan orang-orang Eropa terdekatku disini. Ngga ada yang salah untuk diceritakan kan ? Bukan hanya iba yang aku rasakan tapi berubah menjadi sangat campur aduk. Aku melihat secara nyata orang-orang afrika yang ada di sekelilingku dan mereka sedikit terasing, karena keherananku akhirnya aku tanya ke host sister-ku Anna.

Bar Perin kesukaan kita buat makan gelato selepas pulang Italian course biasanya,

“Anna why a lot of Africans people coming to Italy and I saw that also islam people here are came from Morocco”

“Yes, they come here because they might be think they’ll have better life, job here. But it’s wrong, it can be like that 9 years ago. But now it’s totally different even Italian people are not easy to getting job.”

Orang-orang Afrika yang sedang dilanda peperangan tanpa henti mencari suaka dan kehidupan baru di Italy. Mereka datang dan berharap bisa punya pekerjaan dan kehidupan lebih baik, tapi orang-orang Italy belum siap dan menerima kedatangan mereka dengan baik. Kata Anna, sederhananya kaya bersihin jalan bukan lagi pekerjaan orang Italy dan ngga begitu dibutuhkan tapi orang-orang Afrika banyak yang melakukan itu. Semacam ini yang sangat weird buat orang Italy.

Dan aku banyak melihat mereka dengan wajah hopeless setiap hari sepulang sekolah atau di bis. Soal banyaknya orang muslim juga jarang yang asli Italy, rata-rata dari Morocco kadang juga dari Bosnia kaya dua temenku si Chaimaa dari Morocco dan Medina dari Bosnia. But, they’re different, they live as well here. Sayangnya sedikit yang begitu.

-

Lalu karena aku merasa obrolan sore dengan gelato di Bar Perin sama Anna belum cukup, di suatu weekend hari Sabtu siang aku tanya Mamma Linda, host mom-ku.

Completely beliau sampe bawa atlas buat nunjukin darimana datangnya mereka. Setiap hari di Sicily, pulau terbawah Italy datang refugees dari Libia melewati Laut Mediterania. Juga dari Tunisia tapi ngga sebanyak Libia. Mereka datang dengan keberanian menanggung banyak resiko kematian, karena kapal yang mereka pakai rata-rata berumur tua dan ngga menjamin savety ditambah jumlah muatan yang melebihi dari kekuatan. Bahkan banyak yang terlanjur mati tenggelam di laut sebelum sampai. Sedih ? Iya sangat ngebayanginnya demi kehidupan yang belum menjamin akan lebih baik.
Lalu darimana lagi ? kalo dilihat secara global datang ke Eropa,

Syirian Refugees memilih jalur melalui Turki lalu datang ke Greece atau Yunani menuju Eropa. Sedang Moroccon datang nyebrang sebentar ke Spanyol melalui laut, kalo dilihat di peta jaraknya memang sangat dekat. European karena belum totally accept mereka di setiap perbatasan menyiapkan pasukan bersenjata. Tanpa ampun para refugees ditembak tanpa henti. Semakin iba dan kasihan ngebayanginnya apalagi Mamma Linda kalo cerita dengan intonasi yang lugas dan berusaha sejelas mungkin. Tapi juga siapa yang akan melindungi mereka di negara baru tanpa punya pemerintahan ? Ngga kaya kita yang dilindungi negara dimanapun.

Kata Mamma sekitar satu bulan lebih yang lalu banyak anak-anak kecil terdampar disini tanpa orang tua. Innalillahi, betapa hidup mereka ngga dipenuhi ketakutan tanpa orang tua dan di negara yang mereka pun ngga tau bahasanya ? Aku ngga ngebayangin seberapa suramnya hidup ke depannya dalam bayangan mereka ? Naas, aku masih jauh lebih beruntung hidup di negara tanpa peperangan fisik. Tanpa suara bom atau dentuman besar lain setiap harinya.

banyak anak-anak kecil terdampar disini tanpa orang tua. Innalillahi, betapa hidup mereka ngga dipenuhi ketakutan tanpa orang tua dan di negara yang mereka pun ngga tau bahasanya ? Aku ngga ngebayangin seberapa suramnya hidup ke depannya dalam bayangan mereka ?
-

Anyway host family-ku (re: De Pellegrini Family) juga pernah ditinggali sama orang Liberia namanya Luis. Dia datang ke Italy tahun 2002 dan berjuang hidup dengan menjual kaos kaki, karena De Pellegrini Family merasa iba dan juga melihat kegigihan Luis buat belajar Luis tinggal di rumah sejak 2005. Nah setelah dua tahun setelah itu di 2007, Luis minta tolong supaya dia bisa menikahi Zitta juga dari Liberia dan bisa dibawa ke Italy. Akhirnya De Pellegrini Family bantu dan mereka bisa menikah, semangat belajarnya juga ngga kunjung pupus.

Karena semangat belajarnya mereka pergi ke Finlandia buat lanjut kuliah di universitas tahun 2009. Subhanallah, mereka termasuk yang beda kata Mamma, dipenuhi hard-working yang tinggi. Ngga banyak yang kaya mereka, sedang ada temen Dario suami Anna yang satu tempat kerja di pembuatan roti, he’s African. He's the other one who get lucky because his hard-working.

Gimana menurut orang Italia yang lain ?

I saw a lot of man, so where is the woman ? Are they leave them in their country ? I don’t know but I think this is big problem. The world so crazy right now.”

Karena aku tipikal orang yang mudah merasa iba dengan orang yang homeless jadi aku penuhi rasa penasaranku dengan tanya ke Natasha Mia, dia Returnee AFS Malaysia putri dari guru karateku yang sekarang tinggal di Innsbruck, Austria.

Sembari ngobrol banyak hal soal student exchange, Italy, Malaysia, Indonesia dan kehidupan di bar kecil Longarone. Sampai di titik aku tanya soal  African. Kata dia,

“Yes I saw a lot African that increase every day here. Also when I was in the border between Austria and Italy there are a lot of African wants to go to Austria but a lot of Police stop them. Then they should back to Italy. 

I appreciate if they do hardworking but if they just lazy just stay in their country. I saw a lot of man, so where is the woman ? Are they leave them in their country ? I don’t know but I think this is big problem. The world so crazy right now.”

Aku jadi melihat secara real meskipun baru terbatas di placement-ku di Italy. Tapi lihat ? betapa mereka terlihat homeless, actually aku ngga pernah tau how’s their feelings meskipun terlihat terdiskriminasi sesederhana dengan tatapan tajam european. Who know's mereka merasa lebih save, better life dan jauh dari peperangan ?

Tapi boleh jadi cerita soal kedatangan refugees bakal beda di negara Eropa lainnya. Cerita dari Lionel Erico AFS Switzerland temenku agak berbeda keadaannya dengan di Italy,

"Kalo di Swiss lumayan banyak, karena kata hostfam emang pada nerima refugees gitu, awalnya gw ngerasa kasian gitukan denger cerita mereka refugees, cuma setelah gw liat, yang di Swiss ini bener2 ga kayak refugees lagi (gatau ya kalo di itali hehe), dari segi pakaian udah modish, malah kebanyakan dari mereka ngumpul di jalan sambil bawa kaleng bir..

Kesan homeless nya itu udah bener-bener gaada jadinya, terus gw juga pernah ngobrol ama tetangga yg kebetulan orang indo, dulu swiss itu bener2 aman, cuma sejak banyak refugees datang, udah ga seaman dulu lagi"

-

Banyak perspektif yang aku dapetin, sesederhana dengan ngobrol biasa sampe obrolan yang serius. Ternyata kalo ngomongin kemanusiaan dan kehidupan ngga akan pernah ada habisnya. Karena bumi masih terus berputar, masih banyak manusia yang belum tentram dan ngga sedikit pula yang sudah sangat tentram ? exchange membuatku semakin kaya hati dan feelings, traveling membuatku mengenal lebih banyak manusia.


Hidup ngga melulu soal manusia yang kita kenal dan satu ras dengan kita. Hei, lihat meskipun sekedar lewat media tapi seenggaknya mengenalkan kita kabar dari bagian dunia yang lain.

Lewat tulisan ini aku cuma pingin sedikit bercerita tentang mata dan hati yang ngga pernah berhenti melihat dan merasa, pun indra yang lain yang kita punya. Toh buat apa perjalanan kalo hanya disimpen sendiri ? Boleh jadi tulisan ini ngga seutuhnya benar ya karena berputar di pendapat-pendapat orang Eropa soal African Refugees.

Anyway boleh jadi yang aku tulis juga ngga seutuhnya benar karena berdasar pendapat banyak orang yang aku rangkum sendiri. That's why aku bakal seneng banget kalo ada yang juga pernah merasa menemukan hal sama lalu berbagi.

Terlepas dari hard-working atau enggaknya para Refugees yang datang ke Eropa, tapi satu hal yang penting buatku bahwa setiap manusia berhak punya kehidupan sesuai apa yang mereka usahakan, ngga seharusnya manusia merasa menang sendiri tanpa melihat banyak yang masih di posisi bawah sesederhana merasakan hangatnya keluarga kecil atau pun keluarga satu negara. 

Semoga kita tetap diberi hati buat saling mengasihi sesama manusia :)



Longarone, 7-8 November 2017

-Ulima Nabila Adinta-


Tentang kehangatan keluarga di Italy

Cerita ini akan menjadi  sangat subyektif karena baru hampir dua bulan aku disini, setelah menikmati beberapa momen di banyak comune, kedekatannya terasa dimulai pada satu generasi di atasku, sayangnya ngga begitu terjadi pada seumuranku. Susunan pembagian wilayah di Italy tidak bisa disamakan dengan di Indonesia, kaya provinsi, kota atau kabupaten, kecamatan hingga desa kampung. Ceritaku berdasar apa n yang aku lihat di wilayah Italy bagian utara, mungkin akan berbeda walau sedikit dengan daerah selatan.

Sedang di Italy wilayah terbagi dari Regione – Provincia – Comune – Frazione. Contohnya placement yang aku tinggali, dari Regione Del Veneto – Provincia Belluno – Comune di Longarone (sebut saja ini kota ya) – Via Igne. Karena Italy benar-benar melestarikan kehangatan keluarga. Mereka biasa menghabiskan makan siang di rumah contohnya. Aku merasakan kehangatan.

Karena comune cenderung wilayah kecil jadi kebanyakan mengenal satu sama lain. Longarone, kota kecil yang aku tinggali ini sangat kecil, tengah kota berasa seluas desa di Indonesia karena bisa ditempuh dengan jalan kaki keliling. Hanya orang-orang itu yang aku temui, apalagi di bis pulang sekolah

Kok bisa ya ?

•       Makan siang di rumah

Karena sekolah di Italy berakhir sebelum lunch jadi anggota keluarga akan kembali ke rumah. Pun yang bekerja akan berjeda sampe hampir sore sekitar jam 3 atau 4-an. Makan siang ini umumnya akan dilakukan di meja makan dengan banyak bercakap satu sama lain tentang keseharian.


Jadi di waktu siang comune akan menjadi sangat sepi sekali. Apalagi kalau di kota yang sangat kecil dan berpenduduk sedikit dengan alam yang terbentang luas di daerah utara. Biasanya kalo sepulang sekolah ke tengah kota bisa kaya wilayah mati, karena kalo berjalan ke agak pinggir hampir Cuma bangunan berisi apalagi Italy selalu khas dengan bangunan sejarah yang tetap berdiri.


•        Menghabiskan waktu sore di centro comune

Setelah siang biasanya mereka beristirahat sehingga waktu sore biasa dihabiskan di tengah kota. Yang biasa terlihat anak-anak kecil, orang tua bahkan lansia yang duduk di Bar atau kursi panjang sambil minum kopi atau makan Gelato. Sekarang, gelato jadi salah satu mood boosterku disini hehe. Suasana juga sangat pas dan sejuk di waktu sore.



Sedang anak seumuranku, juga dari SD sampai SMA rata-rata mengikuti kelas dance, musik, atau apa pun kalau mereka mau gabung di sekolah khusus itu. Terasa lebih informal dan santai ngga kaya sekolah biasa. Kalau di Longarone kebetulan ada karate, seperti ceritaku sebelumnya aku pilih ini. Orangnya juga hanya itu yang biasa ketemu di bis sekolah haha.


•        Aperitivo

Biasanya ini bisa disebut makan kecil sebelum menjelang malam untuk dinner. Apertivo bisa juga minum bersama sekawanan, kalau Sabtu sore biasanya anak remaja berkumpul talking or chat each others. Kalo aku lihat di Centro di Asolo sewaktu mengunjungi Akbar makan crispy bareng hot chocolate atau menu lainnya.


Bercengkerama di waktu sore adalah momen manis bersama keluarga dibarengi hot chocolate kalo di cuaca yang dingin. Tapi orang-orang utara juga cenderung sangat tertutup dengan orang baru, tidak mudah dekat dan butuh lebih banyak waktu dibanding dengan orang-orang di selatan. Aku sampai bisa dekat dengan teman sekelas juga butuh satu bulan, finally bisa banyak "hahahehe". Sedikit cerita di salah kehangatan dari banyak kehangatan yang aku rasakan ketika jalan-jalan Sabtu sore.



TENTANG CORTINA



wilayah yang pernah menjadi bagian dari Austria, yang sangat manis dan cantik dilihat pada setiap sudut kotanya dengan bangunan ala eropa penuh sejarah dan dikelilingi banyak gunung kanan-kiri-depan-belakang. Gunung yang aku lihat berada di balik Val di Zoldo, daerah yang setelah seminggu kedatanganku aku singgahi. datang ke Cortina langsung mampir sekedar minum hot-chocolate dan makan pai strawberry sama Mamma Linda dan Papà Aurelio.

Sekelilingku banyak keluarga yang sedang menikmati sore di cafè mungil itu, kalau keluar lagi ada para lansia yang duduk di kursi panjang tanah lapang tengah kota, anak-anak kecil yang maen bola dan banyak lagi. intinya, betapa waktu sore sangat berharga bagi mereka. aku banyak menemukan if that is love yang ditunjukan kakek-nenek, simbah, buyut duh ngga tau deh berapa umur di kala lansia mereka. seperti keindahan langit Alpago, juga di minggu yang sama bersamaan dengan kunjunganku ke Cortina.

TENTANG ALPAGO



Selain Alpago yang cantik dengan gunung-gunungnya, Alpago ini wilayahnya di arah ketika aku menghadap kiblat solat dari rumah, timur tenggara dari rumah. Aku dibawa menuju kesana pada siang hari, saat daun sedang cantiknya di musim gugur. Gradasi warnanya ngga bisa sekedar di abadikan dengan kamera, harus disentuh haha. Aku melihat Rifugio which is rumah di atas gunung, ingin banget bisa bermalam disana.



Selain liat para penerbang paralayang yang bikin aku iri karena ingin juga terbang sejak tiga tahun lalu:(

I found 'that is love'. Ada kakek-nenek yang romantis sekali. Sang nenek udah sangat lemah ngga berdaya di kursi roda di dorong naik sama sang kakek untuk sekedar liat pemandangan yang berasa -negeri di awan- di tanah tinggi Alpago. You'll falling love with them, surely. That is love, aku jadi yang paling akhir turun selepas liat kakek dengan sabarnya menuntun kursi roda nenek.



-

See ? Betapa kehangatan keluarga sangat dijaga apalagi di daerah bergunung begini. Bukan berarti ngga ada kekurangan dalam situasi sosial disini ya, karena setiap wilayah di bumi pasti punya khas, kemanisan juga kepahitan masing-masing. Tapi buat apa sih menggerutu dengan kepahitan ? Lebih baik menikmati kemanisan kan.

Di tulisan yang kecil ini akan aku tambahi sebuah sajak dari temanku, biar tambah manis

Bunga yang seharusnya ada di Spring, bukan Autumn :)


"Siang adalah waktu terbaik menikmati liku dan gaya hidup manusia dalam benua yang berbeda

Perkotaan bahkan pegunungan juga bukan mahakarya tangan manusia itu ciptakan tuhan yang di peruntukkan untuk di lihat dan di renungkan
Lalu hingga tiba siang usai dari sinarnya, tibalah malam.

Malam bukan alasan untuk bermalasan, cuaca dingin bukan alasan nanti akan masuk angin

Lalu, teruslah berlari dalam dingin, hingga dingin menyelimuti malammu yang harus di maknai."


Demi pagi dan dinginnya yang semakin menunjukkan keajaibannya,


Longarone, 5 November 2017

Nabiladinta, 10°








Apakah saya damai ?

Semenjak kepergian saya memulai program menuju 10 bulan di Italy, saya kadang mencari-cari

Banyak waktu senggang yang saya dapati, saya kembali mengendalikan ekspektasi. Memulai segala hal dengan sendiri. Mengikuti banyak kegiatan yang saya nikmati. Saya sudah mulai merasakan kehangatan, tapi dimana kedamaian ? Yang menjadi pertanyaan saya.

Mungkin ketika saya sedang sendiri atau bahkan dimana pun di negara saya, saya banyak merasa tidak berdamai. Tapi disini ada hal yang  berbeda, yang saya rasa perlu untuk dibagi.

Saya menjadi manusia yang diam di tengah banyak keramaian disini. Hanya karena saya belum bisa bahasa mereka, awalnya saya merasa kesepian tapi lambat laun saya tidak lagi merasa sendirian.

Terkadang saya rindu banyak romantisme yang mungkin baru saya sadari dengan penuh disini.

Sesederhana adzan yang lima waktu terus berkumandang saya dengar, masjid dimana saja untuk solat, lantunan ayat suci yang kerap menghangatkan. Terlebih adzan subuh yang kerap membangunkan dan adzan maghrib yang mengabarkan bahwa hari siang telah usai. Dan saya merasa biasa saja ketika itu,

Tapi disini ?

Saya tidak lagi mendapati hal yang sesederhana itu di tanah kelahiran, saya kemudian berefleksi bahwa itu semua adalah keajaiban karena terus menghadirkan kedamaian. Lalu ketika di Italy saya tidak merasakan itu semua, apakah saya tidak damai ?

-

Ketika saya harus menetap di pusat kota tempat saya bersekolah dan baru bisa kembali pada waktu sore saya harus pintar-pintar mencari tempat untuk solat dan hanya dengan aplikasi Muslim Pro sebagai pengingat. Akhirnya sudut kelas menjadi pilihan selepas kursus bahasa.

Saya solat sendiri, suatu waktu sengaja saya nyalakan bunyi adzan ashar. Tiba-tiba air mata saya menetes,

Apakah saya damai ?

Lalu ketika saya membaca Al Qur'an selepas solat maghrib di kamar dan tiba di ayat,

"Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar," ( QS. Ghafir : 55 )

Tiba-tiba air mata saya juga menetes sesenggukan. Bukan karena rindu Indonesia atau pun sedih di sini. Tapi saya kembali bertanya, apakah saya damai ?

Pada akhirnya tadi sepulang dari Venezia di perjalanan saya mendengarkan murottal sekaligus mengingat hafalan yang sudah terlampau jarang saya dengarkan. Dan saya berfikir, iya kamu sedang merasakan kedamaian.

Apakah saya damai ?

Bagi saya kedamaian bukan datang dari siapa pun atau apa pun di sekitar saya. Toh semua adalah bumi Allah. Buat apa saya terus mencari-cari tentang kedamaian kalau saya menunggu adzan datang untuk mengingatkan harus solat? Saya tidak akan pernah mendapatkan  itu disini.
Tentang saya yang sendiri dari negeri yang jauh lalu membangun kehidupan disini ?

Awalnya saya merasa sangat hampa karena hampir dua bulan tidak mendengar adzan langsung dari masjid bahkan belum menemukan masjid. Tapi kemudian saya berfikir dan merasakan,

"Kedamaian akan datang dari diri saya sendiri bagaimana saya menyadari bahwa Allah selalu ada, bumi Allah dimana saja,"

Nyatanya sangat banyak yang menghargai, dengan sepenuh hati saya menceritakan banyak hal tentang apa yang saya yakini. Ternyata mendapati sisi yang sangat membahagiakan, banyak kejadian yang Allah berikan. Lain waktu akan saya ceritakan ya :)

Lalu coba yuk sama-sama merenungi, kita sudah diberi hidup sedemikan rupa adanya. Mustahil tidak berwarna, it depends on us. Tentang menyadari yang kembali saya renungi, jangan biarkan sepi tapi ayo saling mewarnai :)

Apakah saya damai ? Iya.

Dimana saja di bumi Allah saya bisa merasakan kedamaian yang akan datang dari diri saya sendiri bukan orang lain. Kalau kata teman saya,

"Be Strong, Be Alone, But not Lonely"

Demi bumi dan segala penghamparannya,
Salam damai !


Longarone, 1 November 2017

-Ulima Nabila Adinta-



Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Cari Blog Ini

POPULAR POSTS

  • Hari-Hari di Pamulang (3)
  • 2024: a magic of ordinary days
  • Tentang Bisa Punya Waktu Tanpa Libur
  • pagi yang aneh

Categories

AFS Italy 2017-2018 Self Talk Hijrah Malaysia Ramadhan di Italia
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • April 2025 (1)
  • Desember 2024 (1)
  • Juni 2024 (5)
  • Januari 2024 (1)
  • Desember 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (3)
  • Februari 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • September 2022 (1)
  • Agustus 2022 (3)
  • Mei 2022 (3)
  • April 2022 (10)
  • Februari 2022 (1)
  • Desember 2021 (2)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (2)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (3)
  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (1)
  • April 2021 (2)
  • Januari 2021 (2)
  • Desember 2020 (2)
  • November 2020 (1)
  • Oktober 2020 (11)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (2)
  • Juli 2020 (2)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (19)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (2)
  • Januari 2020 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (1)
  • Juli 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (1)
  • November 2018 (1)
  • Agustus 2018 (1)
  • Mei 2018 (2)
  • April 2018 (4)
  • Maret 2018 (4)
  • Februari 2018 (5)
  • Januari 2018 (7)
  • Desember 2017 (9)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (6)
  • September 2017 (7)
  • Agustus 2017 (2)
  • Juni 2017 (12)
  • Mei 2017 (11)
  • April 2017 (6)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (6)
  • Oktober 2016 (6)
  • September 2016 (5)
  • Agustus 2016 (1)
  • Juli 2016 (1)
  • Juni 2016 (6)
  • April 2016 (2)
  • Februari 2016 (1)
  • Januari 2016 (2)
  • Desember 2015 (1)
  • November 2015 (3)
  • Agustus 2015 (1)
  • Juli 2015 (1)
  • Juni 2015 (4)
  • Mei 2015 (1)
  • April 2015 (2)
  • Februari 2015 (6)
  • Januari 2015 (3)
  • Desember 2014 (4)
  • November 2014 (14)
  • Oktober 2014 (2)
  • Agustus 2014 (3)
  • Juni 2014 (12)

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates