Hari ini.
Entah angin apa yang membuatku untuk #throwback selintas 5 tahun belakang. Saat dimana aku sedang memupuk keberanian sekuat-kuatnya. Saat dimana ketakutan selalu menghantui tanpa henti.
Tentang bagaimana waktu memaksaku untuk cepat dewasa dibanding kawan sebayaku.
Biarkan aku bercerita ya (?)
Aku baru saja menyudahi amanah sebagai wakil ketua kelas 6A Sd Muhammadiyah Parakan, karena kekuatan sebuah pilihan roda kendaraan membawaku ke Kota Pelajar. Hei, aku ini bocah kampung. Bisa saja aku ndeso di sana, bayanganku kala itu. Artinya aku harus meninggalkan sawah dan kali yang hampir setiap hari kujelajahi.
Di sekolah tua itu, setiap generasi yang hadir pasti akan memilih Ketua Angkatan, bak pemilu kecil. Sekolah tua itu didatangi muslimah se-nusantara. Perasaan takut dan penasaran bercampur aduk. Semuanya beresonansi bersama, menghasilkan frekuensi perasaan baru; Perasaan aneh tak terdefinisi.
Kelas telah berjalan, perbincangan siapa bakal calon semakin bising. Pemilihan di kelas sempurna membuatku kembali menjadi Wakil Ketua kelas. Entah. Perbincangan Ketua Angkatan terdengar sangat bising di telinga. Apalagi kawan SD ku yang bernama Wafda Salsabila tidak pernah berhenti promosi. Huhh sebal ! Aku yang dilanda ketakutan dan kekalutan, andai kau tau Sal ?
Finally, 12 - 12 - 2012 sempurna aku dibaiat menjadi Ketua Angkatan 92, angkatan yang belum bernama. Bersama tiga temanku, Vivi sebagai Wakil Ketua, Bira sebagai sekretaris, Ochi bendahara. Honestly ada Rizka FU yang menjadi bagian dari kami, tapi beberapa hari kemudian ketika aku datangi ke asrama dia memilih mundur dan menyerahkan semua buku perbendaharaan ke Ochi. Allah, partnerku akan berkurang satu. Empat banding berapa ratus (?)
Semuanya bercampur aduk. Aku masih belum siap. Astaghfirullaah !! Yang seharusnya kalimat pertama adalah ucapan basmalah. Is not that easy dear. Budaya di sekolah itu adalah 3 tahun berturut menjabat. Oh My Lord. It is so long time.
Anyway, saat orasi ku katakan sejujurnya, "Pilih yang menurut kalian itu cocok dipilih. Aku sama sekali tidak berharap dipilih." Walhasil bisa-bisanya sepertiga lebih malah memilihku. Aduh, batinku seketika. Angkatanku adalah tahun ketiga yang dibagi menjadi kelas multilingual dan reguler. Ketika itu, kami benar-benar seperti dipisahkan oleh madrasah ! Angkatanku dibagi menjadi 3 asrama.
Ketakutanku semakin menguat. Cerita kakak kelas bahwa nama angkatan akan sangat dijunjung sekalipun personal yang melakukan, lalu betapa pengalaman dua tahun sebelumnya reguler dan bilingual sulit bersatu. Eh iya, sebutan multilingual baru pertama di angkatanku. Prinsipnya tidak jauh berbeda.
Bagaimana bisa aku menyatukannya dengan 200 anggota lebih ? Bagaimana bisa aku mengenali segala watak mereka yang datang dari seluruh penjuru negeri ? Bagaimana bisa aku menjadi 'Pendengar yang Baik' bagi mereka ? Bagaimana belajarku nanti jika aku tidak fokus ?
Ahh Aku takut !
Salah satu kalimat penguatku adalah ketika aku bercerita ke Mbak Linta, seseorang yang menjadi sandaranku karena di asrama yang sudah aku kenal dari kecil hanya dia. Seseorang yang mendengarkan seluruh tangis tumpah ruahku. Seseorang yang selalu mengingatkanku akan rumah, mengingat desa keluarga kita yang sama. Mbak Linta juga teman baik kakak sepupuku. Ibuku juga menitipkanku kepadanya. Aku akan senasib dengannya. Menjadi Ketua Angkatan ! Tapi kala aku naik dia baru saja turun, katanya, "Kalau aku tantangan di Mu'allimaat itu dihadapi aja," saat kita berdua duduk di ranjang atasnya.
Mengingat juga senasib, karena satu atap didikan dari TK di Temanggung sampai Sekolah di Jogja.
In the name of Allah. Iya, aku harus bisa.
***
Tantangan bergulir menginjak semester 2,
Gebyar Mu'allimaat pertama yang akan menjadi parade tahunan datang. Aku harus bisa adil membagi tim. Harap-harap cemas angkatanku bisa juara melawan angkatan kakak kelas. Aku juga harus membuat strategi supaya angkatanku menjadi bernama.
Muncul dua nama, Genetrix dan Frezighwelt yang kala itu menjadi pertarungan sengit. Sampai pada voting ketiga kalinya JADI ! Pemilih Frezighwelt ini banyak disindir di asramaku. Membuatku harus menjadi bijak menyikapi keduanya dan tidak boleh sama sekali condong. Duh, semuanya baru aja lulus SD aku pun juga. Waktu ada yang menangis aku harus menenangkan. Beberapa kali aku mengadu kepada diriku sendiri, aku juga mau menangis dan acuh tapi apa iya seorang pemimpin bijak melakukan hal itu ?
Pada akhirnya di akhir bulan Januari nama angkatan resmi menjadi Genetrix 92 dengan semboyan "Extraordinary namun tetap berjati diri!" kala itu Dewi Hajar yang menyampaikan sebagai perwakilan dari teman-teman. Heuuuu, alhamdulillaah. Tugasku rampung satu, menegaskan sebuah identitas.
Lalu saat perlombaan PBB di Gebyar Mu'allimaat I Muthia Zakky atau akrab dipanggil Ochi menjadi Danton Pasukan. Rasanya harus berani dan malu yang datang bercampur aduk tidak karuan, melihat angkatan lain yang super. Ditambah Najma yang tiba-tiba asma, lalu anak reguler yang protes ini itu. Pasalnya, bagaimana aku bisa mengendalikan situasi dan diriku dengan baik. Sekaligus harus tetap percaya apapun yang terjadi, entah akan memalukan atau tidak. Haha.
Hal kedua adalah aku mencari sela Baju Tari bersepeda ditemani Elma ke daerah Jogokaryan, sebagai pemula itu sangat jauh ! Chemi sebagai komandan pasukan tari. Aku dan Elma pergi meninggalkan Lomba Video Klip di madrasah, katanya aku dipanggil-panggil kakak panitia. Entah. Ketika lomba tari, aku deg-degan dan sangat was-was. Tambah tiba-tiba Chemi lari ke belakang dan membuat satu angkatan bingung dan so pasti menahan malu, dia berbalik karena musik pengiring salah diputar ! Allah ! Aku riweh sendiri sebenarnya tapi aku harus calm down.
Kalau di tuliskan satu persatu akan butuh berlembar kertas karena semua hal yang berasa senang, haru, takut jadi satu. Tidak bisa dengan tegas dilukiskan satu rasa. Mulai dari laporan ini itu, teguran kakak kelas yang kadang santun tapi juga nylekit, persiapan ulang tahun angkatan, buat baju, lomba parade tahunan, masalah personalia, cap ini itu dari kakak kelas, acara D'Minds Move Miracle IPM yang harus di handle totally dari angkatan, menyatukan reguler dan multilingual, asrama yang kepisah jadi lima. Ahh banyak banget intinya.
Sampai aku harus menata waktuku supaya bisa berkunjung ke semua asrama supaya aku lebih mengenal siapa saja yang dibawah komandoku. Bahkan ketika tugas dan banyak hal menumpuk aku tulis sampai berderet ke bawah di satu kertas.
Aku selalu menanamkan. Kamu Ketua Angkatan, siapa saja pasti menyorotmu !
Anyway, aku juga orang yang pemikir jadi bukan yang so slow sekali waktu menghadapi sesuatu kala itu. But for now, ya bisa di liat begini adanya wkwkw, seenaknya dan sesukanya asal bahagia.
Kadang aku berfikir, aku juga masih bocah ! Aku bukan psikolog yang harus bisa memahami satu persatu dan memuaskan tiap aspirasi. Aku juga manusia biasa. Hmm, itu teriakan wajar kan ? Tapi kalau aku hanya mengeluh dan tidak berdamai dengan keadaan lalu buat apa ? Bagaimana kamu akan membuat masa kepemimpinanmu dikenang ?
Masa sulitku juga ketika aku tiba-tiba terpleset di asrama dan membuatku harus menggunakan kruk selama tiga minggu. Dan ya waktu itu aku harus UKK di lantai dua pojok. Tiba-tiba juga si Tiwi ketua kelasku pindah, otomatis aku menjabat sebagai Ketua Angkatan dan kelas sekaligus di penghujung semester.
Di lain sisi aku harus merawat diriku dengan baik mengingat kakiku yang cidera, tetap fokus ujian dengan keadaan apapun, tidak merepotkan banyak teman, memimpin angkatan dan kelas. Hal yang lumayan berat harus aku jalani. Aku masih bocah 13 tahun heii.
Aku merasakan haru, ketika teman-teman banyak yang memutuskan pindah di tengah perjalanan, semuanya selalu pamit. Padahal boleh jadi aku belum mengingat betul siapa namanya. Allah, terimakasih ! Ini bagian dari hubungan antar manusia.
Aku seperti tidak bisa merasa merdeka waktu itu. Tapi pada akhirnya aku menemukan hakikat merdeka setelah itu. Aku seperti terus dilanda ketakutan, bahkan Rumah menjadi satu-satunya penenangku setiap harus balik ke Jogja pasca liburan aku selalu was-was. Tapi pada akhirnya aku menemukan makna keberanian. Aku seperti tidak bisa menjadi diriku sendiri karena banyak yang menuntut ini itu, tapi pada akhirnya aku belajar menemukan jati diriku.
Berbekal itu semua, Allah membawaku menuju Negeri Paman Sam di penghujung masa biru dongker. Heii, semua itu tidak akan terjadi kalau aku tidak menuliskan seluruh pengalamanku ketika menjadi Ketua Angkatan dan Sekretaris OSO IPM MTs. Semuanya berkat kalian ! Dan semua yang membersamai ketika aku memimpin di sekolah tua itu.
Aku yang dulu sangat kaku dan idealis menjadi belajar lentur menginjak peralihan biru dongker menuju abu-abu. Aku yang dulu heran kenapa sekolah sebrang yang kaum Adam takut dengan sosokku. Padahal aku sama sekali tidak mengenal mereka. Tapi aku keras dengan laki-laki karena merasa belum butuh untuk mengenal mereka ketika itu.
See ? Sekarang malah aku banyak berkawan dan berbagi banyak hal dengan semuanya. Bagiku, semua adalah kawan tanpa pandang bulu. Peduli amat orang akan berkata apa.
Justru banyak kekhawatiranku di awal malah semakin menguatkanku bahkan tidak sama sekali mengganggu belajarku, aku tetap bisa bertahan dengan segala hal yang semoga terus cemerlang. Jangan khawatir, setiap pemimpin pasti tidak akan pernah berjalan sendiri, Allah yang memberi amanah melalui perantara manusia di sekitar kita akan selalu menuntun tanpa tapi.
In the name of Allah.
Masa itu adalah masa paling berharga di berjuta detik perantauanku. Aku belajar Mengenal Manusia. Aku belajar bahwa Merdeka itu datangnya dari kita sendiri, orang lain tidak akan pernah bisa membelenggu kecuali ketika kita tidak percaya. Aku belajar, bahwa manusia memiliki batas kemampuan tetapi tetap percaya bahwa manusia punya kekuatan yang masih tersembunyi.
Ketika kau mengenal manusia, kau akan mengenal dunia. Tuhan akan membawamu mengenal lebih banyak manusia dengan rentetan perjalanan yang menakjubkan. Aku percaya itu, aku membuktikan itu dengan segenap perjalananku sejauh ini.
Tandang ke gelanggang walau hanya seorang, kita datang sendiri dan akan pulang juga sendiri.
Terimakasih Pasukan Genetrix 92. Mungkin ini adalah penghujung tahun untukku denganmu, karena waktu bergulir dengan batasan Tuhan.
May Allah lead your way:)))
Selamat menikmati penghujung tahun terakhir di Mu'allimaat !
Salam Kawan,
Kertek-Parakan
27-29 Juni 2017
Entah angin apa yang membuatku untuk #throwback selintas 5 tahun belakang. Saat dimana aku sedang memupuk keberanian sekuat-kuatnya. Saat dimana ketakutan selalu menghantui tanpa henti.
Tentang bagaimana waktu memaksaku untuk cepat dewasa dibanding kawan sebayaku.
Biarkan aku bercerita ya (?)
Aku baru saja menyudahi amanah sebagai wakil ketua kelas 6A Sd Muhammadiyah Parakan, karena kekuatan sebuah pilihan roda kendaraan membawaku ke Kota Pelajar. Hei, aku ini bocah kampung. Bisa saja aku ndeso di sana, bayanganku kala itu. Artinya aku harus meninggalkan sawah dan kali yang hampir setiap hari kujelajahi.
Di sekolah tua itu, setiap generasi yang hadir pasti akan memilih Ketua Angkatan, bak pemilu kecil. Sekolah tua itu didatangi muslimah se-nusantara. Perasaan takut dan penasaran bercampur aduk. Semuanya beresonansi bersama, menghasilkan frekuensi perasaan baru; Perasaan aneh tak terdefinisi.
Kelas telah berjalan, perbincangan siapa bakal calon semakin bising. Pemilihan di kelas sempurna membuatku kembali menjadi Wakil Ketua kelas. Entah. Perbincangan Ketua Angkatan terdengar sangat bising di telinga. Apalagi kawan SD ku yang bernama Wafda Salsabila tidak pernah berhenti promosi. Huhh sebal ! Aku yang dilanda ketakutan dan kekalutan, andai kau tau Sal ?
Finally, 12 - 12 - 2012 sempurna aku dibaiat menjadi Ketua Angkatan 92, angkatan yang belum bernama. Bersama tiga temanku, Vivi sebagai Wakil Ketua, Bira sebagai sekretaris, Ochi bendahara. Honestly ada Rizka FU yang menjadi bagian dari kami, tapi beberapa hari kemudian ketika aku datangi ke asrama dia memilih mundur dan menyerahkan semua buku perbendaharaan ke Ochi. Allah, partnerku akan berkurang satu. Empat banding berapa ratus (?)
Semuanya bercampur aduk. Aku masih belum siap. Astaghfirullaah !! Yang seharusnya kalimat pertama adalah ucapan basmalah. Is not that easy dear. Budaya di sekolah itu adalah 3 tahun berturut menjabat. Oh My Lord. It is so long time.
Anyway, saat orasi ku katakan sejujurnya, "Pilih yang menurut kalian itu cocok dipilih. Aku sama sekali tidak berharap dipilih." Walhasil bisa-bisanya sepertiga lebih malah memilihku. Aduh, batinku seketika. Angkatanku adalah tahun ketiga yang dibagi menjadi kelas multilingual dan reguler. Ketika itu, kami benar-benar seperti dipisahkan oleh madrasah ! Angkatanku dibagi menjadi 3 asrama.
Ketakutanku semakin menguat. Cerita kakak kelas bahwa nama angkatan akan sangat dijunjung sekalipun personal yang melakukan, lalu betapa pengalaman dua tahun sebelumnya reguler dan bilingual sulit bersatu. Eh iya, sebutan multilingual baru pertama di angkatanku. Prinsipnya tidak jauh berbeda.
Bagaimana bisa aku menyatukannya dengan 200 anggota lebih ? Bagaimana bisa aku mengenali segala watak mereka yang datang dari seluruh penjuru negeri ? Bagaimana bisa aku menjadi 'Pendengar yang Baik' bagi mereka ? Bagaimana belajarku nanti jika aku tidak fokus ?
Ahh Aku takut !
Salah satu kalimat penguatku adalah ketika aku bercerita ke Mbak Linta, seseorang yang menjadi sandaranku karena di asrama yang sudah aku kenal dari kecil hanya dia. Seseorang yang mendengarkan seluruh tangis tumpah ruahku. Seseorang yang selalu mengingatkanku akan rumah, mengingat desa keluarga kita yang sama. Mbak Linta juga teman baik kakak sepupuku. Ibuku juga menitipkanku kepadanya. Aku akan senasib dengannya. Menjadi Ketua Angkatan ! Tapi kala aku naik dia baru saja turun, katanya, "Kalau aku tantangan di Mu'allimaat itu dihadapi aja," saat kita berdua duduk di ranjang atasnya.
Mengingat juga senasib, karena satu atap didikan dari TK di Temanggung sampai Sekolah di Jogja.
In the name of Allah. Iya, aku harus bisa.
***
Tantangan bergulir menginjak semester 2,
Gebyar Mu'allimaat pertama yang akan menjadi parade tahunan datang. Aku harus bisa adil membagi tim. Harap-harap cemas angkatanku bisa juara melawan angkatan kakak kelas. Aku juga harus membuat strategi supaya angkatanku menjadi bernama.
Muncul dua nama, Genetrix dan Frezighwelt yang kala itu menjadi pertarungan sengit. Sampai pada voting ketiga kalinya JADI ! Pemilih Frezighwelt ini banyak disindir di asramaku. Membuatku harus menjadi bijak menyikapi keduanya dan tidak boleh sama sekali condong. Duh, semuanya baru aja lulus SD aku pun juga. Waktu ada yang menangis aku harus menenangkan. Beberapa kali aku mengadu kepada diriku sendiri, aku juga mau menangis dan acuh tapi apa iya seorang pemimpin bijak melakukan hal itu ?
Pada akhirnya di akhir bulan Januari nama angkatan resmi menjadi Genetrix 92 dengan semboyan "Extraordinary namun tetap berjati diri!" kala itu Dewi Hajar yang menyampaikan sebagai perwakilan dari teman-teman. Heuuuu, alhamdulillaah. Tugasku rampung satu, menegaskan sebuah identitas.
Lalu saat perlombaan PBB di Gebyar Mu'allimaat I Muthia Zakky atau akrab dipanggil Ochi menjadi Danton Pasukan. Rasanya harus berani dan malu yang datang bercampur aduk tidak karuan, melihat angkatan lain yang super. Ditambah Najma yang tiba-tiba asma, lalu anak reguler yang protes ini itu. Pasalnya, bagaimana aku bisa mengendalikan situasi dan diriku dengan baik. Sekaligus harus tetap percaya apapun yang terjadi, entah akan memalukan atau tidak. Haha.
Hal kedua adalah aku mencari sela Baju Tari bersepeda ditemani Elma ke daerah Jogokaryan, sebagai pemula itu sangat jauh ! Chemi sebagai komandan pasukan tari. Aku dan Elma pergi meninggalkan Lomba Video Klip di madrasah, katanya aku dipanggil-panggil kakak panitia. Entah. Ketika lomba tari, aku deg-degan dan sangat was-was. Tambah tiba-tiba Chemi lari ke belakang dan membuat satu angkatan bingung dan so pasti menahan malu, dia berbalik karena musik pengiring salah diputar ! Allah ! Aku riweh sendiri sebenarnya tapi aku harus calm down.
Kalau di tuliskan satu persatu akan butuh berlembar kertas karena semua hal yang berasa senang, haru, takut jadi satu. Tidak bisa dengan tegas dilukiskan satu rasa. Mulai dari laporan ini itu, teguran kakak kelas yang kadang santun tapi juga nylekit, persiapan ulang tahun angkatan, buat baju, lomba parade tahunan, masalah personalia, cap ini itu dari kakak kelas, acara D'Minds Move Miracle IPM yang harus di handle totally dari angkatan, menyatukan reguler dan multilingual, asrama yang kepisah jadi lima. Ahh banyak banget intinya.
Sampai aku harus menata waktuku supaya bisa berkunjung ke semua asrama supaya aku lebih mengenal siapa saja yang dibawah komandoku. Bahkan ketika tugas dan banyak hal menumpuk aku tulis sampai berderet ke bawah di satu kertas.
Aku selalu menanamkan. Kamu Ketua Angkatan, siapa saja pasti menyorotmu !
Anyway, aku juga orang yang pemikir jadi bukan yang so slow sekali waktu menghadapi sesuatu kala itu. But for now, ya bisa di liat begini adanya wkwkw, seenaknya dan sesukanya asal bahagia.
Kadang aku berfikir, aku juga masih bocah ! Aku bukan psikolog yang harus bisa memahami satu persatu dan memuaskan tiap aspirasi. Aku juga manusia biasa. Hmm, itu teriakan wajar kan ? Tapi kalau aku hanya mengeluh dan tidak berdamai dengan keadaan lalu buat apa ? Bagaimana kamu akan membuat masa kepemimpinanmu dikenang ?
Masa sulitku juga ketika aku tiba-tiba terpleset di asrama dan membuatku harus menggunakan kruk selama tiga minggu. Dan ya waktu itu aku harus UKK di lantai dua pojok. Tiba-tiba juga si Tiwi ketua kelasku pindah, otomatis aku menjabat sebagai Ketua Angkatan dan kelas sekaligus di penghujung semester.
Di lain sisi aku harus merawat diriku dengan baik mengingat kakiku yang cidera, tetap fokus ujian dengan keadaan apapun, tidak merepotkan banyak teman, memimpin angkatan dan kelas. Hal yang lumayan berat harus aku jalani. Aku masih bocah 13 tahun heii.
Aku merasakan haru, ketika teman-teman banyak yang memutuskan pindah di tengah perjalanan, semuanya selalu pamit. Padahal boleh jadi aku belum mengingat betul siapa namanya. Allah, terimakasih ! Ini bagian dari hubungan antar manusia.
Aku seperti tidak bisa merasa merdeka waktu itu. Tapi pada akhirnya aku menemukan hakikat merdeka setelah itu. Aku seperti terus dilanda ketakutan, bahkan Rumah menjadi satu-satunya penenangku setiap harus balik ke Jogja pasca liburan aku selalu was-was. Tapi pada akhirnya aku menemukan makna keberanian. Aku seperti tidak bisa menjadi diriku sendiri karena banyak yang menuntut ini itu, tapi pada akhirnya aku belajar menemukan jati diriku.
Berbekal itu semua, Allah membawaku menuju Negeri Paman Sam di penghujung masa biru dongker. Heii, semua itu tidak akan terjadi kalau aku tidak menuliskan seluruh pengalamanku ketika menjadi Ketua Angkatan dan Sekretaris OSO IPM MTs. Semuanya berkat kalian ! Dan semua yang membersamai ketika aku memimpin di sekolah tua itu.
Aku yang dulu sangat kaku dan idealis menjadi belajar lentur menginjak peralihan biru dongker menuju abu-abu. Aku yang dulu heran kenapa sekolah sebrang yang kaum Adam takut dengan sosokku. Padahal aku sama sekali tidak mengenal mereka. Tapi aku keras dengan laki-laki karena merasa belum butuh untuk mengenal mereka ketika itu.
See ? Sekarang malah aku banyak berkawan dan berbagi banyak hal dengan semuanya. Bagiku, semua adalah kawan tanpa pandang bulu. Peduli amat orang akan berkata apa.
Justru banyak kekhawatiranku di awal malah semakin menguatkanku bahkan tidak sama sekali mengganggu belajarku, aku tetap bisa bertahan dengan segala hal yang semoga terus cemerlang. Jangan khawatir, setiap pemimpin pasti tidak akan pernah berjalan sendiri, Allah yang memberi amanah melalui perantara manusia di sekitar kita akan selalu menuntun tanpa tapi.
In the name of Allah.
Masa itu adalah masa paling berharga di berjuta detik perantauanku. Aku belajar Mengenal Manusia. Aku belajar bahwa Merdeka itu datangnya dari kita sendiri, orang lain tidak akan pernah bisa membelenggu kecuali ketika kita tidak percaya. Aku belajar, bahwa manusia memiliki batas kemampuan tetapi tetap percaya bahwa manusia punya kekuatan yang masih tersembunyi.
Ketika kau mengenal manusia, kau akan mengenal dunia. Tuhan akan membawamu mengenal lebih banyak manusia dengan rentetan perjalanan yang menakjubkan. Aku percaya itu, aku membuktikan itu dengan segenap perjalananku sejauh ini.
Tandang ke gelanggang walau hanya seorang, kita datang sendiri dan akan pulang juga sendiri.
Terimakasih Pasukan Genetrix 92. Mungkin ini adalah penghujung tahun untukku denganmu, karena waktu bergulir dengan batasan Tuhan.
May Allah lead your way:)))
Selamat menikmati penghujung tahun terakhir di Mu'allimaat !
Salam Kawan,
Kertek-Parakan
27-29 Juni 2017