Nabiloski De Pellegrini

 A memory.

Agak sulit sebenernya buat memilih satu memori, karena aku pikir banyak banget memori-memori yang melekat dengan sangat dan aku ingat detailnya sampai saat ini. But, lemme choose ya,

Tepat empat tahun, periode caketum-an IPM Mu'allimaat tahun 2016 lalu. 

Dan aku dinobatkan sebagai salah satu calon ketua umum IPM Mu'allimaat, disandingkan sama dua sahabat mautku, Sabrina Rahma dan Alfreda Fathya. Percaketum-an ini sungguh menguji mental, mendobrak-dobrak pertahanan kita masing-masing dan saling digesekkan satu sama lain oleh keadaan. Tanpa sadar, kita dipertontonkan di hadapan seribuan penduduk Mu'allimaat satu bulan-an.

Masih ingat sekali, aku semacam nggak punya jeda untuk diriku sendiri. Menjadi Ketua FORTASI yang harus dipersiapkan matang selama sekian bulan, mengurus organisasi kesayangan aku di rumah Temanggung, selepas FORTASI usai harus segera melayang ke Surabaya jadi fasilitator jambore se- Jawa selama seminggu dan harus pulang duluan menerjang macetnya Surabaya di hari Sabtu, karena Minggunya ada penutupan FORTASI se-Jogja nggak mungkin banget aku sebagai ketua nggak menghadirkan diri. 

Di kereta aku cuma bisa bergetar nangis saking lelahnya. Sendirian lagi, padahal temen-temen muat muin yang lain masih punya persediaan hari lebih banyak dan bisa jalan-jalan kesana kemari. Adrenalinku sungguh diuji.

Belum lagi, sampe Jogja banyak drama. Persengketaannya ada-ada aja. Tapi senangnya bukan main, akhirnya dapet juara! It's paid off Nabila :))) 

Naasnya, memang aku bener-bener nggak tau diri. Aku harus dipaksa sakit biar mau berhenti. Hampir seminggu aku cuma bisa terbaring di kasur, panas dingin dan pusing tujuh keliling. Eh taunya tiba-tiba ada surat keputusan kalau aku harus melewati periode caketum. Harus segera bikin visi-misi. Aku sungguhan lagi nggak berdaya, nggak bisa memaksimalkan pikiran dan hati buat berpikir keras visi-misi IPM buat satu periode ke depan. Banyak yang harus dipertaruhkan.

Sebab terus diburu, aku terpaksa sambil tengkurang di kasur, di lantai luas kamar asrama sambil menulis visi-misi. Berat banget rasanya nahan pusing di kepala, jalan aja nggliyeng banget harus dituntun. Intinya aku ini orang yang jarang banget sakit, tapi bisa separah itu kalau drop. Akibatnya, visi-misiku jadi yang paling pendek :)

Gapapa Nabila, at least you did.... you've gone through those tough times.

Aku antar sendiri ke Mbak Enggar selaku Ketum saat itu. Sampai udah agak mendingan, banyak banget fitnah yang muncul. Entah sengaja atau nggak ada beberapa teman yang mengadu domba aku dan Sabrina. Sepele banget masalahnya, huhu. Tapi Sabrina jadi ambil hati, akunya nggak kuat dimusuhin Sabrina sampai didiemin padahal seharusnya kita saling support karena sama-sama sedang di posisi caketum :(

Pikiranku ke distract banget. Fisikku nggak kuat, dan di banyak malam yang panjang aku cuma bisa nangis di asrama, kadang ditemani Malwa. Tapi aku merasa harus bisa tampil kuat dan cerah di pagi hari. Rasanya dulu aku bohong banget ke diriku sendiri, karena posisiku sebagai caketum yang banner berisi foto plus visi-misiku di pajang di tengah lapangan. Nggak lucu banget kalau aku malah menampilkan muka kusut dan terlihat lagi bermasalah. Aku tau waktu itu aku 'memaksa' diriku untuk kuat dan mencoba bilang 'gapapa' setiap hari.

Aku sungguh grogi sekali waktu harus orasi. Bukan main.

Aku merasa nggak maksimal, ada sedikit penyesalan sampai sekarang. Walaupun ya aki tau aku nggak bakalan jadi ketum karena aku lebih memperjuangkan untuk berangkat AFS. Tapi kan setidaknya tampil maksimal bukan suatu keputusan yang salah. Deg-deg annya bukan main dilihat 1000-an anak se-madrasah, diuji guru-guru, dan alumni. 

It was so challenging you know Nabila, it was so hard but you have to know that you made it dear...

Singkat cerita, di antara ketegangan yang semakin genting setiap hari. Aku, Sab, dan Fafat memutuskan untuk ngobrol intimate sendiri. Suatu sore di lapangan, di bawah tiang bendera. Kita ngobrol bertiga, aku dan Sab sangat tegang. Berusaha mengklarifikasi ternyata secara nggak sengaja kita di-adu domba, sengaja banget kayaknya itu emang huh. Fafat bingung, haha. Dan lari beliin kita minum di marzaq. It was so FUN! Haha. Lucu banget sekarang kalau diingat lagi.

Theen finally, kita sama-sama tau, seharusnya kita saling mengisi dan kita betiga sama-sama menyepakati posisi-posisi apa yang layaknya kita isi. Sampai akhirnya keputusan resmi muncul dan nama Alfreda Fathya yang akhirnya menakhkodai. 

That was a precious memory, it taught me so many things about friendship, leadership and how to love ourselves, to maintain my health, to learn where is my position, to put myself into system, to make a movement together. Losing something doesn't make you less precious, you're all KEREN!

Setelah itu aku belajar, please take a rest Nabila.  Perlu sekali untuk mengambil jeda di tengah tugas yang mati satu tumbuh seribu, di tengah segala hal yang patah tumbuh hilang berganti.

Thankyou memory, for letting me grow.

Grow as you go,


nabiladinta. 

Temanggung, 3 Oktober 2020


 Ha ha ha.

Karena ini tajuknya happy, jadi mari ber-hahahihihehe dulu sebelum berkhayal kesana kemari, untuk prolog yang manis aku mau menuliskan doa singkat untuk ulang tahun ke-21 ku yang lalu di 1 September kemarin. Kata Mbak Hal,

"..Semoga senantiasa dikaruniai sehat dan badan yang kuat supaya bisa terus mobilitas tinggi spt nabila biasanya. senantiasa dikasih hari dan orang orang baik supaya walaupun hidup kadang nyebelin masih bisa ketawa. panjang umur 💛✨"

Doa baik ini cukup menggambarkan hal-hal yang bisa bikin aku bahagia, sehat dan kuat lalu bisa tetap bermobilitas tinggi di tengah hidup yang kadang nyebelin ini. Aku nggak suka main tebak-tebakan tapi kalau kamu yang baca ini tebakannya benar sebelum baca sampai bawah,  tentang apa yang bisa buat aku bahagia, kamu keren! Nanti kalau ketemu tagih janji aku ya untuk peluk kamu kencang-kencang.

Pertama,

Ada ritual-ritual sederhana yang biasa aku lestarikan sehari-hari sama orang-orang tersayang atau kadang sendiri aja juga udah bahagia. Bangun pagi tanpa tidur lagi setelah subuh, ngeteh atau ngopi sambil ngemil gorengan lalu menghabiskan pagi dengan baca sekian lembar buku. Rasanya aku merasa bahagia dan pagiku nggak terbuang sia-sia. Momen ini jarang terjadi kalau aku di Jogja, tapi bukan berarti aku nggak bisa bahagia ya. Tapi lucunya, pandemi ini bisa jadi bentuk syukur tersendiri karena aku sungguhan bisa menghabiskan pagi dalam rentetan hari yang jumlahnya lebih banyak. 

Kedua,

Menghabiskan waktu bersama diri sendiri dan ngobrol kesana kemari bareng teman-teman juga hal yang aku terus coba rawat dari dulu, biar ada jeda yang aku cuma bisa tau kalau "kali ini aku hanya punya kata senang" kalau lagi sama mereka.

Ketiga,

Dihadiahin buku secara tiba-tiba dan ditanya, "Kamu mau buku apa Nabila?" WAH. Ini hadiah paling berharga all! Walaupun buku lebih sering dikonotasikan sama hal-hal yang serius tapi bukan berarti lebih banyak seriusnya ketimbang 'riang'-nya hehe. Justru, aku merasakan riang karena seenggaknya bisa tau tempat-tempat tersembunyi di dunia, kata-kata magis yang nggak belum pernah aku temui, dan rentetan kalimat panjang yang melegakan hati yang bisa aku baca dari deretan panjang kata demi kata di dalam buku. 

Yang akhirnya bisa jadi kosa kata tambahan untuk mengapresiasi teman-temanku dengan tulisan, lewat kiriman doa ulang tahun mungkin atau surel yang aku sengajakan kirim untuk mereka. 

Ini bahagia sekali. 

Keempat,

Diajak climbing. Aku pastikan aku bakal bahagia, karena rasanya aku bisa re-connecting sama Papa Aurelio dan Tommaso yang jadi guru ajibku. Yah sayangnya, sepulang dari Italia aku nggak kunjung menemukan teman yang mau kuajak dengan niat yang mantab. Kamu yang baca ini, kalau mau dan bersedia diajak ribet cari peralatan, langsung hit me up ya?

Kelima,

Kumpul bareng sepupu-sepupu dan pakde bude bulek om, momen ini sungguhan bisa buat aku bersyukur berkali lipat menjadi bagian dari mereka. Melepas jeda dari rumitnya hidup yang biasanya, kalau sama mereka aku bisa seutuhnya 'nyaman' dan jadi apa adanya seorang 'nabila' disaksikan saksi-saksi kehidupan sejak aku bayik dan main di kali sampai kulit menghitam dan kuat panjat batu tebing pinggir kali atau main ninja warrior-an. Nostalgia sekaligus merekatkan kerabatan, bertemu sama akar yang sangat dekat dan berasa dipeluk erat lalu dibisiki dengan kata yang tersirat, "Kamu berarti Nabila buat kami."

Ommoooo i feel loved.

Keenam,

Melakukan perjalanan sambil asik sendiri atau nyanyi sekencang-kencangnya sambil membayangkan kalau aku beneran lagi joget dengan headset di telinga. Memutarkan playlist kesukaan aku, dari musik indie, latin, dangdut, kuno jadul sampai yang terkini. Rasanya ini private space yang berharga karena aku punya ruang untuk melepas lara.

Ketujuh,

Diberi love letter sama kamu, ciecie. Apa aja, love letter bukan melulu soal cinta atau rasa suka yang semacamnya yang terbatas "dari orang yang aku suka" (tentu kalau beneran dapet ini aku bisa melayang ke udara ya, hehe) tapi dari teman-temanku yang tersayang. Makanya momen ulang tahun ini aku suka banget karena teman-teman atau rekan jauhku yang lain jadi punya "momen yang pas" yang mungkin sulit dicari untuk memberikan aku doa-doa yang panjang. Pas aja gitu kan ya momennya kalau pas ulang tahun itu? Apalagi dunia maya memberikan kita banyak tempat buat berkreasi.

Ini salah satu momen untuk re-connecting lives. Tentu hal sebaliknya juga aku lakukan ke ulang tahun teman-temanku.

Tujuh ini cukup mewakili, tapi sebenernya bisa bernafas dengan lega tanpa sesak dan beban berat di dalamnya aja udah buat aku bahagia.  Mungkin nggak cukup kalau aku tuliskan semua di sini. But those are seven things that make me happy for who I am now. Thankyou my loved ones.

Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang tumbuh bahagia dan membahagiakan bersama-sama. Your presence matters in my life🖤

love,


nabiladinta.

Temanggung, 2-3 Oktober 2020


 Hello World!

Sekitar tiga minggu lalu  tiba-tiba sekali aku menemukan challenge yang amat menantang di TL twitter. Yaiyalah menantang Bil namanya juga challenge, tapi sengaja aku tunda sampai di tanggal 1 Oktober biar “30 Days Writing Challenge” ini bisa runtut dan lebih terukur dalam hitungan bulan. 

Mungkin ada tema di hari-hari tertentu yang akan aku ubah, I think it’s too personal (hehe) ada privasi-privasi tertentu yang sengaja aku simpan sendiri. Hari pertama ini bertajuk Describe Your Personality. Kalau bicara tentang personalitas, ini mungkin salah satu cara untuk mengenali diri seorang Ulima Nabila Adinta lebih dalem. Bagiku, mengenali diri itu nggak bisa cuma sekali atau dua kali, karena seharusnya terjadi setiap hari.

It’s all about identity. Every individual carries multiple identities: family, religion, ethnicity, region, nationality, gender, language, etc.

Di dalam periode perjalananku tumbuh dan mendewasa sampai usia 21 tahun ini, banyak banget pergolakan batin atau pun peperangan kehidupan yang udah aku lewatin. Aku seorang anak sulung dari empat bersaudara. Datang dari keluarga yang biasa-biasa saja dan juga seorang yang biasa-biasa saja. Yang aku tau, lahir di Temanggung adalah suatu bentuk syukur tanpa jeda. Menjadi seorang perempuan sulung, aku merasa pernah ada di titik yang ‘sangat egois’ dalam lingkaran terkecil ke adik-adikku. Karena Bapak dan sahabat-sahabat SD yang dulu gemar membaca KKPK aku tumbuh menjadi seorang gadis yang candu membaca Ada titik-titik hidup tertentu yang membentuk seorang 'aku'.

Banyak orang bilang, seharusnya aku lahir menjadi seorang laki-laki, haha. Emang sifat yang ke-laki-laki-an dan ke-perempuan-an itu paten ya? Lantas kalau aku punya identitas seksual sebagai seorang perempuan apakah nggak boleh untuk melakukan sesuatu yang kebanyakan laki-laki lakukan? Tentu nggak kan. Bapak dan Ibu nggak pernah membedakan perlakuan ke aku dan adik-adikku. Kata ‘mampu’ ya ukuran kemampuan diri, bukan soal kamu perempuan atau laki-laki. Aku seseorang yang punya kebebasan tapi juga nggak jarang mempertanyakan kebebasan.

Kalau ditanya suka apa, aku hobi melakukan yang aneh-aneh seperti misalkan mengoleksi batu dan pasir. Jadi kalau kamu dari negara mana gitu, mau bawain aku oleh-oleh dibawain batu pasir aja aku dah seneng. Apalagi dikirimin postcard hehe. Mengabadikan memori dan momentum adalah hobi abadiku, sesederhana menulis random dan menyimpan foto yang sekedar screenshoot-an remeh atau pap-an teman. Mengeksplorasi bumi dan segala isinya adalah skill yang sedang aku tingkatkan setiap harinya, biar bisa menjelajah sama kamu suatu hari nanti, kan ya? 

Mahasiswa yang nggak maha-maha amat seperti aku ini udah betah nongkrong di kelas-kelas antropologi sembari membaca karya-karya etnografi. Bicara topik-topik yang menggedor-gedor dan memporakporandakan pikiran. Gemar bercerita, berkawan dan berceloteh ria di akun sosmed dari penting sampai nggak penting. Namanya juga nabiladinta, merayakan hal kecil itu penting banget meskipun sekedar bikin senyum-senyum sendiri aja (hehe)

Bercita-cita jadi orang kaya, sebenernya motivasinya biar bisa terus merayakan hobi dan lagi-lagi biar bisa jalan-jalan bareng kamu.

sending love,

nabiladinta.

Temanggung, 1 Oktober 2020



 "Oh ya kamu tau darimana aku dulu pinginnya begitu"

Sebuah perjalanan singkat dengan seorang teman.

-

sambil menyembunyikan rasa malu keras-keras, tapi tak bisa.


"Kamu dulu pinginnya sekolah di pesantren yang berjilbab besar kan Nabila"


"Loh loh darimana kamu tau. Kok kamu tau."


Sejenak menghela nafas kencang. Dan baru ingat, ohiya ibu kita saling bercerita satu sama lain. 


Beberapa tahun silam.


Cepat sekali. Kamu tumbuh dan aku pun tumbuh, perbincangan kita melanglang buana jauh sekali. Dari yang biasa saja, sok-sok an, sampai menertawakan sekaligus menangisi hidup. Mengkhawatirkan masa depan dan bermimpi menjadi orang kaya.


"Aku harus kaya Nabila," katamu tahun lalu. 


Naasnya, aku membalas dengan tawa kencang yang sebenarnya di dalam hati mendengungkan amin paling serius untukmu. Bualan-bualan manismu sangat ampuh. Meluluhkan seorang aku yang sepertinya berhati keras untuk sekedar membuka hati. Lucu sekali, sekejap dunia berhenti dan diriku seperti berputar pada porosmu. 


Sempat oleng beberapa waktu lalu, tapi ternyata aku tetap ingin kembali menyentuh radarmu. Memelukmu kencang-kencang. Tolong, jangan sampai pergi Tuhan.


Biarkan aku mencium aroma dunia bersama manusia ini. Menjadi apa adanya sebagaimana Nabila yang semestinya. Menemanimu memenuhi panggilan-panggilan petualangan, mengobrak-abrik diskusi bersama teman kita yang lain. Yang berakhir dengan tawa kencang lalu disambut keinginan tulus ingin bertemu terus menerus.


Tapi tak bisa. Belum pernah bisa, ingin kuperlambat tapi malah semakin cepat. Selamat berpetualang, semoga kamu menemui radarku.

Secepatnya, sampai jumpa.


Temanggung, 12 September 2020

nabiladinta.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Cari Blog Ini

POPULAR POSTS

  • 2024: a magic of ordinary days
  • Hari-Hari di Pamulang (3)
  • Tentang Bisa Punya Waktu Tanpa Libur
  • Mendekati Kepulangan

Categories

AFS Italy 2017-2018 Self Talk Hijrah Malaysia Ramadhan di Italia
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • April 2025 (1)
  • Desember 2024 (1)
  • Juni 2024 (5)
  • Januari 2024 (1)
  • Desember 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (3)
  • Februari 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • September 2022 (1)
  • Agustus 2022 (3)
  • Mei 2022 (3)
  • April 2022 (10)
  • Februari 2022 (1)
  • Desember 2021 (2)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (2)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (3)
  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (1)
  • April 2021 (2)
  • Januari 2021 (2)
  • Desember 2020 (2)
  • November 2020 (1)
  • Oktober 2020 (11)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (2)
  • Juli 2020 (2)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (19)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (2)
  • Januari 2020 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (1)
  • Juli 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (1)
  • November 2018 (1)
  • Agustus 2018 (1)
  • Mei 2018 (2)
  • April 2018 (4)
  • Maret 2018 (4)
  • Februari 2018 (5)
  • Januari 2018 (7)
  • Desember 2017 (9)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (6)
  • September 2017 (7)
  • Agustus 2017 (2)
  • Juni 2017 (12)
  • Mei 2017 (11)
  • April 2017 (6)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (6)
  • Oktober 2016 (6)
  • September 2016 (5)
  • Agustus 2016 (1)
  • Juli 2016 (1)
  • Juni 2016 (6)
  • April 2016 (2)
  • Februari 2016 (1)
  • Januari 2016 (2)
  • Desember 2015 (1)
  • November 2015 (3)
  • Agustus 2015 (1)
  • Juli 2015 (1)
  • Juni 2015 (4)
  • Mei 2015 (1)
  • April 2015 (2)
  • Februari 2015 (6)
  • Januari 2015 (3)
  • Desember 2014 (4)
  • November 2014 (14)
  • Oktober 2014 (2)
  • Agustus 2014 (3)
  • Juni 2014 (12)

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates