Nabiloski De Pellegrini

(1) Danke Ramadhan ! 💕💕

Aku belajar menata diri di bulan suci ini. Tidak ada kamus 'diam'  di long holiday ini. Tidak ada sebait pun waktu untuk duduk termangu. Meskipun aku tidak ber-Mubaligh Hijrah ria di DIY atau Magelang, Temanggung masih menjadi teman berhijrah yang romantis. Meskipun orang-orang bertanya-tanya, "kenapa seorang Ulima Nabila Adinta nggak MH". Duh, biarkan sajalah.. Toh yang namanya Hijrah adalah waktu dimana kita mau menjemput bukan hanya menanti. Nyatanya kampungku sendiri butuh sosok Mubalighah, karena yang lainnya masih dalam nuansa rantauan.

Intinya aku tidak mau diam saja.

Menyesal bukan jawaban. Aku memilih mencari sendiri. Akhirnya aku putuskan mengajak teman-teman aktivis nekat di Temanggung untuk bersilaturrahim ke desa yang dulu pernah kita adakan bakti sosial. Satu setengah tahun yang lalu. Tidak masalah. Hamdalaah ada 5 orang yang berhasil aku ajak. Mbak Nadia, Mas Ubaid, Mas Akmal, Mas Dhanu, Mas Fanno. Kelimanya sudah lebih dari aku. Tidak masalah. Kecil bukan penghalang untuk tetap menjadi komandan perjalanan. Desa Rowoseneng namanya, jauh nian dari tempat kita. Sesampai di Masjid desa, aku tengok ternyata mukena-mukena, al-qur'an, iqra', dan barang-barang lain yang dulu kita baksosin masih ada. Alhamdulillaah 👏😄 ketika itu, 1 January 2015.

Kita telusuri, cari Bapak Heri yang dulu menjadi tuan rumah terbaik, dulu juga pasca baksos selalu meminta kita untuk kembali. Sedikit menyesali, kita tidak merespon karena memang kita sudah berada di rantauan masing-masing. Ternyata eh ternyata Bapak Heri kok rumahnya sudah banyak tumbuhan, kemana beliau ? Kita di panggil ibu-ibu depan rumah, "Cari siapa mbak mas ? Pak Heri nya sudah merantau sejak tahun lalu ke Sumatra"

What's???  Jauh nian itu mah.

Transmigrasi menjadi alasan karena faktor ekonomi, sudahlah lebih baik kira mendoakan yang terbaik buat Bapak Heri. Akhirnya kita ngobrol sebentar dengan ibu-ibu tadi. Bertanya-tanya soal kegiatan Masjid desa, alhamdulillaah keadaannya sudah lebih baik dari semenjak kita tinggal dulu. Sudah ada pengajar TPA, kultum ramadhan masih terus berlanjut. Setidaknya kalo aku pulang, aku tidak merasa bersalah kalo Masjid masih kekurangan pengajar dan masih sepi karena toh aku belum bisa membantu banyak. Desanya pelosok sekali. Banyak hutan pinus, ke atas sedikit beberapa kecamatan Temanggung terlihat elok. Terjadi obrolan singkat kita soal banyak hal. Soal Temanggung, soal tembakau, soal pemuda, dan banyak hal lagi. Mengobrol bareng mereka itu selalu saja terkendali, I mean terkendali karena yang kita obrolin itu hal yang 'wangun'  dan pasti menimbulkan ide. Tapi antah berantah, idenya terkadang lenyap terkadang juga lengkap. Kita memilih ber-tadabbur alam ke Embung di atasnya, kira-kira 5 km dari Rowoseneng.

Namanya juga desa. Selalu jadi tempat eksotis dan romantis dalam banyak keadaan. Entah antara kita, antar kamu dan aku atau antara aku dan diriku. Selepas ber-tadabbur ria kita turun lagi ke bawah mencari Masjid. Rumah yang sejatinya selalu kita cari untuk berdiam dan bermunajah. Sholat dhuhur.

Karena kita merasa sudah cukup perjalanan kita. Kita kembali dengan tetap ber-tadabbur, ada ide baru lagi muncul. Buat berbagi di desa Mbak Nadia, jauh di atas Parakan di Desa Putihan Kecamatan Bansari. Bolehlah, that would love to meet children guys !! I will tell them the true life and Islam. Bismillah. Hijrah bukan menanti tapi menjemputnya.

Jazzakumullah khair jaza'
Innallaha ma'anaa
Hijrah tetap menjadi pangkuan sejati untuk mengabdi.

Danke Ramadhan ❤❤

May 28, 2016

Baru saja aku mengakhiri diskusi kecil tentang sebuah keluarga, negara, zaman, sampai peradaban. Keempatnya tidak akan pernah bisa dipisahkan. Karena itu semua tentang sebuah kayakinan, cita-cita, lalu kekompakan sebuah episode kepemimpinan. Begini bedanya, keluarga itu rahim peradaban terkecil sampai akhirnya penemuan seorang insan manusia tentang siapa dirinya. Negara itu soal tanah air atau homeland sesungguhnya tentang bagaimana keberagaman manusia yang bertekad hidup bersama dibawah satu naungan. Zaman selayaknya bagaimana pergolakan pemikiran manusia di dalamnya berlayar sampai sejauh mana mereka akan berlabuh dan menguasai tanah negeri orang. Peradaban itu keberlangsungan sejati tentang bagaimana zaman berjalan pada episode yang memuat keagungan spiritualitas. Begitu singkatnya definisiku, bukankah setiap manusia punya hak untuk berkelana dalam derap pikiran? Sejatinya hidup pun menuntut keselarasan diantara manusia, akal, dan hati. 

Bergelayut lembut dalam diskusi kecil itu mengembalikanku pada pertanyaan kebatinan, bagaimana bisa di tengah episode zaman yang dikuasai orang nun jauh disana aku malah asik sendiri tanpa memikirkan bagaimana seharusnya aku berperan ? Di balik itu semua aku menyadari kelebihan negeriku dalam pembangunan struktur keluarga dimana di negeri nun jauh disana mereka memang berhasil membangun zaman dengan keagungan pemikiran yang menakjubkan. Keluarga di negeri masih berasa saudara yang masih saling menjaga dan saling memiliki, tidak heran kalau Lebaran jalan pedesaan begitu ramai demi bergandengan kembali dengan keluarga. Tapi yang masih aku resahkan adalah negeriku yang masih carut marut ini. Episode kepemimpinan yang berbeda setiap pergantian kepemimpinan. Masing-masing hanya berpikir bagaimana di zaman kepemimpinannya ada gerakan yang hebat. Lalu bagaimana negeriku bisa membangun peradaban yang lebih baik? Bukan hanya membanggakan episode masa lalu. 

Rasanya saya selalu optimis kalau Indonesia masih bisa lebih baik. Optimisme saya ada karena saya percaya bahwa ketika kita terus bergerak dan menjadi penggerak yang lainnya. Indonesia tidak membutuhkan bualan sunyi tanpa aksi. Indonesia butuh aksi kreasi yang membangun. Sekecil apapun. Karena saya pun percaya suatu hal besar bermula dari langkah kecil yang berderap pasti. Indonesia butuh gerakan muda beraksi. Lalu ketika kita memilih untuk berdiam diri, sejujurnya kita tidak pantas untuk menuntut karena nyatanya tidak ada sama sekali uluran tangan kita. Sekarang sudah saatnya untuk bangun dari lelap sunyi. Sudah saatnya untuk bergerak dalam keramaian yang masih carut marut. Maka, ayo peduli dan beraksi ! Segalanya akan terasa jauh ketika kita hanya mengeluh. Siapa pun yang membaca tulisan kecil ini. Saya berharap lebih denganmu karena saya bukanlah siapa-siapa jika hanya sendiri. Mari kita menyadari, sudah saatnya tangan peradaban dan zaman kita yang menggenggam, bukan mereka jauh disana yang terus merongrongi nasib kita semua. 

Berhenti urun angan, saatnya turun tangan ! Salam Perjuangan. 

Ulima Nabila Adinta,
✊ Nasionalis nekat yang masih tau adat
 Foster Child !

I was in United Nation with Laila Hanifah

Grayson Dorm at George Mason University
New York !  Abanja Banja 'Funny Group'

Statue of Liberty Dude !!

United States of America, I heard before this is a liberal country. I don’t know how to be a Muslim here. First, the hardest thing before I came to America is when IUSYLP staff tell us to give our photos to make the Visa and everybody must show their ears. It is really hard for me to show my ears because I use a hijab. I did it with reluctance. Hopefully God will understand what I did.

When I arrived in America, I imagine how to take ablution. Taking ablution is the most important thing that Muslims have to do before they pray. No tap water, just wasteful. So, I must to go the shower for that till the water splashing and it made my clothes wet. I move from Indonesia where Islam is the majority and here it is not, so there are many challenges for me. No problem for me to know where is the Kiblat to pray because I have Muslim Pro application on my cell phone.

Islam has 5 times to pray every day (shubuh, dhuhur, ashar, maghrib, and isya’). Because the schedule is full everyday it is an obstacle for me to leave to pray. That’s my obligation. When I pray shubuh in USA I always oversleep, when I set my alarm, I rarely hear it. I keep shubuh after I wake up. Then, when it is time for dhuhur and ashar I do it at one time, usually in ashar’s time, and call it jama’ qashar. Sometimes I do it in the car. I am just scared that the journey is long and if I cannot pray in the car I will miss the prayer. Islam is easy just how the person keeps faith. Alhamdulillah (Thanks to God) I never miss the prayers. The other difficulty is when I have to look for a place to pray. Sometimes I do it in the corner of a room. I keep the Al-Quran to read as my holy book. If I do not read it, my heart is not calm.

Something that I have to always learn is how to have an open mind to all people. In Indonesia I always live in my religious community. But here, I live among almost all of the religious factions, like atheists, agnostics, Christians, Catholics, Hindus and others. How to keep faith here? In feel more in touch with Islam after seeing it as a minority here. Challenges that I’ve never seen before. The other challenge is I have the obligation as a Muslim to remind the other Muslims to keep their prayers, and sometime we do pray together.

Keep spirit on !! Life is never flat as long as you try to always move
Keep your faith . Allah is always belongs !


Hello !
How’s life dude ? I hope that all is well !
So sorry I left too long for post something in this blog. But, in this great time I’ll try to keep it again. I just would to say thanks to everyone who willing to read this posting. Thank you ! hopefully you will be exciting and enjoy for this new post.
Hai hai kota tembakau, baru 3 hari yang lalu aku kembali dari tempat peraduan abadi, rumah di Kampung Kalisat Kabupaten Temanggung. Aku seperti sudah terlalu penat dengan keseharian di kota Jogja yang metropolitan. Aku anggap itu sebagai keberuntungan. Keberuntungan tidak akan pernah datang kalau nggak ada persiapan bertemu kesempatan. Aku seperti tidak bisa terlepas untuk meluangkan waktu yang quality banget buat meet up sama temen-temen Pelajar Islam Indonesia.

DAY I
Jadi aku dateng Selasa malem, eh buka instagram udah ada aja Direct Message dari Ghalda Najma. Dia mau ke rumahku kalo rabu aku nggak ada acara. Oke, aku pikir dulu aku harus ngontak temen-temen PII soalnya udah keburu bikin janji dulu buat meet up hari Rabunya. Okelah akhirnya pagi Najma Qia Salsa ke rumahku baru siang temen-temen PII dateng. Nggak pernah bisa terlepas buat tetep stay in touch dude !

DAY II

Obrolan akan jadi bermakna ketika kita mampu mengendalikannya menjadi suatu hal yang positif.

Okay, I have to wait longer than I was predicted before. Ternyata Salsa, Najma, Qia dateng hampir jam 11-an. Qia dateng langsung dari Magelang. Langsung cuss ke Pintu Air, I mean terusan dari Kali Galeh yang terus ngalir dari Sumbing Sindoro sampe Magelang dst. Duh, heran aku mereka bertiga kayak nggak pernah liat sawah aja, “Kalian tu kayak nggak pernah liat sawah sungai aja,” Qia nanggepin,”Ya emang nggak pernah kan bil!” Ya sudahlah asal sedikit saja kita bisa buat temen bahagia udah jadi bahagia tersendiri kan ?
Namanya cewek, nggak bisa lepas dari jepret sono sini, cowok juga nggak kalah sih sebenernya. Asikin aja lah! Qia tuh senengnya minta ampun berasa keluar dari penjara suci yang selama ini dia jarang banget bisa hang out bareng temen-temennya. Turun ke sungai kira-kira 20 menitan lah. Jeprat jepret nggak ketulungan. Padahal ya udah siang tapi syukurnya kita masih bisa ngerasain panas yang itungannya masih seger ketimbang di Jogja yang duh nusuknya pake banget. Sampe pulang lagi jam setengah satu-an. Qia sama Salsa masih di rumahku tapi Najma udah keburu pulang mau ke Jogja jemput kakaknya yang baru selesai UN. Tapi nggak lama kemudian mereka pulang semua.

It was special surprised to having them in my sweet home on rural. Thank you so much darling!!

Ku kira meet up sama temen-temen PII nggak bakal jadi soalnya Iyas tiba-tiba mau melayat ke temen seperjuangannya. Ya sudahlaah.. gagal bertemu barangkali bisa next day nya di Kamis. Eh ternyata Kang Lutfi sama Kang Adin tetep dateng jam setengah 3-an. Mereka naik bis nggak naik motor. Ini yang aku maksud obrolan yang setidaknya kita bisa mengendalikan. Tapi sempet kita skip buat sholat ashar. Herannya aku tunggu-tunggu sampe jam setengah 5-an kok nggak dateng-dateng, waktu mau aku susul ternyata mereka berdua ke warnet dulu nge-game. Hmm…
Nah setelah ini nih, asik banget diskusi bareng mereka berdua yang kaum Adam. Kalo udah bicara soal agama aku cukup belajar banyak dari mereka. Background sekolah yang beda buat kita saling mengisi. Kita diskusi soal Densus 88 yang nangkep beberapa orang di Temanggung yang diduga teroris. Indonesia yang korupsinya minta ampun susahnya dikendalikin. Bayangin aja, sesuatu kejahatan yang udah ter-habituate dari jajaran pusat sampe desa atau kampung sekali pun. Sedih resah kita ini, hal apa lagi yang bisa dilakukan setidaknya membawa perubahan kecil ?
Terus aku belajar juga waktu bandingin antara sekolah kita yang notabennya dibilang pondok pesantren tapi entah buat sekolahku (sedikit iya sedikit bukan). Organisasi Daerah yang biasa disebut di sekolahku sedangkan di sekolah mereka itu Konsulat. Mudabbir di tempat mereka sedangkan Mujanibah di tempatku. Cenderung lagi sedikit polemik di sekolahku. Hal-hal yang masih aku harapkan aku bisa memperbaikinya :).
Tentunya kita punya orientasi beda dalam menjalani hidup. Mereka yang lebih fokus di pendidikan agama mereka sedangkan aku yang selain itu berharap bisa Go Abroad. Lantas, yang beda itulah yang unik. Kalo kita sama apa yang bisa dipake buat saling belajar ? beberapa temenku di Jogja sedikit heran kok bisa gitu Nabila temennya rata-rata cowok kalo di rumah dan tipe-tipe orang yang berwawasan luas terlebih lagi soal agama. Rasa syukur yang selalu aku berikan ke Allah. Atas pilihan untuk hidupku dan atas segalanya yang dipertaruhkan demi kebaikan. Diskusi kita berakhir waktu adzan maghrib berkumandang. Siapa sangka keasyikan ngobrol bikin lupa waktu padahal mereka harus naik bis. Semoga lancar ya sampe rumah !
Malemnya aku sempetin ke rumah Mbak Indah buat konsultasi soal project baruku yang semoga dimudahkan Allah. Nggak lepas juga dari ngobrol yang berguna. Karena beliau aku mengerti harus bagaimana aku ini terlebih lagi amanah anak pertama dari 4 bersaudara. Masa depan bukan hanya soal jalan sunyi yang bingung kita bayangkan sekarang tapi masa depan adalah awan cerah yang sudah seharusnya kita tidak bungkam untuk terus mengukirnya!

DAY III
Aku tekad untuk menyelesaikan projectku sekalipun aku harus cari komputer di rumah saudara. Selagi masih bisa diusahakan kenapa tidak ? eh beruntung lagi jam setengah 2 bisa meet up sama 2 temen PII yang lain, Mas ubaid sama Iyas. Rasa-rasanya kok sedikit banget yang bisa jadi partner cewek buat gerakku di Temanggung ? Dimana sih kepedulian Kaum Hawa? ? heran. Aku sama Mas Ubaid sama-sama anak rantauan, Cuma Iyas yang netep di Temanggung. Aku dan Mas Ubaid berharap lebih ke Iyas, usaha apa yang sekiranya bisa nguatin Iyas untuk tetep bergerak. Aku merasa bersyukur udah ngajak Iyas gabung ke PII. Sekali pun selama ini aku hanya bisa jadi simpatisan tapi itu semua nggak pernah membatasiku untuk tetap bergerak dan menjadi penggerak ! ashar kita bubar. Aku selesaiin projectku baru ke tempat Kang Akmal eh ketemu Mas Ubaid sama Mas Dhanu. Long time no see ! I miss you all. Ngobrol secukupnya terus maghrib aku pulang.
So sad. Friday was my last day. It was such a pleasure. Thanks God for gave me few days to saw them, to saw how Temanggung now as my sweet home ever. I have to go back on Friday.  Have to keep all on my own. Do More! Wherever whenever you are.


Tuhan tak pernah jauh. Hanya kita yang lupa menerka bagaimana seharusnya kita !

Regards,

Ulima Nabila Adinta
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Cari Blog Ini

POPULAR POSTS

  • 2024: a magic of ordinary days
  • Hari-Hari di Pamulang (3)
  • Tentang Bisa Punya Waktu Tanpa Libur
  • Mendekati Kepulangan

Categories

AFS Italy 2017-2018 Self Talk Hijrah Malaysia Ramadhan di Italia
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • April 2025 (1)
  • Desember 2024 (1)
  • Juni 2024 (5)
  • Januari 2024 (1)
  • Desember 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (3)
  • Februari 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • September 2022 (1)
  • Agustus 2022 (3)
  • Mei 2022 (3)
  • April 2022 (10)
  • Februari 2022 (1)
  • Desember 2021 (2)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (2)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (3)
  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (1)
  • April 2021 (2)
  • Januari 2021 (2)
  • Desember 2020 (2)
  • November 2020 (1)
  • Oktober 2020 (11)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (2)
  • Juli 2020 (2)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (19)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (2)
  • Januari 2020 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (1)
  • Juli 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (1)
  • November 2018 (1)
  • Agustus 2018 (1)
  • Mei 2018 (2)
  • April 2018 (4)
  • Maret 2018 (4)
  • Februari 2018 (5)
  • Januari 2018 (7)
  • Desember 2017 (9)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (6)
  • September 2017 (7)
  • Agustus 2017 (2)
  • Juni 2017 (12)
  • Mei 2017 (11)
  • April 2017 (6)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (6)
  • Oktober 2016 (6)
  • September 2016 (5)
  • Agustus 2016 (1)
  • Juli 2016 (1)
  • Juni 2016 (6)
  • April 2016 (2)
  • Februari 2016 (1)
  • Januari 2016 (2)
  • Desember 2015 (1)
  • November 2015 (3)
  • Agustus 2015 (1)
  • Juli 2015 (1)
  • Juni 2015 (4)
  • Mei 2015 (1)
  • April 2015 (2)
  • Februari 2015 (6)
  • Januari 2015 (3)
  • Desember 2014 (4)
  • November 2014 (14)
  • Oktober 2014 (2)
  • Agustus 2014 (3)
  • Juni 2014 (12)

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates