Hari-hari belakangan, setiap kali menelpon Mukhtara Rama atau bertemu dengannya celotehanku selalu bermuara kepada apakah persiapanku sudah cukup?
Tujuh tahun penantian ini terasa sangat lama, beberapa episode kehidupan lainnya kadang terasa berputar begitu cepat. Namun entah kenapa untuk perjalanan menuju 'kepulangan' ini rasanya aku sudah cukup menunggu sangat lama, sesuatu yang tidak pernah tidak aku pikirkan setiap hari. Terlebih lagi babak-babak pasca lulus dari sarjana membuatku sedikit lebih bijak (?) lebih banyak percaya kepada proses, bergerak, dan mengusahakan sesuatu yang baik dan penuh ketidakpastian.
Jatuh bangunnya rejeki, utamanya di satu tahun belakangan ini membuatku akhirnya tidak ragu untuk memutuskan kembali di hari pertama Ramadan. Menelpon Mamma Linda dan Papa Aurelio yang sedang mengasuh Mia, keponakanku yang belum kulihat secara langsung sampai akhirnya ia memasuki usia sudah bisa berjalan dan berbicara.
Dengan mantab dan penuh ketegasan aku ucapkan untuk kembali menjenguk mereka, memastikan satu persatu selama masih memiliki dua bulan persiapan. Boleh diakui persiapan ini cukup mepet, dengan segala drama VISA, mengecek tiket perjalanan via segala website dan aplikasi sampai dengan yakin menyusun rute perjalanan yang terbaik. Sungguh, jantung ini kerap menjadi berdetak lebih kencang.
Seringkali juga aku mengatakan, benakku akan merasa lebih tenang untuk menjemput syukur pertemuan kembali dengan keluarga dan teman-teman di Italia di antara segenap urusan dan ambisi kehidupan lainnya. Persiapan kepergianku kali ini juga sangat penuh perhitungan dan berhati-hati, mengingat ini akan menjadi perjalananku seorang diri yang kedua kalinya setelah tahun lalu dianugerahi perjalanan ke China dan Hong Kong. Di antara waktu-waktu itu babak dan urusan kehidupan lainnya tetap harus berjalan, rasanya masih nggak percaya?
Bandung, 28 April 2024
23.22