Nabiloski De Pellegrini
Beberapa pekan lalu, ada pesan whatsapp masuk siang bolong. Dari seorang ibu, yang ternyata adalah teman sekolah Bapak. Katanya tanpa kurevisi, jadi pesan khas ibu-ibu,

“Tp jgn bilang" ke bpk yaa..😁 Soale pak didik curang sih..mosok beliau tau semua harlah teman" tp kita gk tau harlah beliau..😁 Beliau rajin ngucapin ultah pd teman"..tp kita gk bs membalasnya..”

Aku kaget, terharu, ingin ketawa karena ini lucu, semua perasaan bercampur aduk.


Adalah Bapak yang sebegitu pedulinya dengan teman-temannya sekaligus sebegitu nggak peduli sama perkataan orang tentang apa yang beliau sukai dan apa yang menurut beliau itu prinsip yang sangat prinsipil.


Adalah Bapak yang setiap aku merengek setelah dikecewakan atau dianggap remeh orang, selalu gagah menasihati tanpa tedeng aling-aling, “Nggih buktikan mawon Bil,” “Kalau di-bully waneni (beranikan diri)” kata banyak teman-teman aku, cara Bapak mendidik aku seperti Bapak mendidik seorang anak laki-laki, “Koe ki wedok neng dirumat koyo cah lanang,” kata seorang teman.


Bapak: A Long Life Learner


Sebagai putri sulung Bapak, aku bisa jadi paling kerap mendengar protes-cerita suka duka-apresiasi dari karib kerabat atau siapapun yang pernah bersinggungan dengan Bapak. Termasuk bulek bude yang paling gemar mengomentari cara Bapak berpakaian, bagi mereka seorang laki-laki seperti Bapak harusnya berpakaian sesuai ‘norma kesopanan’. Dalam hati aku suka bilang, berisik sekali mereka ini, ya terserah Bapak dong.


Menurutku ini cara menjadi berani yang keren. Dan aku mencoba mereplika untuk berani berpakaian nyentrik di tengah orang yang kadang suka heran sama gayaku, termasuk Ibu yang kerap protes karena menurut beliau fashion taste aku beda dari kebanyakan orang. Dan satu-satunya yang membela aku adalah Bapak, suka lucu kalau ngebayangin saling adu mulut ini di rumah setiap kali aku mau pergi. Hahaha


Bapak kerap secara sengaja mendeklarasikan dirinya sebagai orang pasar, mantan preman, dan seorang yang belajar agama di jalanan. Hidup Bapak di masa lalu, percaya nggak percaya selalu jadi pegangan hidup aku bahwa belajar itu bisa dari mana saja, bahasa kerennya a long life learner. Kalau aku cerita teman yang cukup termarjinalkan, pesan Bapak selalu sama sejak aku kecil, “Niku justru yang perlu dikancani Bil.” 


Sejak SD, setiap aku fotocopy buku paket di toko teman Bapak (se-kota Parakan rasanya betulan isinya teman Bapak semua) kata Mbaknya begini, “Bapak e njenengan pinter dek mbiyen beasiswa kuliahe.” Aku betulan mengagumi cara Bapak belajar dan cara mengajari kami anak-anaknya belajar. 



Bapak dan Seni Mencintai Seni


Adalah Bapak yang mengajari seorang Nabila untuk percaya diri aja kalau menyukai sesuatu yang berbeda dan nyentrik, pasalnya Bapak juga sama-sama anehnya. He loves art so much! He was an artist. He decided to stop painting. Alasan berhenti juga mungkin nggak masuk akal, karena melukis itu nikmatnya dilakukan non-stop Bapak jadi suka menunda salat dan nggak menghiraukan panggilan mbah putri. 


Maka, semenjak bulan Juli aku memutuskan melukis lagi, Bapak tanpa henti mewanti-wanti aku untuk ambil jeda di tengah aku melukis sewaktu azan berkumandang. Aku merasakan betul kekhawatiran terbesar Bapak.


Kata Bapak semuanya itu bisa dirasain lewat segala indera, termasuk sesederhana kalau kita pakai sandal. Dari Bapak, aku belajar menjadi manusia supel yang bisa mengudara ke segala lini, aku belajar memperlakukan teman-temanku selayaknya Bapak menghargai, menyayangi, dan peduli ke teman-temannya meskipun sesungguhnya kadang aku nggak habis pikir, meskipun di tengah kesulitan dan kehidupan keluarga lagi terhimpit Bapak justru memilih menolong temannya.


Sikap-sikap Bapak kadang baru bisa aku pahami dengan hitungan bulan bahkan tahun. Kadang aku juga suka dibuat terharu sama impresi orang-orang terdekatku yang ketemu Bapak, salah satunya Mbak Dewi, Volunteer Binabud Jogja yang melakukan home-interview sebelum aku exchange dan  Izzy, rekan aku dari Amerika yang empat tahun lalu bantu fundraising aku untuk exchange, sempat ketemu Bapak di sebuah kafe di Jogja.


Beberapa bulan setelah itu, aku ketemu Izzy di Cortina D'Ampezzo Italia Utara saat masa perayaan natal dan hawa yang lagi dingin-dinginnya, “Bapak kamu itu keren Nabila,” sambil menyimbolkan kekerenan ini dengan jempolnya.


Bapak selepas nempelin bendera Indonesia sebelum aku exchange ke Italia

Kadang aku menyampaikan rasa takutku kalau suatu hari nanti ditinggal Bapak pergi, kata Bapak penuh keyakinan, “Mau nggak mau Bila harus siap, itu ketentuan Allah,” sungguh aku selalu nangis kalau ingat-ingat kata ini.


Di hari ulang tahun Bapak, aku kepingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, aku sungguh belajar cara memaknai kebebasan yang diajarkan Bapak dari cara beliau memperlakukan aku sebagai anak perempuannya, tanpa lupa diingatkan kalau ini juga ada batasnya. Serta mungkin pengharapan yang mungkin sulit aku capai seperti Bapak mencapainya: nggak bayar parkir di Parakan karena semua tukang parkir dan rekan preman adalah teman Bapak. Ini bikin aku iri sekaligus kagum setengah mati!


Hal lain yang bikin aku iri adalah: tulisan bapak sangat rapi tanpa penggaris sekalipun itu nulisnya pakai kuas:)


Menyambut hari ulang tahun Bapak, aku merayakannya sesederhana dengan muter playlist kesukaan Bapak yang tentu aja, hanya Iwan Fals seorang di dalamnya. Matur nuwun nggih Pak. Sugeng tanggap warsa, Gusti Mberkahi!


Pamulang, 25 Oktober 2021







Diary panjangku masih bertengger di buku jurnal harianku, buku yang aku putar balik konsepnya jadi buku yang boleh dibaca siapa saja. Meskipun belum banyak yang bertengger di laman blog pribadi, aku sedikit demi sedikit mensyukuri hobi menulisku.

Buku ajaib yang jadi coping mechanism maha dahsyat, padahal awalnya adalah penghilang rasa galau yang cukup menggedor-gedor jiwa dan pikiran di akhir bulan Juni lalu.


Menulis di kala senggang atau bahkan menunggu teman datang atau menunggu kapal/kereta datang. Mendaur ulang konsep banyak catatan manusia-manusia inspiratif yang diary-nya impresif nan bikin aku betah duduk lama-lama, yang bikin aku semakin bahagia menjadi manusia. 


Hari ini mungkin aku cukup sombong kalau aku bilang, “Kok bisa ya aku kuat sampai sekarang?” “Kok bisa ya aku bisa coping segenap masalahku dengan cepat” dan segenap kata “Kok bisa” yang bikin pening di kepala, atau mulai pudar kalau di tengah malam aku menyempatkan waktu untuk menangis sesenggukan.


Ritme aku tiga bulan belakangan ini cukup bikin aku mengawang, kalau diibaratkan lagi naik roller coaster, di titik kulminasi atau saat roller coaster berada di paling atas, imajinasiku mengawang kemana-mana dan terjun bebas ke bawah seakan-akan udah dipersiapkan dengan tarikan nafas panjang. 

Bagi sebagian orang mungkin aku makhluk menyebalkan, bagi sebagian orang lain aku dianggap gila dengan perilaku yang nggak wajar padahal mungkin cara aku menjadi bahagia hanya dianggap aneh. Hahaha, sampai aku udah cukup bersahabat dengan kata ‘aneh’. Aku hari ini sedang nggak nyangka dengan hal-hal yang aku lakoni di hari-hari kemarin tanpa melupakan beberapa wishlist di tahun ini yang akhirnya dipertemukan dengan manusia-manusia yang serupa -- serupa dan sama-sama aneh gitu maksudnya. 


Wishlist yang samar-samar dan agak tegang kalau mengungkapkan ke orang lain, artinya kalau seseorang dengar wishlist ini berarti ada sebuah keyakinan: hmm I think this person could help me, I think we’re on the same boat. SO, I thankyou!


Perjalanan tiga bulan belakangan ini bikin aku sadar, kalau nggak peduli, tetap berjalan, dan percaya serta sadar penuh dengan apa yang dilakukan bikin aku belajar merawat kewarasan. Tahun ini definisi let it flow yang penuh kejutan, penuh pertemuan, dan bikin jantung dag dig dug jeder. Pasalnya aku sungguh merasakan perlahan buah dari apa yang aku tanam belakangan, tanpa tetap waspada untuk siap terjun bebas kapan saja. Serta tetap percaya kalau terbang bebas bisa terjadi kapan saja.


Aku perlahan juga menemukan, bahwa cara aku menjadi bahagia adalah cukup dengan terus berjalan, dan keluar dari zona nyaman. Mimpi terdekat aku cukup sederhana: walaupun culture shock empat tahun lalu amat sangat menegangkan, rasanya aku kepingin coba lagi, coba kehidupan di tempat baru, dan mengurai apa yang ada di masa lalu, sekarang, dan di masa mendatang. Jadi, doakan ya!


*) foto terlampir adalah foto di mana aku menemukan-membaca sampai habis personal diary yang inspiratif nan impresif di Warung Fotkop Cipete Jaksel, yang ingin kureplika suatu hari nanti (hehe aamiin ya)


Salam bahagia, Yogyakarta, 13 Oktober 2021


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Cari Blog Ini

POPULAR POSTS

  • Hari-Hari di Pamulang (3)
  • 2024: a magic of ordinary days
  • Tentang Bisa Punya Waktu Tanpa Libur
  • pagi yang aneh

Categories

AFS Italy 2017-2018 Self Talk Hijrah Malaysia Ramadhan di Italia
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • April 2025 (1)
  • Desember 2024 (1)
  • Juni 2024 (5)
  • Januari 2024 (1)
  • Desember 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (3)
  • Februari 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • September 2022 (1)
  • Agustus 2022 (3)
  • Mei 2022 (3)
  • April 2022 (10)
  • Februari 2022 (1)
  • Desember 2021 (2)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (2)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (3)
  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (1)
  • April 2021 (2)
  • Januari 2021 (2)
  • Desember 2020 (2)
  • November 2020 (1)
  • Oktober 2020 (11)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (2)
  • Juli 2020 (2)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (19)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (2)
  • Januari 2020 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (1)
  • Juli 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (1)
  • November 2018 (1)
  • Agustus 2018 (1)
  • Mei 2018 (2)
  • April 2018 (4)
  • Maret 2018 (4)
  • Februari 2018 (5)
  • Januari 2018 (7)
  • Desember 2017 (9)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (6)
  • September 2017 (7)
  • Agustus 2017 (2)
  • Juni 2017 (12)
  • Mei 2017 (11)
  • April 2017 (6)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (6)
  • Oktober 2016 (6)
  • September 2016 (5)
  • Agustus 2016 (1)
  • Juli 2016 (1)
  • Juni 2016 (6)
  • April 2016 (2)
  • Februari 2016 (1)
  • Januari 2016 (2)
  • Desember 2015 (1)
  • November 2015 (3)
  • Agustus 2015 (1)
  • Juli 2015 (1)
  • Juni 2015 (4)
  • Mei 2015 (1)
  • April 2015 (2)
  • Februari 2015 (6)
  • Januari 2015 (3)
  • Desember 2014 (4)
  • November 2014 (14)
  • Oktober 2014 (2)
  • Agustus 2014 (3)
  • Juni 2014 (12)

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates