"Oh ya kamu tau darimana aku dulu pinginnya begitu"
Sebuah perjalanan singkat dengan seorang teman.
-
sambil menyembunyikan rasa malu keras-keras, tapi tak bisa.
"Kamu dulu pinginnya sekolah di pesantren yang berjilbab besar kan Nabila"
"Loh loh darimana kamu tau. Kok kamu tau."
Sejenak menghela nafas kencang. Dan baru ingat, ohiya ibu kita saling bercerita satu sama lain.
Beberapa tahun silam.
Cepat sekali. Kamu tumbuh dan aku pun tumbuh, perbincangan kita melanglang buana jauh sekali. Dari yang biasa saja, sok-sok an, sampai menertawakan sekaligus menangisi hidup. Mengkhawatirkan masa depan dan bermimpi menjadi orang kaya.
"Aku harus kaya Nabila," katamu tahun lalu.
Naasnya, aku membalas dengan tawa kencang yang sebenarnya di dalam hati mendengungkan amin paling serius untukmu. Bualan-bualan manismu sangat ampuh. Meluluhkan seorang aku yang sepertinya berhati keras untuk sekedar membuka hati. Lucu sekali, sekejap dunia berhenti dan diriku seperti berputar pada porosmu.
Sempat oleng beberapa waktu lalu, tapi ternyata aku tetap ingin kembali menyentuh radarmu. Memelukmu kencang-kencang. Tolong, jangan sampai pergi Tuhan.
Biarkan aku mencium aroma dunia bersama manusia ini. Menjadi apa adanya sebagaimana Nabila yang semestinya. Menemanimu memenuhi panggilan-panggilan petualangan, mengobrak-abrik diskusi bersama teman kita yang lain. Yang berakhir dengan tawa kencang lalu disambut keinginan tulus ingin bertemu terus menerus.
Tapi tak bisa. Belum pernah bisa, ingin kuperlambat tapi malah semakin cepat. Selamat berpetualang, semoga kamu menemui radarku.
Secepatnya, sampai jumpa.
Temanggung, 12 September 2020
nabiladinta.