Kalau ingat masa lalu, ingatnya adalah momen ketika kami yang satu keluarga beranggotakan enam orang naik vespa bareng-bareng.
Kebayang ngga?
Aku dan satu adekku di depan Bapak yang menyetir vespa. Lalu ibuku sambil menggendong adik yang masih bayi sekaligus ada satu adik lagi diantara bapak dan ibu. Cukup klasik memang, kalau diingat lagi, "Kok ya bisa ya berenam satu vespa?”
Sampai akhirnya Bapak menjual vespanya dan memakai sepeda motor merk Shogun bekas om dan bulek. Tidak berhenti dengan cerita vespa, Bapak kembali membeli vespa tahun 2008 pasca ulang tahun kesedihan Bapak karena tepat di hari itu Mbah Putri meninggal dunia.
Hampir setiap hari Bapak meng-amplas vespa supaya bisa halus dan dicat warna lain. Bapak melakukannya di ndalem kilen, kediaman almarhumah Mbah Putri. Aku dari kecil suka bingung, ngapain ribet-ribet pakai vespa to?
Tapi kata Bapak begini, "Nek orang belajar vespa, pasti otomatis bisa motor gigi. Kalau belajar motor gigi belum tentu bisa vespa."
Analogi ini sama halnya dengan belajar motor gigi atau motor matic yang lebih trend di zaman now. Semakin sedikit pecinta vespa, tapi kita nggak bisa memungkiri kala7 mereka itu ada. Bahkan perkumpulan orang-orang yang mencintai vespa lebih erat daripada sekedar motor biasa. Karena memang unik adanya, asik, dan terlihat lebih nyeni, begitu ya?
Sampai dari liburan akhir tahun Dek Daffa ngotot ingin vespa Bapak yang sudah lama didiamkan untuk diurus lagi. Agak kesal mungkin ya, sampai liburan kali ini ternyara vespa belum selesai di- service dan akhirnya Dek Daffa memburu. Pertengahan Ramadhan vespa berhasil diulik pribadi, walaupun tetap beberapa kali masuk bengkel. Wujudnya sudah nggak karuan, ibaratnya ya ompong sana-sini.
Hari H lebaran pun kami mengendarai vespa, mengingat nggak mungkin berenam jadi satu motor lagi, bahkan dua motor pun nggak cukup. Dek Daffa semakin memburu, tapi juga kadang ngawur pas menyalakan vespa, akibatnya ya error lagi, duh dek. Aku baru tau, ternyata dorongan ini karena ternyata teman-teman satu pesantrennya jalan-jalan lalu nge-camp di Embung Kledung pakai vespa.
Adek belum bisa pakai vespa sendiri, karena lagi-lagi masih belum kelar di-service. Ternyata se- geng adek itu juga berkelana sampai Dieng. Bangganya mereka edit video ala-ala untuk dipamerkan di instagram. Lalu menandai pecinta vespa dan akun lainnya yang berhubungan dengan perkumpulan vespa.
Sampai akhirnya Dek Daffa nggak cuma bisa sekedar bonceng di vespa temannya. Bapak pun luluh dan berujung membolehkan adek memboyong vespa ke Magelang. Berangkat malam-malam biar nggak kena razia polisi.
Ternyata di grup WA keluarga adek beberapa kali melaporkan vespanya ngadat. Harus beberapa kali masuk bengkel. Tapi bahagianya dan sungguh aku mengapresiasi kepada seluruh pecinta vespa, banyak orang yang menolong adek. Bahkan ketika di bengkel banyak yang nggak mau dibayar.
Beberapa masalahnya adalah kampas kopling tipis, lampu mati, susah diselah, dsb. Tapi aku salutnya kalau adek tiba-tiba mavet di jalan, ada orang
"Wau kan ting ndalan ketemu cah vespa,trus dicek jarene kampas koplinge pun tipis.Kit wingi trouble malah angsal kenalan katah pak,"
"Tadi di jalan kan ketemu anak vespa, terus dicek katanya kampas koplingnya sudah tipis. Dari kemarin trouble malah jadi banyak dapet kenalan," begini kira-kira artinya.
Sampai di rumah, walaupun vespa ompong itu banyak trouble-nya, "Wah aku puas banget mbak, hehe," ekspresi Dek Daffa sambil cengengesan kelelahan.
Berlanjut dengan cerita Bapak kemarin sore di perjalanan dari Jogja menuju Temanggung, "Luar biasa persaudaraan anak-anak vespa Bil. Dek Daffa lak pas teng Magelang ditolong banyak kali anak vespa. Kalau di jalan macet, kalau ada anak vespa yang lewat mesti berhenti njuk nulungi."
Luar biasa bangettttt wauaoooww. Aku ikut terharu, tapi belum juga belajar vespa. Hehe, doakan ya. Sampai pulang sesore kemarin, masih aja adek utak-atik vespa. Doanya, semoga segera jadi ciamik mesin dan tampilan vespanya, biar semakin nyentrik.
Temanggung, 3 Juli 2019