Nabiloski De Pellegrini
Boleh juga, #AFSeffect saya menjadikan saya kuat dan bugar. Menjadikan Nabiladinta punya hobi baru olahraga yang padahal pas di Jogja sama sekali waktu termakan buat aktivitas.

You need it gurlsss !!

-
Okaii. Ciao !

Maenan Paint Ball untuk pertama kali gimana ya rasanya ? Asik bangeett gilak berasa mimpi yang cuma terbayang sewaktu nonton Ninja Warrior waktu SD terealisasikan meskipun sekedar maen Paint Ball, sekedar jadi yang paling kecil lagi-lagi. Aku, Irene, Anna, Dario, dan Tomasso langsung bergegas cepet sehabis makan siang. Tujuan kita ada di Castelfranco. Deket tempatnya Akbar sebenernya.



Aku jadi tim biru bareng Anna dan Tomasso nah si Dario sama Irene tim merah. Pistolnya punya senjata ampuh yang pelurunya kaya kelereng besar dikit kalo nembak jadi keluar warna ijo. Udah ada pelindung kepalanya sih. Bener-bener di setting kaya perang, rumah-rumah kayu, jerami dll. Sakit kepala kananku sampe benjot gegara ketembak, yaelah padahal dah merasa sembunyi haha.

Ada rule kalo mush dan berdekatan ngga perlu nembak, tapi yang bilang 'banana' duluan dia yang menang. Deg-deg an banget awalnya karena namanya takut ketembak kan pasti, walopun engga sampe mati kaya di perang-perang. Nah, ada kejadian kebetulan yang lucunya aku sama Anna udah lumayan deket sama tim merah jaraknya. Kita sembunyi di bangunan kayu kecil. Tiba-tiba pas aku jongkok sembunyi ada yang teriak 'banana' dari sebelah kanan.

IRENEEEE !!! Dorrrr karena saking shock-nya aku tembak wkwkw.

Anna langsung 'banana' duluan dan Irene mati karena Anna, aku mati karena Irene. Oh ya ada Dario juga yang sebelum kejadia lucu kebetulan ini udah mati karena Anna. Asiikk banget pingin lagi terus, sampe last round cuma dikit karena niat ngehabisin pelurunya. Susah bangett ini deh karena dikit dan ngga saling liat. Era meravigliosa giornata !!

Harus diulangi lagi, kesimpulan akhirnya. Seru banget walopun kepala kanan benjot kaya gini.
-

Climbing ((lagi)) di tengah puasa, bayar hutang puasa maksudnya.

Karena mepet buka jadi yang awalnya lemes-lemes aku kuat-kuatin tetep ikut. Tiga kali naik tapi medannya lumayan juga. Tomasso tuh manteb banget sampe yang miring banget. Barengan sama ada yang latihan dansa tapi pake sepatu ala ice-skating.

-

SKI ((LAGI))

Kali ini menegangkan. Karena kita pergi ke Val di Zoldo, arenanya ngga banyak yang lumayan datar, rata-rata dengan kemiringan super. Irene dah ngga sabar mau ski, Anna yang udah dua tahun engga main Ski. Aku naik cable-car lagi yang cuma kursi buat berdua sama Papà Aurelio. Berharapnya sampe atas sisi lain dibuka, karena buat belajar.

Saljunya fresh banget coy, baru hari sebelumnya turun salju. Setelah sampe atas, apa yang terjadi ??? DITUTUP COYY, udah dingin deg-deg an super, mau ngga mau harus turun lewat arena yang miring banget itu. Papà dah nanyain ke penjaga tapi tetep ngga bisa. Do you how it feels ?? I'am freezing and scaring. Aku turun dipandu, mengumpulkan kepercayaan sebesar-besarnya.

Disaat yang sangat miring aku naik ke punggung Papà, "Sei sicuro ?? Ho paura !", akhirnya digendonglah saya si eneng ini. Mantabb banget Kuh, meluncur di salju sama mastahh begini. Sampe ada polisi dateng, nanyain ada problem apa engga. Papà bilang engga katanya aku bisa turun pelan-pelan dan buat belajar. Tapi aku takut banget:')

Berkali lipat aku jatuh, gelinding, alat lepas, turun tanpa alat beberapa kali. Takut mati :), jiaahh lebay emang. Butuh satu-dua jam an bisa turun. Ngelihat manusia lainnya yang sangat canggih dan meluncur tanpa jeda. Bikin merinding.

But, I passed it !

Begitu, olahrga yang menguatkan itu ditutup dengan secangkir hot-chocolate yang kental sangat.


Ciao,

Ulima Nabila Adinta
31 Januari 2018





Kereta Freccia Rossa sekarang dalam perjalanan membawaku pulang kembali yang akan berakhir di Stasiun Venezia Mestre. Perjalanan yang terasa di bawa mundur ke ribuan atau bahkan jutaan tahun silam. Tentang segala peradaban manusia dari banyak zaman.

Torino, kota yang namanya baru aku dengar belum ada seminggu aku singgah di Italia. Bukan karena keingintahuanku yang besar waktu itu tapi karena host-sisterku Irene sedang merantau disana. Bukan karena aku sama sekali tidak ingin tahu, melainkan aku sedang dilanda banyak ketakutan dan kekhawatiran untuk memulai 10 bulan, once in a lifetime.

Awal Oktober tahun lalu Torino mengenalkanku dengan pegunungan di daerah Bardonecchia yang berbatasan dengan Prancis saat daun sedang riangnya berubah warna yang memberi pemandangan gradasi dari hijau - kuning menuju coklat. Nah kali kedua ini, aku punya cerita tentang melihat dunia ribuan tahun silam.

-

Ternyata, tentang Fir’aun yang dikenal kekejamannya dan kelancangannya mengaku Tuhan, Kota Roma yang pernah memiliki kekuasaan besar tanpa ampun, penjelajahan samudera Vasco da Gama, Marcopolo dan lainnya masih tidak akan aku tahu keutuhan ceritanya kalau sekedar mengandalkan pelajaran di kelas. Tulang manusia yang masih bisa dilihat yang berumur ribuan tahun, berkat peradaban yang dibangun masyarakat Mesir tempo dahulu yang biasa kita kenal dengan mumi.

Masih saja penuh misteri. Aku ingat dari sebuah buku yang aku baca beberapa tahun silam waktu masih bangku merah-putih, yang aku pinjam dari perpustakaan daerah Temanggung, masa itu ilmu pengetahuan baru hanya boleh diketahui ilmuwan dan raja dan tidak disebarluaskan ke dunia atau minimal ke masyarakat kerajaan. Bayanganku sekarang, gimana mati-matiannya ilmuwan zaman setelah itu sampai zaman now mengusik jeli ‘apa yang telah terjadi pada peradaban yang terbangun di masa lampau’. Kalau bukan karena akal yang dikaruniai Allah dengan apa ini semua bisa terekam rapi di banyak museum ?

Aku bukan perempuan yang pandai menuliskan sejarah, tapi aku sedang belajar menuliskan kumpulan rasa-emosi yang baru saja numpang di kehidupanku. Beruntungnya, Italia yang kaya sejarah mengantarkanku mengenalnya. Bermula dari kunjungan ke Museo Gipsy atau Museum Mesir yang banyak menyimpan mumi manusia dan alat-alat kehidupan masa lalu. Rambutnya pun ada yang masih awet. Yang selalu penuh misteri dari peradaban Mesir kuno adalah setiap huruf dan gambaran manusia yang unik. Mengingatkan bahwa manusia selalu diberi kecerdasan dalam segala zaman. Sampai makanan yang masih diawetkan, karena mereka percaya kalau mati pun jasad manusia tetap butuh makanan.

Bukti-bukti sejarah yang menyatakan kalau peninggalan peradaban Mesir Kuno punya ikatan kuat dengan Kota Roma, bahkan dengan Torino. Peninggalannya pun ada yang ditemukan di Roma bukan hanya di Mesir. Yang kalau ditarik garis ke bawah ada ikatan kuat dari Italia ke Mesir. Apa coba kira-kira ?

Ruang-ruang museum yang dimodifikasi bercampur dengan bangunan ala Italia berhasil mengajakku melihat ke masa lalu. Uniknya baru kali ini ada museum yang menyediakan semacam gadget yang terekam banyak penjelasan dan kita bisa pilih bahasa (re : bahasa yang udah banyak dipakai di dunia internasional) jadi engga perlu repot nyediain guide.

Peradaban yang selalu bikin begidik ngeri karena bagian tubuh manusia yang diawetkan, dan masih bisa kita liat sisa kulitnya bahkan. Mengingatkan kalo kita hidup hanya sementara dan pasti bakal jadi tulang di dalam tanah. Tapi jiwa kita tetap hidup insyaAllah.

-

Lalu Museum tepat di Piazza Castello, Torino Centro.

Iya, unik banget dengan lantai kaca yang kita bisa liat bangunan di bawahnya. Entah dulu apa fungsi bangunan tua ini di Italia. Aku berasa di ajak ke ruang masa lalu dilengkapi ilustrasi peta dunia yang banyak macemnya, ada yang ilustrasi perjalanan para penjelajah samudra, eksplorasi agama Islam, Imperium Romawi, tempat ibadah sakral di dunia buat setiap agama. Dunia ini penuh kejadian kemanusiaan yang bikin haru, bikin merasa aku kecil. 

Dulu di Amerika, aku tergiris liat Holocaust Museum saksi kekejaman Adolf Hitler. Tambah ketemu langsung survivor Holocaust yang diselamatkan perempuan Jawa di Belanda. Sekarang, di Italia kota kecil yang aku tinggali hampir manusianya tak bersisa karena bagian dari kekejaman Hitler yang dibawa ke camp untuk di ‘matikan’ dengan gas beracun.

Museum ini dengan singkat tapi jeli ngajak pengunjung berfikir lagi dan lagi, kalau zaman ini engga terlepas dari perjuangan manusia-manusia di masa lampau. Tapi sedihnya ngga tercantum nama Ibnu-Batutta yang juga penjelajah besar dunia yang beragama islam. Yang jauh lebih dulu memberanikan diri memulai penjelajahan dari Vasco da Gama. Karena itu, semangat buat terus menjelajah dan mengenal dunia semakin besar. 

Sekilas begitu dulu olahan rasa dan pikiran yang buat aku semakin merenungi tanpa menghilangkan kenikmatan dari sebuah perjalanan. Jangan lupa lihat masa depan tapi juga tengok yang ada di belakang. Buat apa coba merasa jadi manusia modern yang ‘katanya’ lebih maju dari zaman dulu. Padahal nyatanya (?)


Kereta Freccia Rossa - Ruang tidur rumah (yang masih Januari tapi udah diterpa matahari lewat jendela kamar),


28-29 Januari 2018

Ulima Nabila Adinta
Ciao . Buona Sera !



Sampai juga di kisah natal di Italia, walopun nulisnya habis sebulan banget gapapa yaahh. Iya, natal di Italia udah jadi kaya tradisi, semacam waktu berkumpul dan berbagi kehangatan di keluarga. Awalnya aku sangat ragu boleh atau tidaknya pengucapan natal, but bukan itu yang mau aku ceritakan tapi lebih ke 'apa yang aku lakukan'.

Aku emang sengaja nyiapin baju batik dan rok batik buat keluarga buat kado natal, karena Mamma Linda dan Papà Aurelio kaish aku peta dolomiti (gunung) di Italia yang rata-rata World Heritage. Pagi menuju tengah hari Tomasso, Dario dan Anna udah di rumah, Irene pun juga. Meja makan dihias sedemikian rupa, lilin yang bersemburat nyala di tengah, walopun mau gimana pun lalat juga engga pernah ada haha.

Aku bungkus pake kain batik dari Fafat yang super cepet cuma dilipet-lipet dan Mamma Linda ngiranya aku nyiapin semaleman haha, padahal cuma lipet kayak martabak be like.

-

Italia menyemarakkan natal dengan PRESEPIO atau Holy Family yang dibuat di rumah-rumah atau di sekitar perkampuan or Frazione. Budaya pohon natal lebih ke amerika kata Mamma Linda. Rumahku engga bikin pohon natal, tapi Anna iya. Kalo di Via Igne, kampungku setelah Messah yang dimulai tengah malem sampe sekitar jam 1 dilanjut kumpul-kumpul di bawah pohon natal besar.


Momen saling menyapa atau diesbut 'Salutare' di Italia. Ada juga tenda yang masak polenta, daging sapi, dan beberapa daging lainnya. Ada juga tong besar yang masak wine dengan baunya yang kuat. Momen dimana bisa lebih banyak lagi yang tau kehadiranku, hehe. Ragazzi atau pemudi dateng dari gereja dan nyanyi keras gitu tiba-tiba, mereka kompak kalungan bendera italia kecil bertuliskan Igne. Rame bangettt sumpah, aku keliling liat PRESEPIO dari yang kecil sampe yang besar kayak kandang.

Nahh ini yang ada di rumah



-

Radicchio di Treviso, menu utama siang itu.

Ngobrolin sambil makan sepuasnya, aku mulai menyerap banyak dan paham bahasa italia. Poinnya adalah waktu siang, ngga banyak daging waktu itu hehe. Yang paling khas lagi adalah maen "Tombola" kotak-kotak berangka yang nanti angkanya disebut sama salah seorang dan kalo udah tersusun dua harus bilang "ambo" - tiga "terna" - empat "quaterna" - lima "cinquina" - sekotak "tombola" - tombolina (paling gede). Engga jelas emang jelasinnya karena emang ruwet hehe.

Intinya yang nyebut ambo duluan dapet kado, dan seterusnya. Tapi untuk kedua atau ketiga kalinya engga. Family Time bangett kerasa. Sampe mblenger ini badan, nonton Star Wars streaming netflix - sampe nonton yang 3D ke cinema. Yuhuuuuu, keluargaku memang engga religius banget tapi mereka tetep ngerayain natal.

La Famiglia - Famiglia e sempre Famiglia !

-

ditulis di rumah hangat depan perapian,

Longarone, 22 Januari 2017
Ulima Nabila Adinta


Ciao ! Make it count ! 

Yes, I will do my first presentation in short time. Jadi ada La Festa d’intercultura prima di Natale atau little party sebelum Christmas gitu tanggal 22 Desember, dua hari sebelum libur akhir tahun menanti. 
I was so excited of course for this. Jadi sampe aku gambar peta Indonesia is kertas gede.

Betewe sebelum kesana, aku mau nyeritain kebodohanku makan di Sushi Restaurant - kan ada menu prenzo infinity 11.60 euro aku pertama kali makan sama temen-temen heran mereka perasaan makan banyak banget sugeh duit kali ya, sampe aku makan ketiga kalinya sama Tike aku juga ambil ngga nyampe 11 euro. Eh ternyata dengan 11.60 euro aku bisa makan apa aja asal habis - dengan menu apa aja.

Bedanya, kalo aku ngga habis harus bayar harga asli. Tolol banget kan dek dek, ngga paham, paham pun dah harus ke Italian Course heuheuu. Besok habis liburan harus ulangi makan sushi sekenyang-kenyangnya !

Minggu itu, sudahlah suka duka iya, banyak sukanya sih hehe.

-

Nah momen yang ditunggu itu sewaktu AFS Belluno Party kecil-kecilan kita bikin kue bareng-bareng nyetak sampe ngehias juga walopun cantik cuma dibagian awal doang. It means -yang terakhir karena diburu waktu sekaligus coklat penghias keburu beku-. Serasa kekeluargaan banget sambil joget sana sini ditemenin musik.


Anna Tormen (Volunteer) - Amo Mongolia - Lim Malaysia
ini kul nya ahaha - handmade kita lohhh


Sampai tiba waktu aku harus prepare, aku bawa kain batik Alfreda Fathya yang belum dijahit tapi kek dianya ngga sabaran buat aku make jadi aku olah sendiri dan jadilah baju tradisional Indonesia. Oh ya di sponsori Tante Ety Ibunda Ahimsa juga nih buat roknya. Alice Tormen kesayangan aku bantuin nungguin aku yang ribet ini. Aku minta Anna host sister sekaligus volunteer AFS biar Tike maju duluan. Biar surprise gitu aku dateng terakhir.

Dengan kemantaban yang ngga mantab juga sih, I’m tryin’ to deliver in Italian language tapi dibuka dengan “Selamat Malam, Selamat Datang di Indonesia”, jangat lupakan aksen medok ala Nabila masih kebawa loh ya, hehe. 

Anyway totally aku juga make bahasa tubuh kalo ngga ngerti bahasa italiana, I was like pelawak juga rasanya. Sederhana aja kok, I just tell how’s my family, my friends and school, Idul Fitri yang semuanya pake photos of me cuma makanan yang engga. Kejutan setelah itu, eveyone likes greet me entah cerita ada pernah ke Indonesia atau sekedar wondering I spoke in Italian of course -eitss, bagiku ini sebuah ke progress-an yang masih butuh belajar banget. Feeling so proud, I will do more I hope !





-

GIRA DEL MONDO IN UN GIORNO // Around the world in one day

Yup, setelah agak ke-php-an karena kelas engga berkesempatan bikin tentang Indonesia, yah nggapapa nikmatnya bisa keliling kelas-kelas yang mempersembahin suatu negara yang dipilihnya. Mereka kreatif banget eh, bikin masakannya sampe meragain gimana adat pernikahan di India. Ada juga yang bikin kuis soal Korea Utara dan Selatan jadi kita semacam dibawa ke sebuah game. Musik khas negara itu jadi penyair suasana, ada si cantik berjilbab dari Moroko nari gaya Maroko juga di kelasnya ditemenin baju gamis lucu. 

Beberapa kelas juga nyediain booth photo - asyique. Rame jugaaa, sampe ada yang ngegambarin gimana Vatikan Roma dengan beberapa orang yang macak sebagai Paus. Kental banget emang katolik di Italia. Hari terakhir di kelas entah kenapa jadi super gembira, haha. Iya gembira gara-gara udah mau liburan. Everyone ngucapin BUONE VACANZE - Selamat Berlibur, juga Buon Natale. 

-

Aku sambut kegembiraan itu dengan bikin bartabak, seumur umur ngga pernah deh bikin di Indonesia kalo ngga cuma bantuin Ibu. Menyambut Irene juga, host-sister aku yang sudah harus liburan pulang dari Torino, agak susah btw bikin kulitnya berapa kali baru bisa bener hehe. Manfaatin tahu dari Tante Asa juga. Kabar baik sering datang di weekend ku wkwkw, eh kalo ini di awal liburanku ding. Climbing lagi kuyyyy ayoook, ke Brunico - Alto Adige sekitar dua jam an dari rumah. Semakin yakin dong kalo ini karena pake tali walopun tinggi juga ya dindingnya. Aku sampe ngga terhitung dan ketagihan terus anyway, ketagihan banget wkwkwk. 





Tomasso sama Papa emang jago banget sampe medan yang susah pun disambat semua. Pulang dengan mata cerah soalnya mau keliling Brunico yang anyway ngga berasa di Italia banget karena mereka bicara dialek Ladin atau Jerman. Gaya bangunannya pun beda, ada segita di atasnya yang khas Austria banget. Mereka engga takut sama dingin dan banyak yang ngehabisin waktu sore di luar. Ada Merkantini di Natale yang dibangun di jalan-jalannya, bahkan ada batang pohon besar yang disulut buat perapian di dalemnya. Jangan takut dingin Bil, pesan dari Brunico haha. 


Masih berlanjut ke cerita selanjutnya nggih :)


Rumah Igne, Longarone


15 Januari 2018
Ulima Nabila Adinta


Ciao !

Tanah air memang ngga pernah jauh dari hati. Sesederhana kerinduan merasa rempah-rempah olahan bumi pertiwi, curiousity buat belajar masak dan bisa berhasil bikin masakan yang lebih ribet dikit ini (bukan cuma nasi goreng atau telor dadar atau tempe goreng aja loh ya, hehe) itu kerasa I need to can cook itu baru di masa exchange. Serasa punya dua resolusi besar bisa lebih lincah masak masakan indonesia dan jadi bisa makanan Italia. Ngga bohong, rasa-nya itu ada ngga bisa nahan.

Kabar gembira dari minggu ini adalah, "Menemukan Indonesia" iya nemu manusia se-bangsa se-tanah Jawa. Rasanya partner se-regionku Akbar Putra si bujang Palembang nih berjasa banget untuk hal ini. Karena dia ketemu sama Tante Rita dari Bali di Montebelluna jadi dihubungkan sama temen Tante Rita yang ada di Belluno, aku kek nunggu beberapa minggu dan ternyata di minggu kedua Desember ini beliau-beliau hubungin aku.

Beliau tinggal di Sospirolo, Belluno.

Langsung aku call Tante Asa lewat telepon rumah,

"Pronto"

"Ini Nabila tante dari Indonesia"

Bla..blaa kita ngobrol panjang lebar dan ternyata suami beliau orang Italia, beliau sangat ngerti kalo aku pasti kangen masakan Indonesia. Well look kaan, kita sama-sama dari Jawa lagi ! Beliau dari Malang ceritanya, anak pertamanya bisa bahasa jawa malah. Aku bakal nginep di rumah beliau 16-17 Desember dengan bareng Fransesco anaknya yang sekolah di Belluno juga, kita nih bakal ketemuan di stasiun hehe.

--

Sabtu, 16 Desember 2017

I can't wait oh my Godd, like aku dah persiapan apa aja juga bawa batik, biar feel Indonesia banget gituhh hehe. Fransesco anaknya beliau nih emang muka Indo banget, yekali Bil dia kan punya darah Indo, yang padahal aku harapkan -agak bule gitu- , agak kaku tapi baik dan juga beberapa kali tanya duluan. Dia kaya tanya aku bisa ngomong Italia tapi kok ngga ngomong, just because sing ngga ngerti mau ngobrolin apa dek.





Siang itu benet-bener disambut dengan hangat sama keluarga Tante Asa. Setelah makan siang aku langsung bantuin Tante Asa masak yuhuuuu. Ngga sabar banget, di rumah itu juga bahasanya campur -inggris-indonesia-italia-jawa pun juga iya, haduh keluarga campur memang begini jadinya. How it feels ketika ditawarin buat bantuin masak rendang, bakso, lumpia. Ofcourseeee with a lot of pleasure tante. That would love too !

Sore itu aku berasa di rumah indo, bisa ngulek mata kepedesan gegara bawang dan cabe, ngelinting lumpia sampe bikin buletan bakso. Subhanallah, the power of nasib dan ras sama mah gini ya. Tante Asa ini ceritanya dulu jadi konsulat di China dan menemukan jodohnya pun sama.

"Kita ini kan hidup ya ngga boleh ngejar-ngejar jodoh, ya dijalani aja. Sampe udah puas tante keliling dunia, udah capee sekarang ya di rumah aja. Anak udah pada gede ya akhirnya harus memutuskan"

Banyak petuah dan pelajaran hidup dari pancaran sosok kesederhanaan Tante Asa, yang biasanya dapur rumah di Italia nih punya mesin buat cuci piring tapi Tante Asa lebih memilih cuci manual pake tangan, karena bikin anaknya males katanya cuci pake mesin tuh. Sampe malemnya kita makan yang santai di depan tv pake ayam kentucky, rendang, bakso, komplit deh pokoknya sama nasi dong ya.



Aku ngobrol sama si Yoga anak sulungnya, eh dia ternyata dulu SD sampe SMP di Malang semua sama adek ceweknya Hafizka, "Dikiro aku gak iso ngomong Jowo, aku arek Malang". Lucky you Yoga ! bisa bicara banyak bahasa kan akhrirnya. Adek bungsunya Matteo sama Fransesco yang ngga bisa bahasa indonesia apalagi jawa.

Ahad, 17 Desember 2017

Hari yang ditunggu-tunggu, ngga sabar ketemu Tante lain dari Indonesia. Paginya aku bantuin nusukin sate, ngga tanggung-tanggung nyiapin makanannya katanya beliau ngga suka ada makanan sedikit kalo ada tamu dateng.


Suami Tante Asa 


Sampe akhirnya tante-tante yang udah jadi ibu-ibu Italia ini dateng sama suami bulenya. Ngga kuat langsung pada ngerumpi campur-campur lagi bahasanya Italia-Indonesia sambil nyantap makanannya. Rata-rata dari mereka udah jadi warga negara Italia. Banyak guyonnya juga haha. Sampe petang juga masih pada betah ngobrol tanpa stop.


Beliau-beliau ini semuanya kaget kok bisa ada anak Indonesia yang dikirim sampe Belluno yang gunung semua ini, pelosok lagi. Yaa cuma aku ikut ketawain aja, but I already love Belluno. Mulutnya sampe bingung mau makan apa lagi, ketemu saudara sebangsa senegara tuh gimana gitu rasanya haha. Waktu petang jam 6-an aku pulang dijemput Mamma Linda.

Tante Asa terimakasih ya, perjalanan hidup Tante Asa luar biasa, doakan aku bisa jago masak kaya Tante, bikin lukisan pake benang yang Tante rela ngehabisin buat bikin selama dua tahun juga semoga aku bisa, bisa sama kaya Tante -masakin buat suami itu nanti bikin suami tambah sayang- ehh doa masa depan gitu Tante hehe.

Semoga aku bisa jelajah banyak bumi Allah lagi, aamiin, siapa pun yang baca ini doakan nggih :)

-

di selesaikan di kota kecil Parcines - Alto Adige 22.54,


Ulima Nabila Adinta
3 Januari 2018






*berlanjut dari Italian Bound (12)

Aku bukan perempuan yang bisa sesering berolahraga selayaknya di exchange year ini. Aku bertaruh dengan dingin sampai bertahan aja masih terus mencoba, alhamdulillah sekarang mulai ngga salah koÅŸtum lagi. Long Weekeng 3 hari libur ini aku kuat-kuatin karena kalo menolak juga sayang kaan,

Ngapain hayo Nabila ?



WALKING IN THE SNOW RIVER





I am beyond grateful, my host family like never let me free, bosen boring abut etc. Hari Jum'at aku di ajak Mamma Linda ke daerah Agordo, buat ke sungai yang harapannya airnya member dan bisa buat tempat kita jalan. Daerah menuju Agordo sampan di Agordo nya ini gunung-gununngnya buas jarang bisa dinaikin, sedikit jalan setapak di sana of course juga banyak binatang buasnya. Sekitar jalannya juga banyak tempat pengambilan besi, sumber daya alam.

Berasa bener-bener di negeri dongeng, seriously.



Sampe membelusuk ke salah satu comune kecil dan sampai di sebelah jalan yang gunung-gunung curam menjulang tinggi di sisi kanan. Saljunya turun rintik lumayan kenceng menerabas wajahku yang -sedang menahan dingin-. It was super like fairy tale ! Ada satu rumah kayu di Tengah pohon-pohon besar yang penuh salju. Bagi Mamma salju yang turun tahun ini tetaplah sedikit, tapi ini tetap bagian dari rasa syukur drainada nega turun sama sekali.



Sungai dengan air jernih biru yang kalo lihat ke arah hulunya ada gunung besar lagi-lagi. Aku jalan dan melompat lewat batu-batuannya. Oh ya aku memilih ber-outfit full blue biar terasa menyatu. Banyak ice-ice yang melancip dari batang-batang yang jatuh ke sungai. Karena engga banyak giacchio atau tempat dimana daratan udah jadi es dan bisa buat jalan, adanya kita malah terperosok.

Pulang dan memilih daerah lain lewat Val di Zoldo yang baal muncul dari arah atas menuju rumah sekaligus selalu ditutup dengan hot-chocolate atau ciocolata calda buat menghangatkan.

LEARNING SKI AGAIN AND AGAIN


Suhu -10 derajat menyambutku, aku bermain lagi di San Pellegrino. Cable car atau apa ya namanya kalo aku sih nyebutnya kursi terbang dan aku naik ituu, gunung-gunung di wilayah Alto-Adige ini memukau sangat. Hadeuh kayaknya setiap wilayahnya bisa aku sebut terus yes like fairy tale but it's real buat makhluk tropis semacam aku. Aku belajar ski kali kedua dennen lebbig percaya, dan mulat belajar menurun. 

Jatuh ? pasti ya, dalam tahapan belalar sesuatu kala kita ngga merasakan sakit gimana bisa ahli dan tangguh, I mean dalam belajar olahraga. San Pellegrino ini berhasil membekukan tanganku, karena ditambah angin yang gede dimana aku bisa liat di atas putihnya salju ini. Kalau aku ngga pake sarung tangan sakit rasanya atuh, beku, dingin sekali.




Aku meluncur jatuh, meluncur lagi jatuh. Belajar bikin bentuk kurva, karena kalo cuma lurus bakal meluncur dengan kecepatan sangat tinggi banget, aku pernah dan hasilnya jatoh hehe. 

The most thing yang aku suka dari San Pellegrino Ski adalah gunung-gunung esnya terasa lebih dekat dan di depan mata. Setelah cuma ngimpiin Swiss ternyata Italy juga punya kokk. Anginnya yang gede cukup menakutkan karena dinginnya ngga ketulung 10 derajat dengan angin itu bak 15 derajat heu-heu. Kursi terbangnya bikin aku jatuh hati walopun belajarnya bikin nyeri tapi nyatanya aku kuat berkali-kali.

Aku masih inget betal anginnya yang bikin semua kulitku merah. Tantangan fisik, semua rasa kali bukan di AFS pas masa SMA kapan lagi coba dapetnya, hehe. Aku bertahan 3,5 jam dan itu termasuk lama samme matahari hampir istirahat dan arena ski mulai sepi.

Kita bertolak pulang setelah mampir sebentar buat membuat badan tetap hidup ke rumah masa Cecil Papa Aurelio di Falcade.

FIRST TIME CLIMBING

Anyway kalo first time engga juga karenadulu tercatat manjat di bangunan baanvak berbatu di pinggir kali sama sepupu-sepupu yang suka maen ke sawah, hehe. Tapi ini jadi kali pertama buat climbing yang general climbing walopun bisanya masih indoor mengingat cuaca dingin dan ada salju kalo di luar. Badanku sebenernya mais pegel habis Ski apalagi bagian kaki tapi melewatkan niat bank Tomasso host-brotherku itu sayang banget.

Tomasso lagi ngajarin ini


Tomasso yang dateng sewaktu prenzo - lunch bikin aku tabah semangat, Oke Bil kamu kudu kuat dong, kayak ke diri sendiri. Tempat belajar pertama ada di Feltre sekitar sejam dari rumah tapi karena akhir weekend jalanan full mobil dan macet, sepulang orang-orang dari Val di Zoldo, Auronzo tau Cortina mungkin. 


kan kaan merah semua ini tangannya haha


Arenanla terlihat kesil dan ngga begitu besar tapi ternyata tingkat kesulitannya boleh juga, aku juga nega manter arena nega ada tali. Tapi aku coba lagi dan lagi, walopun tangannya merah semua. Dikuat-kuatin bil, aku bertahan dua jam -masa iya kan aku ngelewatin quality time for first learning ini- dinding yang ngga lurus yang susah dicapai, selain karena harus kuat menahan badan di posisi terbalik.

Salju malam itu semacam meredakan keringat lelahku, harus tambah kuat dan Senin harus sekolah !

-
Hobi yang aku bungun semakin banyak disini, yang semoga menyeimbangkan fisik dan rohani, semoga di Jogja ada fasilitas memadai nggih setelah aku kembali nanti. Nuhun, Grazie.


tengah malam di kasur empuk,

31 Oktober 2017
Ulima Nabila Adinta
Buka Semangat Baru itu kan harus :)

Mengawali dengan ulangan matematika, pelajaran yang sangat aku cintai really. Walopun di negeri orang ini bukan prekara mudah buat memahami hitung-hitungan angka, tapi mathematica sella buat aku bisa melek, hehe. *walaupun ulandan juga bingung banget like seriously.

KEDATANGAN SAN NICOLO // 5 Dec //




Ada satu hal yang aku baru tau arena aku berada di negara yang hampir masyarakatnya beragama Katolik. Tanggal 5 Desember dipercaya sebagai kedatangan San Nicolo, klau kata guru karate Isabela San Nicolo ini lebih meriah dari Natal karena ada budaya mimberi kano terutama ke anak-anak sedangkan di masa christmas ngga semuanya melakukan itu. Di sentral kota Belluno pun ada orang yang macak menirukan sebagaimana San Nicolo yang dipercayai umat ini. 

Percayalah, aku hanya mengamati barang baru di hidupku ini. Jalan-jalan pun multi berhias #christmasvibes, selayaknya meriahnya Idul Fitri di Indonesia penuh banner atju hiasan ketupat. Kalau di host-family ku aku dikejutkan di tanggal 6 pagi hari, sewaktu mau sarapan pagi ada tumpukan makanan-coklat-galleta (snack ala Italia)- KADO ! Wah wah ada tulisan yang gini, "Per Nabila" 


Literally I know kalo itu dari Papa Mamma tapi Papa bilangnya ini dari San Nicolo, dan isinya buck diary ngga bergaris yang aku idam-idamkan selama ini. Pas banget buk diary tau jurnalku udah habis dan ini menusu buku ketiga, hehe. Tiga hari juga mentiu tiga bulannya aku disini, time flies so fast omg I don't want to come back fast, but I should :(. 

Nah gimana suasana perayaan kedatangan San Nicolo di karate ?




Jadi Hari Kamis tanggal 7 Desember hari normal untuk karate banal ada khusus dari anak-anak dan jam latihanku mundur setengah jam. Aku dateng lebbig awal ternyata banyak orang-tua yang juga ngeliat sesi ini. Aku pun cya,, anak-anak berbaris rapi dan beberapa kasha persembahan duel atau pun engage dengan di bawah komando Silvia dan suaminya Jan Paolo selaku pelatih. San Nicolo duduk di kuis depan mereka dan sewaktu mau berakhir San Nicolo akut latihan bareng mereka.



Last break pembagian hadiah, anak-anak itu keliatan seneng banget ada sosok San Nicolo yang dipercayai dateng itu. Kita pun yang gede dapet hadiah tapi ya tinggal di kasih selepas latihan.

--

Anyway aku bunya libur Long Weekend haha dari Jum'at - Ahad. Semuanya full olahraga jadi aku pisah di part 2 dan tetap menjadi baviaan dari Italian Bound (13). 


Ciao,

30 Desember 2017
Ulima Nabila Adinta





Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Cari Blog Ini

POPULAR POSTS

  • Hari-Hari di Pamulang (3)
  • 2024: a magic of ordinary days
  • Tentang Bisa Punya Waktu Tanpa Libur
  • pagi yang aneh

Categories

AFS Italy 2017-2018 Self Talk Hijrah Malaysia Ramadhan di Italia
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • April 2025 (1)
  • Desember 2024 (1)
  • Juni 2024 (5)
  • Januari 2024 (1)
  • Desember 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (3)
  • Februari 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • September 2022 (1)
  • Agustus 2022 (3)
  • Mei 2022 (3)
  • April 2022 (10)
  • Februari 2022 (1)
  • Desember 2021 (2)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (2)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (3)
  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (1)
  • April 2021 (2)
  • Januari 2021 (2)
  • Desember 2020 (2)
  • November 2020 (1)
  • Oktober 2020 (11)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (2)
  • Juli 2020 (2)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (19)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (2)
  • Januari 2020 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (1)
  • Juli 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (1)
  • November 2018 (1)
  • Agustus 2018 (1)
  • Mei 2018 (2)
  • April 2018 (4)
  • Maret 2018 (4)
  • Februari 2018 (5)
  • Januari 2018 (7)
  • Desember 2017 (9)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (6)
  • September 2017 (7)
  • Agustus 2017 (2)
  • Juni 2017 (12)
  • Mei 2017 (11)
  • April 2017 (6)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (6)
  • Oktober 2016 (6)
  • September 2016 (5)
  • Agustus 2016 (1)
  • Juli 2016 (1)
  • Juni 2016 (6)
  • April 2016 (2)
  • Februari 2016 (1)
  • Januari 2016 (2)
  • Desember 2015 (1)
  • November 2015 (3)
  • Agustus 2015 (1)
  • Juli 2015 (1)
  • Juni 2015 (4)
  • Mei 2015 (1)
  • April 2015 (2)
  • Februari 2015 (6)
  • Januari 2015 (3)
  • Desember 2014 (4)
  • November 2014 (14)
  • Oktober 2014 (2)
  • Agustus 2014 (3)
  • Juni 2014 (12)

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates