“So now close your eyes imagine when you have free time in your home country, you might be don't have any free time but here you have, you have chance. Think more about your self, who you are, what you want to do. Think it,” deep down, he said with sharp eyes then I imagine, “Yes, I might be haven’t free time in Indonesia. I always looking for the time to take a rest and reflection”
Udah sebulan
lebih aku tinggal di Italy lho
Entah kekuatan magis
apa yang bisa men-simsalabim diriku ketemu manusia yang datengnya hampir dari
negeri penjuru dunia. Semuanya kaya ngga pernah terprediksi akan secepat ini,
setiap aku ketemu manusia baru. Aku selalu bilang ke diriku sendiri ketika kadang
merasa rendah diri melanda,
"No Nabila you
will be very strong, you just need to know deeply. Be patient dear"
Ada sebuah kejadian
yang aku anggap keajaiban di bis pulang sekolah Rabu siang itu. Tepatnya 11
Oktober, karena kebetulan kursi sebelahku kosong ada perempuan manis berhijab,
aku persilahkan duduk di sampingku setelah dia meminta. Aku dah sering liat dia
sebenernya karena satu Comune di Longarone, kalo jalan kaki dari rumah ke
rumahnya paling setengah jam-an.
“Are you moslem because
I see you wearing hijab”
“Yes, I am moslem.
Where are yoy from ?”
“So I am an exchange
student, I am from Indonesia. Scusa, Io imparare italiano. Allora parla
piano-piano”
Jadi akhirnya kita
kenalan, nama dia Chaimaa Benaly dia udah 9 tahun tinggal di Italy negara
asalnya Maroko (whatt, aku kaya di dekatkan tentang Maroko, negara islam yang
pingin aku kunjungi). Ternyata ada temennya juga namanya Medina Pitarevic,
muslimah juga tapi belum berhijab masih 16 tahun asal Bosnia. Karena lebih
lancar Chaimaa yang berbahasa inggris, jadinya aku bilang ngga-papa pake bahasa
italy sambil aku belajar. Walopun dua bahasa ngga karuan, tapi obrolan bisa
hangat dan akrab di bis sampe mereka turun duluan. Ternyata ngga aku sadari
Medina bilang liat aku di karate, kita satu karate !
Ketemu mereka jadi kaya
mood-booster tersendiri, ketemu saudara. Kita jadi saling sapa setiap ketemu di
bis pulang sekolah atau pun di karate. Ahh, semesta memang ngga pernah sejahat
itu melempar manusia ke negeri yang jauh tanpa mempertemukannya dengan
orang-orang yang luar biasa. Ternyata dekat itu ngga seutuhnya dengan jarak
yang dekattapi kedekatan hati lebih ampuh, eaaa. Seriously, kalo mau
berjalan masing-masing punya rasa tersendiri.
-
Oke, jadi itu baru
prolog membahagiakan untuk aku menulis lebih lanjut tentang pertemuanku dengan
AFSers seluruh dunia yang terlempar sampai wilayah Triveneto, Italy haha.
Giovedì, 12
Ottobre 2017 - Kamis
Momen yang mendebarkan
karena awalnya aku berfikir, “Bisakah aku dekat dengan mereka ?”
Aku dan Tike diantar
Mamma Linda ke Feltre, tempat dimana bis kita datang menjemput. Tiba-tiba
setelah sampai Feltre Mamma bilang bisnya kemungkinan lambat satu jam. Wah,
lama juga. Akhirnya ditawarin buat keliling liat kota tua dan kecil ini. Banyak
banget bangunan tua di Feltre, beda dengan Longarone yang sempat dihempas
banjir besar Vajont 1963. Kaya sepi ngga ada manusia, ada central kota yang
semacam ada kotak pagar tembok mengelilingi diisi patung di tengahnya. Kita
cari Gelato pun ngga ketemu. Paling ngobrol bercandaan sama si Tike nih, lucu
juga dengerin dia telponan sama temennya.
Sayangnya aku ngga
cukup banyak berkeliling Feltre karena bis udah dateng setengah jam, bukan satu
jam kaya dibilang sebelumnya. Sampe di bus station. Waduuhh aku sama Tike doang
yang ngga pake baju Intercultura. Heuu, yaudaah masuk bisa KETEMU AKBARRR,
haha. Langsung dia tukeran tempat duduk sama si Nabil Paraguay. Hampir samaan
coba namanya, Nabil-Nabila. Awalnya aku sama Akbar udah belajar ngobrol pake
bahasa italy duh tapi habis itu, “udah ah bahasa indonesia aja kangen bahasa
indo, bodo amat si Nabil ngingetin mulu,” kata si Akbar sambil kita dengerin
lagu Indonesia.
Gerombolan AFSers
Thailand ada di bagian depan kenceng banget pake bahasa mereka langsung ditegur
sama si Nabil (lagi), “Hey. So, please speak Italian. Deal ?” nada yang agak
meninggi. Haduh, dia mah udah jago banget juga karena bahasa negaranya Spanyol
yang mirip banget sama Italy.
Sesampai di penginapan kerasa banget udara
dinginnya di wilayah pegunungan Trento. Aku sekamar sama AFSer Polandia,
namanya Marta Stepniewska. Dengan gitarnya dia bisa mengundang banya orang buat
diajak nyanyi dengannya. Dia juga religius sekali, kalau sebelum tidur aku
solat, dia berdoa sebagaimana berdoanya christian. Entah angin apa yang selalu
mempertemukanku dengan teman religius di satu kamar saat acara student
exchange, Amerika atau Italy. Praise to Allah:)
Anyway, bendera Polandia sama Indonesia kan
berbalikan gitu, mereka putih merah. Ngobrol pake bahasa inggris sama AFSers
lainnya berasa surga, padahal kalo pas di Indonesia kadang masih kaku ngobrol
pake bahasa inggris, just because ada
bahasa italy yang masih menjadi hal sulit untuk dipelajari.
Kita berkumpul di lokasi Gym, gedung olahraga
katakanlah, masing-masing mengenalkan diri, bergiliran tiap benua atau bagian
dari benua kaya Amerika Latin, yang ngga totally Benua Amerika. Of course
kebanyakan dari kita ngenalin pake bahasa italy. Oh ya anyway, ada dua orang
yang ngga bisa bahasa inggris jadi volunteer namanya Alice Returnee Costa Rica
translate ke bahasa spanyol. Banyak juga ternyata negara-negara yang pake
bahasa spanyol, kaya Republik Dominika, Paraguay, Columbia, Spanyol ofc,
Honduras, dan banyak lagi. Lucu banget kala pertama itu, kita disuruh nulis
nama binatang yang bakal ditaroh di jidat kanan kita tapi dia ga boleh tau,
nanti dia harus nyari pasangan buat bantuin nebak.
Si Alba anak Republik Dominika kasih aku CAT.
Mamma Miaaaa, apa banget, aing sebel takut sama binatang ini, banyak banget
yang heran. Kalo takut gimana lagi dong ? Lalu kita terbagi jadi empat kelompok
dengan identitas warna, aku yellow. Hari
itu kita berbagi soal Personal Emotions,
Feelings, Host Family dan ternyata kita punya rasa yang hampir sama. Banyak
keresahan, kebosanan, less self privacy
hanya masih satu bulan dan ini hal yang maklum. Tapi dengan berbagi, aku jadi
merasa ngga sendiri dan banyak kok AFSers lain yang sama-sama sedang survive
dan berjuang di sini. Jadi , kalau resah jangan lupa bercerita dan berbagi, ini
hal yang nyenengin banget bisa talk each
other with friends from many countries.
Anyway di kelompokku ada si Luis, dia asal
Republik Dominika (kalau tidak salah, karena dengan Alba) dia ngga bisa bahasa
inggris jadi si Juan Columbia, Nabil Paraguay atau Anna Guatemala sering
bergantian translate. But , ada kata-kata Stefano my favv volunteer kira-kira
begini,
“So now close your eyes imagine when you have free time in your home country, you might be don't have any free time but here you have, you have chance. Think more about your self, who you are, what you want to do. Think it,” deep down, he said with sharp eyes then I imagine, “Yes, I might be haven’t free time in Indonesia. I always looking for the time to take a rest and reflection”
Dangg !
MAKE A WORLD MAP WITH PEOPLE
So, after we shared how’s our countries. Aha,
jadi kita gambar di kertas putih lumayan besar tentang negara kita. Aku dan
Akbar menggambar seterang-terangnya, tentang zamrud khatulistiwa mulai dari
kekayaan bahasanya sampai banyak hal yang memikat dan membuat cinta. Kami berusaha
menyampaikan dengan senyum sepenuh hati dan suara lantang. Bangga ? Iya, banget
hey. Sederhana tapi memikat. Ada suatu fakta yang menarik dan baru aku tau,
FACT : 1) French Fries atau kentang goreng yang
biasa kita makan itu asalnya bukan dari France, AFSers Belgium nih sampe ngotot
bilangnya haha. It’s totally from Belgium
even you find in some city, it is not from France. 2) AFSer China dan
Hongkong berasa mau timpuk, no no ngga selebay itu. Jadi sewaktu China ngenalin
negaranya dia bilang Hongkong as city, eh sewaktu anak Hongkong presentasi
menyanggah perkataan si Chinese then si AFSer China bilang, “Yes, you all can do what you want,”
dengan wajah legawa, haha.
Lalu berlanjut buat peta dunia dengan menempatkan
diri kita di lapangan besar sesuai letak dengan utara yang udah kita ketahui. I
was so incredible, AFSer New Zealand girl Cuma satu jadi terpojok sendiri. Masing-masing
negara nyanyiin kenceng lagu kebangsaan. Wahh
Venerdì, 13 Ottobre 2017 – Jum’at
No phone time. Rachele volunteer ter-powerful
menurutku menyita handphone kita pas sarapan. I know, we need to form a
lifetime bond. Hari itu sesia for talking about : The school from our home country and also here in Italy, Communication,
Start Categories People. Deep, aku jadi mengenal bagaimana pelajar dari
berbagai negeri belajar dan menjalani sekolah, make some friends dan menghidupi
dirinya. Kita berbagi, ngobrol secara tergilir atau pun random. How curious
they,re about the world. How we feel boring in Italy just because we don’t know
what they were talking about. Disitu aku terpacu belajar dan mau lebih mengenal
sekolahku di Italy.
Kita sama-sama merasa bosan, of course dengan
sekolah di Italy yang -teacher oriented-. No another activities except study at
class. That’s why beda jauh sama kehidupanku, but this is diversity. Nanti ya
aku ceritain di lain tulisan soal sekolah di Italy.
Ini jadi hari terasik karena kita mencoba dekat dan
mengobrol satu sama lain. Syiq, mulai main kartu dengan ala banyak negara,
bagi-bagi permainan dari banyak negara. Sampe mainan pake bulu warna Thailand
buat di tendang-tendang dengan posisi melingkar. Then,
MAKE PIZZA
Ini yang puaaaling menyenangkan, kita bener-bener
ada di satu ruangan buat bikin pizza, dan itu menu dinner kitaa. Putaran lagu-lagu
ala Italy sambil bikin adonan datar sambil berjoget riaa dan volunteers
nyebarin tepung jadilah mandi tepung ria. Lifetime bound. Kita sama-sama sedang
belajar menjadi truly Italian. Pizza
Mozzarella yang jadinya ketebelen terus tipis di pinggirnya ngga karuan juga
tsedap kita makan di dinner. Si Katrine Denmark nih makan banyak Pizza, I like
her, how friendly she is dan menjulang kaya Jerapah. Ti voglio bene Katrine !!
this momento would be once in my lifetime.
-
I had chat with Stefano, every one has their own
time to chat with volunteer. I am soo soo grateful, aku bisa dengan hati
ngobrol dengan Stefano yang kalo bicara selalu dengan deep words.
-
Karena kita saking sulitnya I mean ngga gercap kalo
bikin lingkaran jadinya ada session Non
Verbal Communication. Ini permainan teraneh karena kita dibagi jadi dua
bagian di Gym dengan dihalangi matras besar. Masing-masing harus nutup mata
pake syal lalu diberi nomer yang boleh tau hanya diri kita sendiri. Nah, rules
nya adalah kita harus mencari nomer terdekat kita di kanan dan kiri, aku dapet
21 so aku harus nyari nomer 20 dan 22 tanpa boleh bersuara juga melihat. Aneh ?
Iya awalnya tapi akhirnya bisa cepet, aku nyari dengan kasih kode ngetuk sesuai
jumlah nomernya.
Heuuuu, lama sekali ngga dapet-dapet tentunya juga
tabrakan satu sama lain, dan yang pasti “sumpek”.
But akhirnya aku nemu 20 !! entah dia siapa yang pasti di sebelahnya udah ada
banyak orang, sampe akhirnya kita cari dengan tangan masih terikat, We’re connected ! Akhirnya setelah
sekian lama aku dibantu Alice Volunteer buat ketemu nomor 22. See ? We already
connected as round. Jago banget ini ide-nya, boleh dicontoh ya kalo ada yang
butuh outbound. Rachele Volunteer Returnee Denmark made us realice after they
gives back our phone,
“Guys, yes we need phone we need to see another world. But now, we have real world, when you will meet friends around the world. So, who still worrying to have no fire in snapchat or snapgram, you have friends around you now here in this camp”
Sabato, 14 Ottobre 2017
Kalau kamu sebagai anak Indonesia apa yang mau kamu
tampilkan ?
Hari itu jadi the last night that we have, and it
was very sad but full of happiness too. Karena banyak free-time kita lebih tau
gimana memposisikan diri kita dengan gadget. Banyak ngobrol, mainan kartu,
saling cerita dan tanpa ter-plan juga siang bolong kita udah siap sedia dengan
bendera kita masing-masing dan buat foto bareng. Ini bakal jadi foto bersejarah
hidupku, taken by my camera. Then, ada session lucu dimana kita diberi intruksi
untuk buat negara baru dan tiga nilai apa yang bakal kita masukin ke situ. Lalu
berkelompok dan bikin nama negara, sampe kita realize what should we do to be a good world citizen ?
Ada games of drink yang bisa buat mulut keasinan
hanya dengan ngga lebih sepuluh gelas tercampur garam. Yes, dengan cheers gelas
karena ini bagian dari Italian Culture. Jadi
ada di ruangan dengan banyak orang, dan kita cheers dengan aba-aba dari
volunteers “Chin-chin”. Ini jadi
ajang sosialisasi satu sama lain di sebuah acara. Ampuhnya berapa kali aba-aba
bisa bikin seluruh gelas dengan lebih dari 60 orang merasa asin, padahal hanya
gelas biru di awal yang bercampur garam. Ampuhh ugh.
Talent show,
Aku dan Akbar pake baju adat masing-masing dan itu
bikin banyak temen yang kagum. Seberapa Indonesia mentingin banget
nasionalisme, kita nyanyi lagu-lagu ala ornas sambil berjoget ria dan lantang
bersuara. Halo as prolog - Rasa Sayange - Hela Rotane - Gundul Pacul - Pasir Berantai. There’s no tiring time to let them know Indonesia. Sampe Alba, Maisa
Finlandia, Katrine, Edda Iceland kasih tulisan pake kertas. Anak Thailand
apalagi rame sekali, ahaay. Mereka bisa bikin heboh kita, penampilannya jadi
semacam permainan kucing-kucingan haha. Malam itu terasa sangat haru tapi tanpa
tangis. Masing-masing nampilin apa yang mereka bisa.
Sama AFSer Bolivia, semacam sirkus tapi bukan, khas
Bolivia. Asiik sekali, ingin mengulangi. Yang paling lucu adalah volunteers
yang drama-in ala Titanic, lantai dua jadi semacam sweet moments di pinggir
kapal Titanic apalagi tambah backsound yang mendukung.
-
Selesai.
Bagaimana bisa dunia menemukanmu dengan wajah
manusia dari banyak dunia, bisa pasti kalau kamu mau terus berjalan. Kataku ke
diriku sendiri. Pada sesi terakhir kita diminta menemui siapa yang belum diajak
bicara, maka berkenalan lah. That i show AFS connecting lives.
You need to survive here, learn as the best as you
can do. The journey start from us, the culture made it the world, and that the
world is, -Stefano-
What you can do your exchange experience
better ?
AFS ARRIVAL CAMP AFS TRIVENETO
ITALY 2017
Longarone, 27-28 Ottobre 2017
Nabiladinta