Nabiloski De Pellegrini




10 menit lagi September berakhir dari waktu Italy sejak aku menulis ini. Artinya 4 jam 50 menit lalu September sudah berakhir di Indonesia. Tiba-tiba di menit akhir ini aku inget Summer Love - One Direction yang dua tahun lalu jadi lagu yang aku dan 16 temen exchange Indonesia ke US nyanyiin di Farewell buat participants US.

'Cause you were mine for the summer
Now we know it's nearly over
Feels like snow in September
But I always will remember
You were my summer love
You always will be my summer love'

Its real. Deep down, they were our Summer Love in that's Summer 2015

By now, lemme see back my Summer in September 2017,

Lirik itu yang paling memikat. Mengenang September yang penuh pikat, September yang benar-benar mengutukku menjadi Gadis Muda yang sudah memasuki umur diakui sebagai anak gede seantero dunia. Banyak hal berharga di September yang manis-asin-pahit-asem-kecut ahh pokoknya udah kaya campuran makanan dari yang paling enak sampe paling nyenyet di lidah.

But you have to know, feels like princess feels like baby feels like adult feels like anything you would prefer then say to me, I found my Summer Love in September. Mengawali September dengan penuh bahagia gundah juga deg-deg an penuh menghitung mundur seminggu lagi terbang ke benua ketiga, yang berharap bakal feels like truly home there. And see, I was here right now. Terlalu banyak Summer Love yang istimewa di bulan ini. Rasanya banyak yang pingin kusebut Doi, ehe but the most doi yaaa ada laah, ehh noo nggak kok masih single terus hamdalah.

Lagian siapa yang mau sama cewe yang galak kaya gini ? Lol, hahaha

September just made my Roller Coaster of life begins perfectly no one can stop it. September just made me trust to you who always be there for me. September just made me like a baby - young girl tho. September just let me to know Summer turns to Autumn, to see how the leaves falling down as beauty as your life destiny. And how my heart feeling up and down...

Now we know it's nearly over, nothing that I wanna change.

Who's my summer love ?

1. BAPAK-IBU

In a lot of means, mereka terlalu berharga buat di lukiskan disini. Betapa banyak doa-tenaga-keringat-hati-langkah yang tanpa henti memupukku sampai aku terlempar sejauh ini di usiaku yang sangat belia bagi mereka. Mereka berdua yang menginginkan dengan sepenuh hati dan ketulusan supaya putri sulungnya bisa melampaui lebih jauh dari mereka berdua yang bisa menanam benih di kota tempat lahir saja, Temanggung. Dan lihat ? Aku melihat sekelilingku aku bisa terbang lebih jauh, dan bukan berarti Bapak-Ibu tidak, iya mereka berada di setiap langkah, hembusan, nadi yang berdetak dan darah yang mengalir pada setiap tanah yang kujejaki.

Kalau aku bisa, boleh ya nanti aku bawa Bapak-Ibu terbang juga biar merasakan terbang juga dengan pesawat ? Kalau boleh doa pertamaku pada pertemuan September selanjutnya bisa kubawa Bapak-Ibu menunaikan haji di tanah suci.


2. AFS INDONESIA-AFS INTERCULTURA ITALY

AFS will change my life. AFS secara singkat bisa disebut program Pertukaran Pelajar SMA dan sederajat. Tapi, kalau di ulur lebih jauh AFS bukan sesederhana itu, karena AFS aku mengerti hidup bukan sekedar kompetisi, bukan pertarungan siapa yang menang dan kalah. Sejak didudukkan sebagai kandidat sampai aku Officially an AFSer aku banyak mengerti hidup selalu terjadi Roller Coaster.

AFS bridge understanding, aku belajar menyikapi hidup sebagai kehidupan sesama manusia di dunia. AFS melemparku sampai tanah negeri Pizza, sampai aku feels like Alien or Bidadari pun pernah. AFS mengenalkanku membangun hidup dengan seorang diri bukan di negeri sendiri, tapi dunia milik semua kan ? Jangan ragu. Focus to your life here. You would have a life in a year not a year in life, pepatah yang di gaung-gaungkan ke seluruh AFSers di dunia. You know ? It's true.

You build life as not that easy breezy as Instagram feeds say, is not always sunshine and butterflies. You go alone, with no one to hang out but yourself. That's why, be alone but not lonely. Ohh, AFS will change my life.


3. KAMU DAN MEREKA

Iya, cukup kata kamu dan mereka. Yang tidak mampu dilukiskan dengan kata karena segenap rasa yang amat membuncah, mengalir dalam nadi tanpa tapi. Mendukung dengan sepenuh hati selayaknya derasnya air sungai di Longarone, Belluno Italy. Yang menemani dalam suka duka tanpa pamrih dan dengan time zone, yang ternyata 5 jam sangat berarti. Ugh:((

Semoga kamu dan mereka di Indonesia bisa menikmati musim hujan yang dengan lebat membabat banyak hari. Percayalah, nikmati musimnya. Mungkin dengan mendengar lagu indie semacam Aku Tenang - Lagu² Banda Neira - Tulus akan jadi berarti. Seperti aku menikmati dua kali pergantian musim yang sempurna mengkoyak pertahanan tubuhku. Haha, agak lebay sih. Jumpa Juli tahun depan (re: 2018)


4. LA SQUADRA ITALIANA

Perjalanan besar yang kalau tanpa membayangkan bahwa ada juga 18 lainnya di Italy mungkin bakal tersedu berkali waktu, waaa. Haha ngga se-lebay itu sih. Yang kalau curhat dan ngeciwiz segalanya sekarang hanya grup line yang jadi penghubung, yang ber-19 dengan cewe yang kebanyakan cowo be like, termasuk aku haha, di Jakarta-Dubai-Roma sampai persinggahan masing-masing bernyawa buat sampe Juli. Summer Love beneran lohh kalian❤❤

5. HOST FAMILY (DE PELLEGRINI)

Mamma Linda - Pappa Aurellio yang dengan penuh ketulusan dan membuka hidup mereka buat disinggahi gadis jawa ini. Mamma Linda yang dengan sabar ajarin aku bahasa Italy yang iya aku tau puncak gunung masih jauh. Dengan mereka aku disulap jadi anak bungsu yang ditinggal host sisters dan host bro-nya tinggal di luar rumah. Jadi anak bungsu tapi sekaligus tunggal di rumah di tengah banyak gunung yang menjulang di kanan kiri, meskipun Pappa nggabisa speak english Mamma pun yang apa adanya tapi ada kalimat Mamma yang jadi penguatku disini,

"You can see that the human emotions are similar and the humanese joins all the world. In this moment you will overcome all difficulties and -YOU WILL BE VERY STRONG-"

Yeah. Perhaps, I will InsyaAllah. Allah by my side.

6. ALICE TORMEN

Hei to describe her is very strong emotions you will make. Dia bakal jadi yang berharga di exchange yearku. 13 September lalu, karena dia aku bisa lebih tenang dan bisa dengan lebih mantab being like italian haha. Dia yang translate ke english karena nggak paham nya aku bahasa italy. Yang bersedia nemenin aku dan kenal banyak hal tentang Italy dan segala soalnya. Sekolah, pergaulan and anything. Bahkan kasih aku Al Qur'an Italy.

My Six Summer Love. Yeah, turn back the time and see that you're packing your bags, trying so hard not to cry, had the best time and now it's your time to focus to your new life. Build it as meaningful as you can.

Ahh September, bisa hampir utuh makes me feel proud-to be loved-sad-kecewa dan segudang rempah rasa itu. Intinya, aku bahagia bisa menulis ini di saat daun sedang menguning dan berguguran dari pohonnya di musim yang indah :")

Grazie Mille Settembre, I love you so.

Diselesaikan pada 01.10 selama satu jam 20 menit
Back sound : Summer Love


Longarone Belluno,
October 1 '2017

13° Nabiladinta









"Because if something is destined for you, never in million years it would be for somebody else's"

Terkadang seseorang lupa bahwa dia punya rumah
Dia selalu mengingat akan pergi, terus. Setelah perputaran masa mengajarkannya cara berjalan, cara melihat lalu bergerak sampai sebebasnya

Dulu,
Ketika masih belita manusia mengaduh, menangis karena sulitnya belajar berjalan
Ketika dewasa,
Manusia hampir lupa betapa sakitnya banyak kali jatuh belajar berjalan
Bahkan mungkin seluruh manusia lupa cara dia belajar berjalan
Karena Tuhan memang membuatnya lupa supaya manusia belajar makna belajar berjalan dalam arti yang lainnya

Empat tahun lebih lalu,
Aku mengalami luka berat di pergelangan kaki kiri yang membuatku retak kaki belasan senti
Yang sekejap nikmat berjalan hilang seketika
Aku kembali menjadi anak bayi yang lebih kehilangan dan merasakan sakit bertubi sekian hari

Aku mulai menikmati berjalan dengan empat kaki
Masa bulan berotasi satu kali aku benar-benar menikmatinya
Menjadi bentuk salah satu bentuk syukur yang paling besar dalam hidupku
Kembali belajar berjalan seperti anak bayi
Dengan senyum masigul dan kubuat tertawa dengan kawan satu asrama

Sampai,
Suatu ketika aku mulai bisa berjalan terpincang
Aku ditemani kawanku membeli sandal baru, yang hitz kala itu
Aku seperti ingin merayakan -bisa berjalannya aku kembali-
Eh, yang terjadi setelah itu aku kehilangan sandal baruku dua hari kemudian

Aku menangis ? Iya, aku sedih sangat meskipun hanya sekedar sandal baru
Hei tapi bisa berjalan lagi itu seperti sebuah kemerdekaan hidup
Tapi aku berfikir kembali 'masa iya rasa syukur besarku hilang hanya karena barang yang bisa dibeli lagi Bil ?'
Lalu aku melupakan pasal sandal baru itu

Hal yang berlebih pun juga datang bertubi
Dibalik ketidak berdayaanku berjalan kecuali dengan bantuan tongkat
Menanjak dua lantai dari ujung ke ujung untuk ujian kenaikan aku lalui
Memimpin 200 orang tetap aku jalani
Menuntaskan tugas dan ulangan menumpuk aku lunasi

Dan,
Yang terjadi aku mendapat hasil maksimal dalam setiap hal yang aku lewati semasa satu rotasi bulan itu
Kemudian aku merenung kembali bahwa,
Manusia selalu punya kekuatan terbesar disaat kekuatan lainnya sedang lemah tidak berdaya
Tidak dibatasi usia dan sebagainya
Karena keterdesakan membuatnya berdaya secara nurani dan energi
Meskipun ada satu atau lebih organnya yang sedang mati

Aku sempat kehilangan rasa percaya bisa berjalan kembali

Tapi Tuhan selalu mengajariku banyak arti
Termasuk berjalan dalam arti lebih dari melangkahkan kedua kaki dengan energi
Dua tahun setelah itu aku dengan kuat berjalan normal melampaui negara Amerika
Empat tahun setelah itu aku sekarang sudah berada di benua ketiga perantauanku di negeri Italy

Tanpa melupakan arti kembali setelah pergi
Ada rumah yang setia menanti
Jangan ragu dengan sejagad energi
Selemah-lemah kau akan kuat dengan kepercayaan yang terpatri

Jadi, jangan ragu melangkah pergi
Tanpa melupakan rumahmu kembali nanti
Berjalanlah dengan sepenuh hati

Bayi - Anak - Dewasa akan senantiasa menjadi 'bayi' ketika menemui ketidak tahuan
Karena itu kita harus mencari :)

Manusia sejatinya berenergi
Berdiri dengan hati - pergi dengan sepenuh hati


Longarone-Belluno Italy
Nabiladinta, 2017




Dear last summer in 20 September 2017,

It's been a long and tiring week. You deserve some reflection.

Tentang musim yang berganti, matahari yang tidak berhenti mengitari, juga menyinari. Tentang Sang pembolak-balik hati, tetapkan hatiku pada sejagad arti sekalipun penuh misteri.

Musim panas yang penuh arti, panas yang menipis setiap hari di negeri Italy. Musim yang membekukan perempuan tropis ini. Menikmatimu, menyudahimu, lalu menyambut pergantian musim adalah yang baru setelah 18 tahun 19 hari di hidup perempuan tropis ini.

Hari ini akan jadi momen abadi, pergantian musim menuju gugur. Merasakan berada di bumi-Mu dengan kesadaran maksimal. Berpindah dalam banyak waktu di tengah gunung-gunung yang menjulang di kota kecil ini.



Menyadari, kebesaran-Mu tidak akan pernah tertandingi.

Bahwa dalam perjalanan, rotasi, revolusi bumi di tengah jagad raya ini tidak ada yang menetap. Semuanya bisa saja berganti, hati boleh saja terbagi, tidak ada yang tau garis-Mu yang penuh misteri.

Mentaati, mensyukuri adalah sejatinya berbakti. Tidak bersembunyi, tapi kuat menggemakan segala hal untuk menyucikan yang patut disebut suci.

Besok pagi, mungkin daun meranggas, angin terhempas dengan ukuran yang impas, berada di tengah lembah hijau ini menjadi syukur sembah-ku pada-Mu, Rabbi.

Tidak ada yang baru di atas tanah dibawah langit, yang ada hanya berganti atau mengulangi. Selayaknya pergantian musim panas menuju semi.

Nikmati berganti dengan sepenuh hati ya (?)




Longarone Belluno Italy,

Ulima Nabila Adinta
12° , Sept 20



Sejak kedatangan malam itu, pada 10 September aku baru menyadari kalau daerahku di Via Igne Longarone Belluno Italy ini benar-benar di tengah gunung-gunung yang menjulang. Sewaktu jendela kamar aku buka yang terbentang hanya lembah hijau tanpa pencemaran apapun, lestarinya masih sangat terjaga.


Aku seperti kembali menjadi anak kecil yang kebingungan karena banyak tidak mengerti dengan apa yang ada di sekelilingnya. Aku banyak membayangkan, berspekulasi tentang siapa yang akan aku kenal dan akan menjadi manusia yang sangat berarti in my exchange year. Lalu aku memulai dengan berkenalan dengan host family-ku. Percakapan yang sangat mencairkan adalah karena aku membawakan batu-batu Indonesia yang disiapkan Bapak dengan sangat beragam ada 11 batu.


Anyway, aku juga sedikit shock yang ternyata selama 18 tahun aku mengenal Bapak beliau juga koleksi batu-batu dari Indonesia padahal bayanganku aku bakal bawa batu kali biasa buat host family ku, tapi kok kelewatan b aja banget kalo gitu. Let me tell you yeaa jenis batunya yang aku –shock- itu :
  1. Batu Sulawesi
  2. Batu Putih Pantai Indryanti
  3. Nogosuwi, Batu Jawa Tengah
  4. Batu Lintang, Pulau Bali
  5. Pancawarna, Maluku
  6. Batu Gunung, Galunggung Jawa
  7. Batu Pantai Laut Jawa, Pantura
  8. Junjung Drajat, Ambon
  9. Yahman, Batu Kalimantan
  10. Batu Pondasi Rumah Jawa
  11. Fosil kayu terpendam ratusan tahun (nah ini yang paling shock, you know)



Siapa sangka dua orangtua dari dua negara dengan dua benua yang berbeda Asia-Eropa sama-sama pengkoleksi batu dan mereka sama-sama bakal mendidik satu anak yang sama yaitu AKU. Haha, Kalau kata hostfamily ku di email sebelum kedatanganku,



“Can you bring me a bit or sand or earth from your places or a little stone ? I collect earth from all the world to have the world in front of My Eyes”

How excited they are sewaktu aku jelaskan dengan gamblang masing-masing batu dan ditaruh di sebuah botol, jadilah bagian dari jajaran batu dan tanah dari beberapa negara koleksinya.




Pada suatu kesimpulan berarti hostfamily ku anak alam banget yeaaay, walopun aku anak alam amatir tapi ya mirip lah ya. Pagi menuju siang itu juga aku jelasin masing-masing batu dengan buka peta Indonesia, oh ya anyway hostfamily ku juga punya peta banyak dan lengkap sekaligus peta geografi soal pegunungan disini. Mereka jelasin aku dimana posisi Longarone, Belluno dan betapa dekatnya kita dengan Austria. Mereka juga udah mendaki gunung-gunung di Belluno, membatin dalam hati resolusi satu gunung dalam setahun udah cukup banget kok.

Pada hari kedua itu juga kita memutuskan panggilan, aku memanggil Mamma Linda dan Pappa Aurellio. Officially Nabila De Pellegrini, hehe. Jadi anak ketiga yang di hosting ceritanya.

Sedikit demi sedikit aku belajar bahasa Italy mulai dari nanyain barang-barang kecil dan cara ngomong simple yang bakal sering diucapin dalam keseharian.



RESIDENCE PERMIT

Pada hari ketiga kedatanganku aku harus segera mengurus Residence Permit atau Izin Tinggal di Italy selama setahun. Naasnya aku udah 18 tahun which is harus bayar 20 Euro lebih banyak dari AFSers lainnya yang rata-rata masih dibawah 18 tahun. Aku harus bayar 100 Euro, aku Mamma dan host sisterku Anna pergi ke Belluno. Anna ini Returnee Short Program ke Jepang, dia baru aja punya suami hampir setahun sama Dario, Returnee USA. Keluarga Volunteers AFS, maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan ?

Kita dateng ke Post Office yang sedikit ribet di petugas pertama, aku ngga begitu paham apa yang diobrolin mereka. Semua bener-bener masih asing di telinga, terutama bahasa. Kalo kata Anna bagian jumlah pembayaran yang beda sama intruksi dari Intercultura. Walhasil di petugas kedua kita bisa berhasil masuk. Tanggal 26 September aku bakal urus lagi kata Mamma.

Berlanjut menilik ke sekolahku di Instituto G. Renier,

Sekolahku ada di Belluno, sejam perjalanan naik bis. Aku ketemu Daniela, guru yang bakal bantu aku di sekolah juga kepala sekolahnya. Aku masih takut banget waktu bahas sekolah, banyak hal yang ada dalam bayanganku waktu itu. Awalnya aku ditempatkan di sekolah ekonomi sosial tapi ternyata beda gedung dan ngga banyak yang bisa bahasa inggris disana. Semua orang yang ada disitu seakan semua prefer ke gedung utama di sekolah lingustik. Tapi aku bakal dapet fisika, natural science dsb. Kata mereka kalo Italy ku udah better aku boleh pindah, intinya mereka sangat fleksibel. Aku putuskan aku pilih disana karena juga ada Daniela. Jangan khawatir Bil, harus manteb

Entah, apa yang terjadi besok. Dimaklumi ya :)


MAKING COFFE ALA ITALY : MOKA

Hai, jadi bikin kopi di Italy itu unik dan lucu banget. Nama alatnya Moka. Aku diajarin sama Mamma Pappa, jadi ada semacam alatnya. Bagian bawah buat taruh air, lalu ada alat cekung buat naruh kopi di atas air. Nah bagian atas ada yang lebih besar dengan curung di tengah dengan tutup diatasnya. Menaruh air sama kopinya ngga boleh penuh-penuh. Biar siap diseduh harus dimasak di atas kompor. Nanti air dengan kopi bakal naik ke atas lewat curung ditengah. Jadilah, kopi siap diseduh.



Ini cuma ada di Italy. Aku bakal bawa Moka sepulang nanti ke Indonesia, beberapa kali aku buat kopi buat Pappa menjelang sore.


MAKAN APA ?

Jadi hostfamily ku sangat jago kalo masak. Aku sering banget dibikinin Italian Pasta yang itu macem-macem banget. Pun aku ditunjukin jenis-jenis pasta yang ada di dapur. Rasa-rasanya harus jago juga milih resep biar bisa juga racik masakan Indonesia tanpa bumbu instan. Aku bawa kriuk-kriuk dari rumah, jadi penyedap kalo makan makanan sini. Selain pasta aku juga makan ikan, nama makanannta Polpeta e salmone juga ayam namanya Petto Dippolo.




Italy selalu khas dengan makan bareng di meja makan, setiap siang dan malem pasti kita makan bareng. Aku suka banget makan buah anggur hijau habis makan, karena makan peach di Roma sebelumnya bikin aku ngga begitu suka padahal peach tersedia selalu di rumah. Aku juga sempet masak Indomie Kuah buat menghangatkan perut yang berasa Indonesia buat dinner, ahaa.




FIRST DAY SCHOOL , SEPT 13 2017
ISTITUTO G. RENIER

Rabu itu bakal jadi Rabu bersejarah di hidupku. Ketika ketakutan dan grogi datang tanpa henti pagi itu, banyak kekhawatiran. Aku sedikit takut, kalau-kalau mereka asing dengan Student Exchange dan perempuan berjilbab. Tapi nyatanya salah besar, besok-besok siapa aja yang mau student exchange jangan takut, cukup tenang, boleh kita banyak mengkhawatirkan tapi just in case aja. Semua mungkin terjadi, tapi semua juga bisa juga tidak terjadi. Jadi tenang aja, bumi milik bersama haha.

Karena hari pertama jadi sekolah dimulai jam 9, tetep aja aku harus bangun lebih pagi dari sebelumnya. Badanku yang masih belum berkompromi dengan udara di sini yang dinginnya melebihi Temanggung padahal masih summer. Mamma bakal nganter aku untuk hari pertama dan kedua, tapi di hari kedua aku udah harus pulang sendiri. Perjalanan menuju sekolah Mamma sempet berhenti sebentar buat nunjukin aku tiga nama Gunung yaitu Sciara, Serva dan Guzala (ada bentuk semacam jari di puncaknya). How amazing Belluno is, seriously and yaa I love mountains so much.



Sesampainya di sekolah Daniela datengin aku, she really know how was my feeling because her two sons are AFSers in the past. Tiba-tiba ada anak yang datengin pake jaket hijau, ternyata dia baru aja balik dari summer program ke India, call her Alice. Aku dibawa ke lantai tiga di kelas 4 C Lingustic, bisa dibayangkan excited bercampur grogi (?) tapi untungnya Daniela bantu aku kenalin diri ke kelas, aku juga berusaha ngenalin diri dengan bahasa Italy yang masih amburadul be lyk itu. Kebetulan ada peta besar dunia di belakang kelas, aku pun jelasin dimana letak Indonesia yang sangat tropis dan di garis khatulistiwa itu.




Alice baik banget super baik, kayaknya dia bakal jadi manusia berarti di exchange year-ku, aamiin. Dia dengan baik hati dan sabar translate ke bahasa inggris. Sumpaah deh ngga begitu kaya Alien aku di sekolah, karena mereka ngga asing dengan Student Exchange dan ada satu orang di kelas itu yang exchange ke USA. Kata Alice, “Yes, we lost one then you come.”

Sedikit absurd ku berkurang, haha.

Sepulang sekolah hari pertama Mamma kasih aku card bus buat setahun lalu nunjukin di staisun. Naik bis pulang sekolah aku bareng Luna, dia host sisternya si Tike yang tinggal di Provagna, Longarone. Dia ada di kelas 2 economic-socio. Dia ajarin aku bis mana yang harus aku pilih disini. Aku masih berasa tidak enak sewaktu di bis, karena satu-satunya Asian, haha but no problem, hanya butuh waktu aja. Butuh sejam sampai di rumah, bus dari sekolah bakal bawa ke stasiun lalu di stasiun ada banyak angka tempat berhenti bis. Aku pilih nomor 16 biasanya, kalau langsung pulang ke Igne. Sampe hari Sabtu aku masih bareng Luna, dia bener-bener nunjukin sewaktu berangkat sekolah aku harus pilih yang ada tulisan G. Renier karena dia bakal seminggu ke Prancis. Entah, sama team sekolah.




Last but not least, begitulah seminggu-ku di masa exchange year, bakal ada banyak Minggu yang harus aku ceritakan biar semakin menebar kebermanfaatan. Exchange is not always sunshine and butterflies yeaa, nikmati Roller Coaster-nya. Pasti bisa, aku pilih The World In Front Of My Eyes sebagai judul karena sekarang adalah hidup yang benar nyata dan dihadapan mata di bagian dunia yang lain untuk perempuan tropis ini.

-cerita ini akan terus berlanjut, selamat menanti-


Nabiladinta

Longarone, Belluno 15°

Sept 24 2017
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti
Yang pergi, akan kembali




Malam menuju dini hari itu perjalanan besar oleh 19 manusia muda sedang akan dimulai. Apapun yang terjadi di dunia ini selalu berseberangan dengan dua hal, membahagiakan dan menyedihkan. Membahagiakan bercampur aduk bagi yang akan pergi, kalut dan takut tidak bersapa lama bagi yang ditinggal. Kalau kata pepatah bijak, yang ditinggal selalu saja lebih sulit dari yang pergi karena yang pergi akan menemui hidup baru, orang baru dan segala yang baru sedangkan yang ditinggal tetap berkutat dengan kehidupan itu.

Ciyaaa , agak panjang ya prolognya haha.

Karena saat itu, mix feeling pasti terjadi. Aku yang harus menempuh perjalanan darat ditemani Ibu dan adek-adekku menuju Jogja dan di bandara yang aku temui adalah orang-orang yang aku sayangi tanpa tapi. Sebongkah pamit yang penuh arti, membuatku kelimpungan sana-sini karena semuanya terasa dekat, sekali. Buku, tulisan manis, titipan, senyuman nyata yang aku lihat di tahun 2017 sedang terjadi.






Tuhan memang Maha Baik, pesawatku delay 30 menit. Artinya, ada waktu lebih untuk bercengkerama dengan siapa saja yang aku sayangi. Bahkan tangis yang sejadi-jadinya dengan ibu terjadi kedua kalinya, saling meminta maaf dan mendoakan, ahh beliau terlalu berarti. Dengan sedu, bahagia bercampur aduk aku tinggal landas dengan maskapai City Link 15.10 menuju Jakarta. Sendiri,




Punya temen banyak emang beruntung, Kang Hilal kawan yang terkawan nemuin dan jadi penyelamat perutku dengan sekotak ayam goreng di Terminal 2D, ahaa. Thank you anyway kang, tahun depan semoga kita masih bisa jumpa ber-5 dan melanjutkan Ngabuburit Online waktu Ramadhan.

DETIK MENUJU DUBAI

Aku melihat 16 kawan seperjuanganku dilepas orangtua mereka, sedang Izza Akbar dan aku bisanya sendiri menuju Jakarta, ahaha. Tapi memang semesta berpihak ke manusia kecil ini,




“Nabila juga punya Ibu disini,” pelukan Tante Ety Ibunda Ahimsa berhasil menurunkan air mataku, duh. Harus bersegera, grup foto La Squadra Italiana terjepret dengan banyak tangkapan lensa. Check-in daaan kita tinggal menunggu landing, dengan ditemani pempek asli Palembang bawaan Akbar, huwaaa pempek in life banget buatku. Semoga kita ketemu ya di Italy, hmm. Aku dengan penuh waktu menghabisi kuota-ku haha.




Sewaktu pesawat Emirates sempurna take off sempurna aku belum benar-benar sadar kalau petualangan besarku akan dimulai, waktu melesat dengan sangat cepat tanpa sekat. Aku kehabisan semangat buat menikmati hiburan di pesawat, terlelap adalah cara paling nyaman sambil membayangkan para support systems yang terlalu istimewa setahun lebih belakangan ini. Menyisakan Ahimsa dan Rarai yang asyik nonton dan joget-joget sendiri haha. Tanpa terhitung, pesawat landing di tanah Dubai kira-kira burung besar itu terbang memerlukan waktu 8++ jam. 

Time Zone secara otomatis terjadi, hmm sayang dan sayang banget di International Airport sebesar itu ngga ada spot yang showing its real Dubai setelah Izza aku dan Maysa keliling sampe ngehabisin 23 dirham sisa tuker rupiah ke euro dari Money Changer di airport buat beli jus super mahal yang asemmnya Masya Allah rasanya di perut. Kita masih harus menunggu 3 jam-an menuju penerbangan selanjutnya. Jam 09.10 dan lagi-lagi harus delay.

Soal makanan pesawat, just better than my flight to America. Tapi tetep lidahku belum terbiasa.


ITS REAL ROMA






Yaaayyy sekali Roma ya adalah Roma yang dari sejak mainan monopoli cuma ada dibayangan kepala, karena juga jadi yang mahal di monopoli hehe. Siapa sangka seminggu setelah 18 menetap di umurku bisa terjejak kaki mungil ini. Deretan imigrasi yang super rame dan bejibun manusia untung ngga sesak ini, tapi serobot ya tetep terjadi. Apalagi manusia indonesia yang memang terhitung kecil di dunia -__-. Take it easy, aku jadi bisa diterima kalo disuruh benerin pembatas barisan yang lepas naasnya berkali-kali disebelahku, NABILAA UDAH PROOO kata Ahimsa emang sini office nya airport.

Masih belum kerasa, aku udah di Roma, masih seneng masih bareng ber-19 ditambah Kak Irvan yang bakal menghadiri pertemuan besar AFSers di Roma. Para Volunteer menggadang-gadang AFSers yang silih ganti berdatangan dari arah dalam airport. Tangan mereka meninggi bebarengan, seketika kita harus gerak cepat menuju bis.

“Ahh guee gabisa nge-vlog,” teriak si Gandhi sambil bawa duoo kopernya dia. Hahaha rasaaiin Gan, ehh sorry.

Ngga ada yang sempet sibuk yang lain selain bawa koper dengan melaju sangat cepat. Perjalanan ditemani padang kanan-kiri bis juga belum berhasil menyadarkanku kalo ini udah di Roma. Sampailah di tempat bertemunya seluruh AFSers. Merdunya angin Roma membuat kita kalang kabut, dan kita ada di beda hotel yang itu lumayan jauh dan sambil bawa barang-barang yang kita bawa ke kabin pesawat. Daan sebuah kenikmatan yang hakiki buat kita karena ternyata hotel kita ber-wifi sedang yang utama engga. Denger-denger kita ditaruh di hotel yang bagus itu karena anak Indo gampang diatur ngga akan kabur-kabur, dan sisanya ada di tempat utama karena terkunci rapat dan ngga akan bisa kabur.




Malam itu yang terjadi adalah hanya dinner dan berkumpul di hall besar yang karpet menuju gerbangnya aku liat sama kaya di Indo wkwkw. Little ceremony sambutan dari Hosting AFS Italy Diana Maretta dan General Secretary-nya. Istimewanya Indonesia yang ganti baju dengan batik khas kita masing-masing ditengah ratusan AFSers lainnya yang hanya pake kaos. Ada foto beratus manusia terjadi bersama, aku yakin ini akan jadi one and only in my life. Subhanallah




Last group photo Indonesia ada di hotel. Segera banting tubuh ke kasur karena mata kita yang udah ngga nahan dengan jet lag yang super itu :’) lagi-lagi aku Velma dan Zikrina jadi sekamar. Macam apa ini, hahaha. Suasana masih terasa sangat Indo, btw.


LAST GROUP YANG DILUNCURKAN




Hey, iya aku jadi Grup O yang terakhir diluncurkan pada jam 4 sore-an. Senengnya masih ada si Akbar yang satu grup denganku,  hari itu 9 September kita hanya menunggu waktu peluncuran masing-masing. Hati semakin berdebar, ketika masih banyak temen Indonesia aku masih merasakan hangatnya kebersamaan dan ketidak sendirianku disini. Panas dan angin Roma masih halus sampai ke kulit, ngantuk dan jet lag menyerang tanpa henti. Rasanya ingin segera memulai babak baru di rumah-ku in another mean di Italy.

Aku hanya menemukan satu kawan yang juga placement di Longarone, Belluno. Call him Tike, Thailand. Kita banyak akrab dengan Thailand mungkin karena perasaan se-Asia dan new feel yang sama ketika di Italy, juga sama-sama terbang dengan Maskapai Emirates menuju Roma.

Mulai sepi dan sunyi, hanya tersisa grup terakhir yang harus digiring dua bis menuju Roma Termini dan seketika perasaan sudah benar-benar jauh dari Ibu pertiwi dimulai, dan aku tau setahun membuat kehidupan baru bukan hal mudah. Gerbongku dan Akbar terpisah, sebelahku adalah si Tike. Akbar akan berhenti di Treviso jam 20.58 dan aku akan berhenti di Conaglione jam 21.13.

Yang terlihat banyak padang rumput dan daerah seperti tanpa penghuni, ada pun hanya satu dua rumah sebelum akhirnya kereta sampai pada sebuah pemukiman di negeri pizza ini. Beberapa stasiun yang sementara kereta ini berhenti sesaat aku ingat, Fenzione dan San Mariano, sisanya aku terlelap. Aku bingung harus mengendalikan hati supaya sadar kalau aku hanya harus memulai hidup dengan baik disini, finally aku membuka mushaf kecil yang kubawa dari bandara Adisutjipto dari temanku. Si Tike pun sangat mengerti, mengerti karena dirinya dipenuhi dengan rasa penasaran caraku solat dan mengaji. Dia banyak bercerita tentang temannya dari Jakarta yang juga seorang muslim.

Sampai,

Selepas turun dari kereta host family ku langsung mendekati, host dad ku langsung memelukku. Saat itu aku belum tau, akan kupanggil apa beliau nantinya. Malam itu kuhabiskan waktu sejam perjalanan menuju Longarone dengan gerimis dengan host mom ku yang sebentar mengajak ngobrol dengan bahasa inggris yang kaku.




Bismillah, malam itu sempurna aku tertidur pulas di ranjang yang selama setahun akan kutumpangi :)
The journey just started. The journey is not always sunshine and butterflies. We have up and down, enjoy your life in a year dear.



Longarone 14°
24 September 2017


I am Officially an AFSer-

“Jujur mbak masih sering terharu kalau denger Nabila akhirnya jadi berangkat.. Semangat Nabila patut dijadikan contoh anak-anak yang mau exchange. You’re the real MVP (Most Valuable Person). Good luck for a year ahead. We’ll be waiting your success story :))”

7 Sept ’17 WhatsApp 23.47 WIB

detik-detik sebelumkeberangkatan dari Mba Ekki, Sending AFS Jogja

Nabila bukan lagi kandidat AFS yang sedang dirundung gelisah hampir setiap hari bahkan menit detik soal kepastian negara, pun soal kepastian finansial. Sejak aku mendaftar, kenginan dapat negara Eropa terlihat mustahil belum lagi bisa bertahan hidup 10 bulan, bahkan punya kamera buat mengabadikan setiap momennya. But now,

See ? You made it. And you will, twice . –Agnes Galuh to me

Nabila sekarang anak Bapak Ibuk yang bakal exchange kedua kalinya di benua ketiga perantauannya. Asia-Amerika-Eropa (soon, 1 jam 27 menit menuju Roma)

Masa Depan Lima Benua, kaya yang aku pos beberapa bulan lalu, aha.

Nabila sekarang jadi anak Mu’allimaat pertama yang pertukaran pelajar ke Eropa, Italia. Bumi Allah dimana pun kan ? Jangan takut,

Setiap kandidat AFS pasti digadang-gadangkan bahwa kamu masih akan tetap menjadi kandidat sampai duduk di pesawat, akan lebih ekstrem lagi sampai kamu menginjakkan kaki di negara tujuan. Semua mungkin saja terjadi dan berubah seketika. Aku masih ingat dimana saat aku lolos tahap 3, tidak ada catatan tidak berdebar menunggu kepastian negara. Selalu berdebar, mix feeling. Aku hanya berdoa, kamu pasti bisa.

Bagaimana aku me-lobby Umi Unnik selaku Wadir 3 Kesiswaan sehingga sekolah yang tidak diperbolehkan membawa hp akhirnya boleh untukku, supaya aku bisa update soal AFS. Fikirku, kamu harus totalitas Bil, semua pasti bisa diusahakan dengan maksimal. Setelah kandidat Jogja dengan segera dapat negara, Ahimsa di bulan Februari di Italia, Alvita di Thailand, dan Rara di Virginia dimana itu adalah lokasi exchange-ku sebelumnya. Dan aku belum, but remember that everything can be done after.

Aku percaya, aku sedang belajar banyak soal hidup dan teguh mengambil keputusan. Hidup bukan hanya soal bahagia-senang, hidup adalah ketika kita bisa merasakan semua hanya entah kecewa, sedih, bangga dan semuanya.

Hampir semuanya, totally aku persiapkan sendiri dari me-lobby pemerintah tingkat pusat hingga daerah, I do really need their supports. Daan, para support system itu ahh terlalu berharga. Nanti pada waktunya akan aku ceritakan.

Memang tidak ada 10 bulan yang berjalan mulus. Yang aku lakukan sekarang adalah mengahadapinya. Bumi selalu berotasi, matahari bergantian menyinari, musim berganti pada masanya, siang berganti malam, menjalani. Berjalan beriringan dengan siapa pun disini. Bumi Allah dimana pun, Allah menjagamu.

I am Officially an AFSer. Cause you’re the one who will have the journey. But still, we also maintain our expectation. Please don’t compare your journey with others.

Hampir menuju langit Roma
Emirates Airline
1.56 pm, local time



Nabiladinta
Untuk yang datang lalu pergi,
Terimakasih

Semua. Adalah anugerah, menjelang perputaran bumi dan sinar matahari di hari-ku dari Allah satu jam lebih, telah berlalu.

Menjelang 18, gerbang mulai di akui seluruh dunia atas usia yang dibawahnya selalu saja di anggap anak-anak be lyk. Tentang yang telah berlalu nyatanya bisa banyak memberi arti di hari ini. Yang dekat-biasa saja-jauh-pernah bertatap muka tiba-tiba menjadi bagian yang mengingat hari-ku dengan lugu, lucu dan sederhana

Dalam bentuk imaji, tulisan dan apa pun itu. Terlalu berarti. Sampai yang men-scroll down gallery mencari foto lama dengaku atau yang mengabadikan di salah satu sudut kota dengan tangannya, yang terlihat lelah dari guratannya, hehe

Dalam bentuk snapgram ig yang datang bertubi, dari caption yang melekat di hati.

Semoga ya, bisa selalu menjadi juara di hati orang-orang yang mengenalmu kata temanku. Selamat berjalan, ada yang menunggumu pulang, kata temanku.

Satu jam lebih lalu di hitung mundur ke belakang 24 jam menjadi hitungan berarti dan mengikat lingkaran pertemanan di dalam jaring hidupku. Kembali, menuntunku untuk tetap apa adanya dan teguh menghitung enam hari lagi babak baru hidupku akan dimulai. Perjalanan besar, yang di nanti selalu.

Semoga sehat yang (ngga) selalu kata temanku, sakit perlu biar manusia macamku bisa istirahat. Mengingat betambah usia yang mendorongku supaya terus bergerak.

Tetap jadi -Altruis- kata temanku, kosa kata baru haha. Yang peduli orang lain daripada dirinya. Tetap menginspirasi, biar hidupnya tidak selalu menepi karena menjadi arti.

Jangan lemah, tetap kuat dan menguatkan biar kita saling berbagi tidak hanya di peluk sendiri supaya pahala tidak menepi tapi berseri. Hanya soal siapa yang -tangguh- kan ?

Mengingat perjalanan boleh saja ribet soal usia. Boleh, biar membuatku semakin hati-hati dan banyak belajar memperbaiki nanti.

Soal -dia- , boleh saja nanti-nanti yang penting di usia yang sederhana dianggap dewasa ini aku banyak mengenalmu dan mereka, siapa saja sedapatku biar nanti hari di 18 ini tidak menjadi cerita tidak diharapkan untuk beberapa tahun ke depan di usia aku harus dipinang -dia- yang masih abstrak tapi cukup matang dalam bunyi doaku.

Doa, yang kuyakin tidak kunjung berhenti,
Semoga Allah juga merahmati kalian semua, selalu.

Dalam sepak terjang yang serba mengejutkan tetap beresonansi. Tetap berjalan dinamis، seperti makna Allah menciptatan kaki dan tangan-ku.

Tetap bergerak Nabila, jangan lugu jangan juga sok tau. Jadi apa adanya dirimu yha

"Di umur yang sudah ndak anak anak ini. Semoga Allah senantiasa rahmati dan terangi jalanmu. Jalan kita semua"

Terimakasih,
Semoga Allah merahmati kalian, selalu
Doakan aku

Salam 18
01-09-1999

Ditulis pada 1.32 -02091999-
Kampung Kalisat


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Cari Blog Ini

POPULAR POSTS

  • Hari-Hari di Pamulang (3)
  • 2024: a magic of ordinary days
  • Tentang Bisa Punya Waktu Tanpa Libur
  • pagi yang aneh

Categories

AFS Italy 2017-2018 Self Talk Hijrah Malaysia Ramadhan di Italia
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • April 2025 (1)
  • Desember 2024 (1)
  • Juni 2024 (5)
  • Januari 2024 (1)
  • Desember 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (3)
  • Februari 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • September 2022 (1)
  • Agustus 2022 (3)
  • Mei 2022 (3)
  • April 2022 (10)
  • Februari 2022 (1)
  • Desember 2021 (2)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (2)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (3)
  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (1)
  • April 2021 (2)
  • Januari 2021 (2)
  • Desember 2020 (2)
  • November 2020 (1)
  • Oktober 2020 (11)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (2)
  • Juli 2020 (2)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (19)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (2)
  • Januari 2020 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (1)
  • Juli 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (1)
  • November 2018 (1)
  • Agustus 2018 (1)
  • Mei 2018 (2)
  • April 2018 (4)
  • Maret 2018 (4)
  • Februari 2018 (5)
  • Januari 2018 (7)
  • Desember 2017 (9)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (6)
  • September 2017 (7)
  • Agustus 2017 (2)
  • Juni 2017 (12)
  • Mei 2017 (11)
  • April 2017 (6)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (6)
  • Oktober 2016 (6)
  • September 2016 (5)
  • Agustus 2016 (1)
  • Juli 2016 (1)
  • Juni 2016 (6)
  • April 2016 (2)
  • Februari 2016 (1)
  • Januari 2016 (2)
  • Desember 2015 (1)
  • November 2015 (3)
  • Agustus 2015 (1)
  • Juli 2015 (1)
  • Juni 2015 (4)
  • Mei 2015 (1)
  • April 2015 (2)
  • Februari 2015 (6)
  • Januari 2015 (3)
  • Desember 2014 (4)
  • November 2014 (14)
  • Oktober 2014 (2)
  • Agustus 2014 (3)
  • Juni 2014 (12)

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates