Nabiloski De Pellegrini


Kamu tau ?
Aku belum menyadarinya dengan hadirmu yang selalu membayangiku dengan lagumu yang penuh melodi, dengan matamu yang selalu penuh atraksi, dengan tanganmu yang selalu penuh dedikasi kepada siapa pun, dengan kakimu yang siap berjalan kemana pun sejauh kamu ingin mengenal dunia, dengan telingamu yang siap menjadi pendengar yang baik bagi siapa saja, dengan kamu yang selalu bisa mengekspresikan apa maumu sebenarnya, meskipun tanpa jujur sepenuhnya.

Kamu tau ?
Kamu yang seperti itu sudah ke berapa kalinya membuat orang terjatuh lagi tanpa kepastian. Kamu yang seperti itu membuat dirimu seperti punya kekuatan magnet yang bisa membuat banyak manusia mendekat. Karena caramu mengenal manusia membuat manusia saling jatuh hati dan semakin ingin mengenal lebih dalam.

Kamu tau ?
Kelugasan dan ketegasanmu dalam beberapa kali waktu membuatku tergugu. Jurus kendalimu dengan kata-katamu bisa melumpuhkan siapa saja yang mendengarnya demi keadaan yang seharusnya tidak harus serumit itu. Karena caramu menempatkan harkat manusia sesuai dengan zamannya. Kelugasan dan ketegasanmu bisa menyadarkan makna, berfikir dengan hati dan merasa dengan logika, yang mungkin semu (?)

Kamu tau ?
Kehadiranmu dalam banyak momentum membuatku membayangkan, bagaimana jadinya jika ada momentum panjang dimana kamu tidak bisa tiba-tiba dihadirkan Tuhan dihadapanku (?) Ketersediaanmu dalam banyak waktu membuatku meneguhkan doaku supaya dalam banyak waktu panjang ke depannya ada cara lain yang membuat kita : saling menyediakan dan meluangkan ‘in another definition which is the world will show, where we live in. Kata temanku, sekuat kau akan lemah dengan jarak yang menghardikmu dengan rindu.

Bagaimana kamu tidak menjadi nomor rindu teratasku nantinya. Percaya ?
Betapa pun kerasnya waktu yang megurung nafasmu sampai kamu sesak lalu jantung berhenti berdetak, kekuatan dan kepercayaan atas apa pun akan lebih kuat dari yang sekedar bernyawa

Ketika kamu mendefinisikan tanpa mempercayainya, lalu apa artinya ?

Anyway, this is just t-e-r-s-e-r-a-h definition which the word of ‘kamu’ still too absurd. But, you should no : I am never letting my words go and show ‘nothing’

So, It depends on you dear


kemudian kata mengalah kita siapkan supaya alam mengerti sebuah perjuangan tanpa  henti

Bumi Jokja selalu menampakkan kesederhanaannya, dengan kita yang terus bermelodi

Tulisan ini ku tulis di saat siang yang syahdu di alun alun kidul menemani dengan aku yang belum makan siang. Tidak tau bagaimana denganmu, wkwkw. Panggil saja temanku, si Pendekar Benua. Sebutanku yang semoga terwakili dengan mimpinya yang benar seperti sesosok itu.

Si Pendekar Benua, aku tidak tau dia sedang apa detik ini tapi aku tau dia disibukkan dengan latihan yang sudah sebagai rutinitas wajib setiap hari. Hei, yang aku tau setiap sore kamu selalu nihil dari chat bersama teman-teman mu atau mungkin bersama doi mu yang selalu live report kau kabari. Haha. Meskipun ponsel mu kau cek untuk beberapa waktu.

Si Pendekar Benua ini selalu punya cara ampuh untuk mengendalikan dirinya dan hatinya bersama segudang persoalan yang dia hadapi sejak dia menapaki Bumi Jogja. Bahkan mungkin keputusan ampuhnya mampu membuat temannya 'heran'. Tapi bagiku, keputusan-keputusan besarnya bisa membuatku juga belajar darinya, tentang keberanian mengambil sikap dan tidak memperdulikan penilaian orang yang sampai kapan pun tak ada tolak ukurnya.

Dalam banyak hal, kita sedikit mirip atas persoalan dan tantangan. Kita sama sama pernah memimpin ratusan orang lalu pernah dihadapkan dengan sebuah pilihan jabatan yang membuat dilematis melanda, kemudian kata mengalah kita siapkan supaya alam mengerti sebuah perjuangan tanpa  henti. Beberapa kali kita dipertemukan dalam ajang berfikir dan berbagi. Atas sebuah pertemanan, hampir aku tidak menyangka bisa mengenal si Pendekar Benua terlebih berbagi cerita. Kita hampir sama dalam sebuah kepergian yang tidak hanya sekali waktu membuat banyak orang resah dan mencari, karena mungkin meninggalkan tumpukan tugas organisasi. Kau tau, aku menyebutnya "tugas yang mati satu tumbuh seribu"

Dengan temanku ini, aku tidak segan bercerita. Si Pendekar Benua selalu bisa jadi teman hangat untuk mengobrol, tentang apa saja. Tentang cinta remaja, organisasi, sekolah, sampai pemerintah dunia sekali pun. Tanpa jeda sebuah pembicaraan.

Baginya, bumi Jokja romantis dengan martabak yang begitu di sukainya dan wedang ronde yang tanpa alfa di seduhnya. Kisah perantauannya bukan saja penuh kaku tapi penuh liku duri yang membelajari, yang mengantarkannya pada banyak pertarungan di laga pertandingan. Bahkan pertarungan hati yang di gelutinya. Semakin ia mengenal Jokja semakin banyak pilihan yang dihadapi atas masa depan yang terkadang menggundahkan, bukan karena suram tapi karena pilihan yang menggertakkan. Iya bukan ?

Si Pendekar Benua sedang resah berdialog dengan dirinya. Sedang tangguh untuk tetap latihan. Sedang gundah memilih banyak tawaran menakjubkan. Semoga kau di liputi rahmat Tuhan ya. Aku tau, dalam banyak persoalan kau selalu berusaha dewasa dan memikirkannya dengan bijak. Tetap jaga hati, supaya rusukmu tetap bertahan hingga kembali, kepadamu di waktu nanti. Semoga

Kepadamu si Pendekar Benua, yang kau baru saja katakan padaku, "Jogja itu memeluk. Keknya aku mau tinggal di jogja deh dan buka warung tongkrongan pisang coklat atau telur gulung..wkwk"

Dalam perjuangan ada yang harus tetap tinggal dan pergi. Terserah padamu, prinsipnya aku mendoakanmu supaya jangan berhenti berjuang dan tetap menjadi Abdi Persyarikatan. Mau di Jogja dan mau dimana pun itu.

Tanpa rintihan temanmu akan selalu mendoakanmu, seperti apa yang selalu ku katakan kepadamu, "Sebaik-baik pertemanan adalah saling mendoakan"



Temanmu, April 28 2017



Alun-Alun Kidul Bumi Jogja
Ulima Nabila Adinta
((atau yang biasa kau sebut Anggrek))

Tulisan ini dituliskan baru saja oleh temanku, sebut saja dia Si Pendekar Benua. Namaku untuknya yang selalu ku selipkan dalam doa. Seperti kataku kepadanya, Sebaik-baik pertemanan adalah saling mendoakan

Sok atuuh :)) 


Kereta Pasundan, Kiara Condong - Lempuyangan saat singgah di Stasiun Gombong

12.18, Bumi Gombong
-----------

Surga di Pasundan saat senja membersamai.

Tulisan ini di sampaikan siang saat bumi pasundan sedang bersedih dan risau. Usai perpisahan dengan perempuan yang singgah di buminya

Perempuan ku panggil "Anggrek" . Perempuan yang singgah secara tiba tiba hendak mengusaikan suatu urusan yang aku sendiri tak mengetahui urusan tersebut.
"Bumi pasundan di ciptakan saat Tuhan sedang tersenyum".

"Bagiku bandung itu dingin. Jika kamu tak setuju. Gapapa. Itu jadi milikku"

Anggrek meninggalkan jokja hendak bertugas nasional di suatu tempat yang dingin mengundang rindu siapapun termasuk aku. Yang pernah di buat rindu oleh bandung . Bukan karna bandung cantik. Manis ataupun anggun melainkan bandung itu bagaikan rasa yang memeluk tanpa usai, setiap tarikan oksigen dari bandung menghasilkan sebuah eksperimen yang tercampur aduk di dalam diri dan biasa ku sebut "Rindu"

Pasundan terimakasih. Telah membuat anggrek tersenyum. Membuat ia sadar bahwa hidup itu tak hanya berdedikasi di atas kertas dan coretan pena tapi adakala hidup itu harus memeluk alam tanpa tendensi

Anggrek itu suka banget dengan alam, orang yang baru dan suasana yang baru . Itu, membuat banyak kawan sebayanya iiri karnanya. Perempuan yang sibuk dengan dunia internasionalnya tapi tak lupa bahwa alam perlu di sibukkan. Rasanya, anggrek akan tertawa baca ini. Tak apalah, sebab biasanya senang itu terkadang datang saat senyum anggrek tertebar di perjalannnya hingga jokja.

Meski di jalannya, Anggrek sedang galau, risau, gelisah bahkan sampe ga bisa lagi nahan air mata. Sebab kepergiannya singgah ke pasundan meninggalkan banyak tugas bagi organisasinya dan tugas bagi dirinya yang di sampaikan oleh orang tuanya yang sedang santai di rumah sembari makan popmi dibelakang mobil ferari.

Bagiku, itu. Sudah biasa nampaknya di hadapi anggrek. Karna, nuansa bagi dirinya harus sibuk. Dan sibuk baginya itu asik.

Semoga pasundan menarikku pribadi untuk melaksanakan kompetisi asian games 2018, yang itu ga mungkin banget. Karna diriku masih sekolah dan masih telat makan siang
Semoga melalui tulisan ini lalu sampai kepada anggrek, dan anggrek menjadi ingat bahwa. Aku pernah menulis ini dan di bacanya di hadapan layar hapenya di atas kereta pasundan yang akan memulangkannya ke persingghannya yang baginya itu rumah kedua untuk menuai ilmu dan prestasi serta inspirasi.

Temanmu,
2017

Si Pendekar Benua

Bumi Jokja, 11.50
Atas nama Kota Kembang dan segala yang berkembang
Atas nama kawula muda dan perjuangannya
Atas nama sebuah pertemanan

Kawanku,
Kita muda dan akan selalu muda
Kita kaya dan akan selalu kaya
Dengan segala apa yang kita punya
Dengan segala siapa yang kita kenal
Tetaplah merasa kaya

Kawanku,
Detik waktu berjalan sejak hembusan nafas mu ku dan kita bertemu
Bersama tawa kata yang menakjubkan
Atas kita yang tanpa henti memberi makna
Tentang kamu aku kita
Dan tempat kita bermelodi dengan mereka
Mereka yang kita semai dengan tulus
Mereka yang bisa jadi siapa saja sedapat kita tertuai dengan makna
Tersemai tanpa henti

Kawanku,
Percaya tidak percaya
Aku belajar dengan kamu
Aku melihat tentang mu
Aku tertawa karena galak canda
Aku tertampar karena malu
Malu belum menjadi apa apa
Malu belum berbuat banyak hal
Malu menjadi sok besar
Malu menjadi sok menakjubkan

Saatnya bernada dengan aksi
Bukan kata buaian ilusi
Kataku terserah padamu
Tentang malam ini dan detik tak terbatas
Tentang apa yang ada padamu
Jangan lupa untuk menyemai tanpa henti

Kataku terserah padamu
Jangan lupa ingat aku
Aku selalu ingat apa yang ada padamu

dunia dan orang lain tidak akan bisa diminta supaya berhenti menyiasati kita
kecuali merubah diri kita sendiri sehingga tidak bisa diperdaya olehnya

maka cuci dulu mukamu, biar terlihat segar. cuci dulu lukamu, biar tak ada kuman. cuci dulu harapanmu, biar tak ada onar.

Salam punggawa tawa
Pejalan rindu


Ulima Nabila Adinta
Bandung Creative City Forum
Bandung, 23 April 2017
9.23 pm
PERJALANAN TANPA CUTI.

“Pemimpin itu terkadang harus cuti,” Kata Mbaa Jihan, aku menyebutnya Pendekar TS terdepannya Acremiction 91 sore itu. Di sela candaku, Afifah, Mbaa Amal dan Mbaa Jihan ditemani pendekar belia TS Muallimaat yang lagi asyik latihan. Aku timpali, “Ah masaa Mbaa, kok sayangnya saya hampir ngga pernah cuti mimpin,” sambil tarik nafas dalam sembari membatin. Dari zaman SD sampe sekarang yang namanya amanah ngga pernah terlepas dari ngurusin hal kecil sampe berjibun jiwa yang menuntut ini itu. Karena satu rumus memimpin yang aku percaya, memimpin itu memang dituntut untuk mendekati sempurna.

Obrolan singkat tadi berhasil beri jeda buat Nabila. Jeda untuk kembali menengok ke belakang, tentang kebermanfaatan dan kesia-siaan apa yang pernah terlintas. Titahku tanpa cuti semoga memberkati ya (?). Karena itu tidak sungkan untuk mengambil jeda masih menjadi hal sulit di tengah tugas yang mati satu tumbuh seribu. Tapi “Jangan tumbang, jangan sungkan ambil jeda Bil” selalu jadi suggestion words yang ampuh penuh kendali. Kalau dihitung berapa manusia yang pernah bersinergi-kolaborasi-berkreasi denganku, aku lupa sekali kalkulasinya secara utuh:)) Intinya mereka sangat bermakna dan menyemangati supaya ngga takut terabas terus Bil sampai jasad pupus. Keterdesakan yang mengajariku semakin lentur dengan keadaan.

Dulu , 5 tahun lalu aku sempet jadi Wakil Ketua Kelas 6 yang serasa jadi tumbal haha. Secara struktural aku dibawah ketua kelas tapi secara kultural siapa yang ketimpuk banyak kewajiban. So why ? Ketuaku ini terpilih karena konyol dan ampun lutcunya, dia juga karibku sejak playgroup dan jadilah bocah-bocah tetep ngangkat perempuan sadis ini biar kelas ngga hanyut begitu aja. Nangis deh beberapa kali waktu, karena kaum Adam yang ngga berhenti berkicau. Tapi tenang, aku percaya kalo perempuan selalu bisa kok lebih kuat dari laki-laki.
Tapi di titik kelas 6 aku merasa get respected from my dearest class, 6 A. Karena kesukaanku ke alam berhasil nyatuin kaum adam dan hawa. Memboyong dengan apa adanya dan ala kadarnya. Ngga pandang bulu, semua teman, semua boleh ikut. Secara alamiah kaum adam yang paling mengakui komandan perjalanannya Nabiladinta. Kalau pingin hiking ala 6A (sebutan Alyek) report ke aku, dan Ibuku juga jadi ibu kita semua kalau nekat jelajah alam. Di suatu waktu pas kita naik Bukit Tarangan, bukit di tengah Gunung Sindoro dan Sumbing, si Indra hampir kumat asma-nya Ibu langsung bergegas mijetin Indra yang hampir ambruk itu. Ampun ini bocah, sok kuat gitu haha. Udah dijemput Bapak Ibunya tapi tetep mau nyelesein perjalanan sama kita semua.

Rumusnya sederhana aja bagiku untuk sebuah perjalanan, berani nekat dan selalu percaya kita bakal aman kok di perjalanan, selalu percaya banyak orang baik di sekitar kita.

Suatu perjalanan ke lereng Gunung Sindoro di mata air Jumprit, meeting point as always in my home. Naik ke atas masih bisa naek angkot tapi turun ke bawah jangan berharap banyak ada kendaraan umum lewat. Mata Air Jumprit dekatan juga sama Hutan Pinus, banyak om om yang agak ngeri, secara kita masih anak SD yang apalah ini. Jalan aja terus ke atas terus ke arah bawah yang beda jalur sama jalan naik. Then we got a lot of monkeys btw. Sempetnya ada tragedi mutung di situ. Aku jalan ke bawah sendiri dan anak cowo jalan ke atas, si Dinda Hasna nangis di tengah jalan sepi gunung sambil duduk sampe ada Mas nge-motor tril berhenti.  But finally, kita tetep jadi satu lagi.
Nah kan, sederhana aja. Tiba-tiba ada mobil pick up yang bisa kita nebeng. Ngga tanggung-tanggung, nebeng sampai pusat Kota Parakan dan bayar ngga lebih dari 15K. See ?

Banyak perjalanan sekaligus memimpin tanpa cuti yang aku geluti. Aku cuma bisa tergugu di tengah jeda menengok ke belakang ini. Buka Puasa Bersama setiap ramadhan yang hamdalah terus bertambah setiap tahun. Sederhana kan sebuah pertemanan ? setidaknya ada satu komandan yang tanpa henti membersamai meskipun akan bergulir siapa sosok-nya setiap tahunnya. Di tengah kesibukan tanpa tepi yang aku yakin bisa di luangkan tanpa tapi.

Sampai di dunia putih biru dongker, tidak ada masa ke-cuti-anku. Memimpin 200++ anak yang sampai penghujung masa biru dongker tersisa memimpin 195 anak. Bahkan tiada tahun tanpa tangisan. Tiada tahun tanpa hujatan dan kritikan yang menggebu. Memimpin 33 karakter yang mewakili nusantara dengan karakter Jawa-ku yang juga masih amatir ini. Di tengah kepemimpinan ini aku juga terjebak menggeluti dua amanah kepemimpinan, di dunia administrasi organisasi yang minta jeda sebentar saja minta ampun susahnya bersama jadi Kapten satu Bahtera bernama Genetrix 92.

Sampai di dunia putih abu-abu, tidak ada masa ke-cuti-anku. Memimpin bersama kabinet lain untuk ±1000 jiwa. Yang terkadang penuh pergolakan dan keputusan yang membekukan tapi mempertemukanku dengan banyak manusia yang sejatinya selalu penuh arti dari tingkat mikro hingga makro. Overall, semua manusia punya sisi keajaiban yang bisa memunculkan keajaiban yang lainnya di dunia yang selalu bisa dijangkau dengan kekuatan bersinergi. Maka, jangan lupa menyatulah tanpa tapi.

See ? sekarang bisa bernafas lega di tengah tarikan nafas yang super kenceng. Ke-tanpa cuti-anku mengajarkanku untuk tidak lupa beranjak dari satu tempat berpijak ke tempat berpijak lainnya. Untuk tidak lupa berterimakasih terhadap apa saja yang ada di semesta. Dan untuk mengingatkan,

Ingat, ada aku

Ada manusia yang mau terus berjalan, yang terus memerdekakan siapa saja yang merasa masih terbelenggu

Terimakasih,
Jangan lupa ya (?)
Exchange is far from just a personal journey. As a youth ambassador of the program, I have been conscious of the fact that I represent the humanity of America
-Kyra Jasper-
on 2015 : Me and Kyra at Sanur Hotel Bali, Indonesia
Let me say, 

Here is the letter from my friend exchange during my month in America 2 years ago. She is Kyra, Jewish Women that was born as truly American. She already change my stereotype about Judaism. Before I meet her I thought that Judaism is cruel etc, actually not all jewish are bad. Kyra is one of my exchange friend that smart, open minded, friendly, and still keeping in touch with me until now. She has a beautiful journey, after her exchange with Indonesia US Youth Leadership Program she go abroad again with Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study Abroad, full scholarship. KL-YES almost similar with American Field Service (AFS) Intercultural Program. KL-YES and AFS are Exchange Program with one roof, Bina Antar Budaya in Indonesia. I am on waiting date play for AFS as candidate. I hope I could go abroad like Kyra, one of my inspiring friend that always nice to share anything about her life. 

I hope this 'peace message' (as I call) would inspire you all who read my journal haha, the simple is my journey's story, most of post in Marvelous Walker. Walk over the world and you'll find who are you and why you live in except to gives kindness to others. Let's see deeply :))




Dear Nabila,
Here is a writeup that I made !
I hope you and your friends find it informative!! Thanks again, and sorry for taking soooooo long to send this to you :(

My time so far on the Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study Abroad program, which is the reverse exchange program of the YES program for students coming to the US, has been a very challenging and very rewarding experience. I remember the excitement leading up to my departure in the spring and summer of 2016 and about my passions, interests, and intentions of even wanting to spend an academic year in a different country. And announcing this incredible opportunity to my friends and family was very exciting and impressive. But the full magnitude of what it means to leave your home to come to a place that you have never been before, living with a family you have never met, attending a school you know nothing about, in a language that you do not speak, in the context of a culture that you do not understand, with a different set of customs and expectations, without the comforts or the familiarity of friends or family, did not hit me until I stepped foot out of the airplane in Skopje at midnight on August 18, 2016 and realized—this is home for 10 months. 

This drastic change, in essence, dismantles the structure of our previous life, leaving us with many disjointed aspects that we must assemble. It’s a balancing act of learning, then understanding, then balancing, our perceived expectations with our own personal fulfillment. And this process of growth is what I have found to be beautifully challenging and immensely rewarding. That after months of highs and lows, trial and error, tears of frustration and tears of joy, you realize that you have established a community that will be with you through trying times and be genuinely happy during your times of triumph. It’s a mix of time and effort that produces a result that makes a place a home, your host family feel like actual family, and friends you’ve only known for months feel like lifelong friends. 

As with most things, though, exchange is far from just a personal journey. As a youth ambassador of the program, I have been conscious of the fact that I represent the humanity of America. Think about it. Most of our knowledge of other countries and cultures is through the media, and typically relates to current events—which places a lot of emphasis and value on one perspective of a very narrow facet of a place and people. But when I meet others, as an American, I am a face to a name. I am a human interaction and a reference of a large country. And I obviously don’t and can’t represent every American, but I am a reference point for understanding that the American people, like people of all other countries, are kind, thoughtful, caring, and want the best for all. So while no one person can or should characterize the entirety of a culture, my presence hopefully grounds people’s perceptions of America and can view the country, despite all of the current chaos that it has incited and involved itself in, in a positive light.

It’s still wild for me to think that I did not even know that Macedonia was a country before I applied to the YES Abroad program and ranked it highly—and how a little more than a year and a half after submitting my application, Skopje is now my second home. I’ve lived here for 8 months, but I do not pretend to understand the culture to the depth that natives do; I have only been able to understand this culture as far as I can perceive it, which is with minimal language skills, a limited perception of the Albanian sector of the city of Skopje, and being forced to spend 99% of my time in Skopje. But through my daily interactions at school and with my host family, my curiosity, my discussions, and my questions, I have been able to understand a lot about this beautiful and quirky country.
Macedonia is a new country, establishing itself as an independent nation only 25 years ago. It was formerly a part of Yugoslavia, and was the only country of the five countries that formerly comprised the former republic that gained its independence peacefully. But “peace” is rarely a word used to describe the political, economic, and social scenes now. While Macedonia is not engaged in any wars, there has been a lot of heightened tension – especially recently – as a result of a corrupt democracy, horribly poor economy, and recent reports of the current political party wiretapping into thousands of people’s telephone conversations and mail. There is also a lot of tensions between ethnic-Macedonians and Albanians, with discrepancies with collaborating on both sides. 
I have fallen in love with this beautiful country and its people. And that, to me, is the magic of exchange.
-Kyra Jasper-


But the overall cultural feel is rooted in a sense of easy-goingness, calmness, and peace. There is a lot of value placed on social relationships, and it is more uncommon than common to not go out for coffee with friends at least once a day. It is over coffee that people catch up, discuss their ideas, and really bond – verses in, say, the United States where this bonding would occur mainly through club activities and in school.
The school structure differs depending on where you go to school, but something unique that I have experienced by going to my particular public high school is the shift system. Because there are too many students to fit into the school all at one time, they divide the 1st and 2nd year students and the 3rd and 4th year students and have them either go to school in the morning (from 7:30am to 12:30am) or in the afternoon (from 1:30pm to 6:30pm). Every two weeks, the two groups switch. I honestly prefer having it in this way, since the change spices things up and makes it more interesting. 

Unless a student is attending a specialized high school (such as a Medical high school or a Music school, where all four years of their high school career are dedicated towards a specialized profession), students will have to select a “track” to enter for their 3rd and 4th years of high school: science and math track, arts and humanities track, etc.

Additionally, starting from the 3rd grade until their 3rd year in high school, students must take 14 subjects a year—subjects that they continue to take until declaring a track. These subjects include Macedonian, English, Biology, Chemistry, Physics, Math, History, and Art, among others.

Macedonians are very expressive and communicative, and will always be there to help you if you need it and ask for it. The community spirit is thus rooted in empathy and compassion for helping one another.
While there are still problems that the country is trying to address, I have fallen in love with this beautiful country and its people. And that, to me, is the magic of exchange.

Regards,

Kyra Jasper
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Cari Blog Ini

POPULAR POSTS

  • Hari-Hari di Pamulang (3)
  • 2024: a magic of ordinary days
  • Tentang Bisa Punya Waktu Tanpa Libur
  • pagi yang aneh

Categories

AFS Italy 2017-2018 Self Talk Hijrah Malaysia Ramadhan di Italia
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • April 2025 (1)
  • Desember 2024 (1)
  • Juni 2024 (5)
  • Januari 2024 (1)
  • Desember 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (3)
  • Februari 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • September 2022 (1)
  • Agustus 2022 (3)
  • Mei 2022 (3)
  • April 2022 (10)
  • Februari 2022 (1)
  • Desember 2021 (2)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (2)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (3)
  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (1)
  • April 2021 (2)
  • Januari 2021 (2)
  • Desember 2020 (2)
  • November 2020 (1)
  • Oktober 2020 (11)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (2)
  • Juli 2020 (2)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (19)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (2)
  • Januari 2020 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (1)
  • Juli 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (1)
  • November 2018 (1)
  • Agustus 2018 (1)
  • Mei 2018 (2)
  • April 2018 (4)
  • Maret 2018 (4)
  • Februari 2018 (5)
  • Januari 2018 (7)
  • Desember 2017 (9)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (6)
  • September 2017 (7)
  • Agustus 2017 (2)
  • Juni 2017 (12)
  • Mei 2017 (11)
  • April 2017 (6)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (6)
  • Oktober 2016 (6)
  • September 2016 (5)
  • Agustus 2016 (1)
  • Juli 2016 (1)
  • Juni 2016 (6)
  • April 2016 (2)
  • Februari 2016 (1)
  • Januari 2016 (2)
  • Desember 2015 (1)
  • November 2015 (3)
  • Agustus 2015 (1)
  • Juli 2015 (1)
  • Juni 2015 (4)
  • Mei 2015 (1)
  • April 2015 (2)
  • Februari 2015 (6)
  • Januari 2015 (3)
  • Desember 2014 (4)
  • November 2014 (14)
  • Oktober 2014 (2)
  • Agustus 2014 (3)
  • Juni 2014 (12)

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates