Nabiloski De Pellegrini
Tentang Jakarta, tentang kita

Jakarta penuh kendali. Kata temenku, "emang susah ya Bil kalo ke Jakarta nggak punya tujuan", malam itu. Tentang Jakarta ini udah berhasil membuatku semakin percaya keadilan Tuhan. Semakin percaya kalau mimpi itu selalu pantas untuk diperjuangkan, selalu percaya kalau segalanya pasti ada jalan kalau belum sampai titik ujung. Dan semakin percaya indahnya pertemuan yang selalu membersamai. Cerita ini tentang pembelajaran dan pertemuan yang membersamai. Penghujung bulan Desember lalu udah jadi salah satu episode menarik di 2016-ku.

Pagi menjelang siang di tanggal 27, bocah yang masih ala ala an ini nekad aja pergi kesana sini ditemani supir gojek. Aku visit duoo temen kece ku dulu di smk Islam Said Na'um eh disana malah aku ketemu Yunda Mia yang honestly aku dah ketemu di 2013 akhir tahun lalu di Jogja, then baru nyadar pas di Masjid. Beliau Mahasiswi Kece UI yang aku pingin banget bisa nyemplung kesana. Di tengah kunjunganku tiba-tiba kebesit ikut gabung sama anak Kabarat Kecee di Kota Tua. Pamer banget mereka nge-reply story ku mulu terus ngajakin join. Who cares, cuss aja gitu. Agak sedikit sableng gitu di kota orang sendirian dengan duit pas pasan. Sesekali :))  Nyampe juga di kota tua.

Udah berasa bocah ilang aku muter nyari mereka finally mereka ada di tengah lapangan kota tua. Jujur, dari 5 bocah cuma 3 yang tak kenal. Ada si Thoriq Aldi Apis Elita Sifiit, mereka asiik berat. Unpredictable aja tiba tiba bisa ketemu dan jalan bareng mereka di Jakartee. Si Aldi yang jago pegang lensa ga berhenti jepret sana sini. Si Apis juga so welcoming banget to me. Over all, aku bahagia menikmati makan bakso di emperan ibu kota. Ngobrol ala anak Jakartee yang ampun asik juga. Kaya mimpi terbalas sejak 2015 PINGIN ke KOTA TUA.

Then aku udah mutusin mau balik gegara ada promise buat meet up kita duo sekolah Jogja but si Thoriq kaya bikin aku semakin kepingin buat ikut naik busway yang Free itu buat keliling Jakarta mentok sampe Istiqlal, mereka berniat mau melabuhkan diri dulu di Masjid itu. Sedikit nyatet waktu pemandu bis jelasin sejarah kota yang pernah bernama Batavia dan Jakarta. Banyak hal unik di setiap kota, terlebih ibu kota kita ini. Yang aku belajar tentang siang yang penuh keringat buat mengisi perut, tentang pagi yang diburu, tentang manusia yang banyak macamnya.

Berlabuh di deket Istiqlal aku udah di order-in Uber yang anyway aku belum pernah naik, mau feel aja. Kata anak-anak sih well juga like Gojek. Aku udah order sampe Tebet, eh bujuk Abang Uber nya biar ngelewatin Menteng. Finally, berlabuh juga di Menteng 58. Bangunan Menteng penuh kendali di bumi pertiwi ini, kan ? Aku menuhin spiritual moment senja ku di Jakarta di Masjid Menteng. I am the only women there. Karna faktor X barangkali ada Abang Adnan, direktur nya klikaktivis.com yang mau order-in Gojek nyampe Tebet. Alhamdulillaah.

Menyelip di dunia malam Jakarta penuh sesak, penuh asap. Tidak masalah. Sedikit khawatir, banyak temen yang udah nyampe di Hotel Sofyan Inn. Sedikit khawatir takut ditinggal. Sesaat ba'da isya aku terhadirkan di hotel. Cuss ngajakin dinner di kantor Maarif Institute, jatah kita disana. Sampe lumayan malem akhirnya aku juga the only women, mbaa syif mbaa ulek udah balik duluan. Bercakap ria dulu sama 4 kaum Adam totally anak sekolah Jogja sama satu Klaten. Cukup epik. Kita periode 2015-nya Maarif.

Sampe Pulau Kapuk aku banyak bersyukur akhirnya bisa menikmati kasur empuk yang long holiday itu aku terforsir di banyak lokasi abdi. Tentang Jakarta yang penuh kendali, terimakasih telah mengisi. Sebagian kecil pengharapan banyak tertumpah disana. Tentang belajar, hati, mengabdi, dan negeri. Banyak cita mulia terobrolkan disana. Termasuk segelas teh berdua, empat gelas jadinya untuk kita berdelapan. Tentang jalan kaki satu kilo buat menikmati malam terakhir Jakarta. Tentang guyonan dan jujur lugu nya kita yang semoga saling menjaga kepercayaan. Aku tidak menyangka.

Terimakasih Jakarta❤
yang sempat menjadi Jayakarta dan Batavia. 
Mengisi romantisme long holiday akhir tahun lalu-ku, mu, dan kita

“Matematika adalah pelajaran paling dasar dalam Islam. Matematika adalah pelajaran yang paling tunduk dan sujud kepada Tuhan” kata Cak Nun.

Tentang aku dan matematika sudah bersahabat sejak Ibu mengenalkanku pada bangun ruang yang tersimbol dari pintu sebagai persegi panjang, bola sebagai bulat, koin sebagai lingkaran, televisi sebagai persegi dan masih banyak lagi. Aku dan matematika sangat romantis meskipun tidak sampai Olimpiade Semesta yang sangar di nusantara atau dunia. Jejakku mengenal matematika masih segar di ingatan. Bagaimana dulu aku mengeja dan menebak bentuk dari benda sekeliling yang ditunjukkan Ibu. Ibu lebih tau bagaimana akhirnya aku mencintai matematika. Kata Ibu, beliau pernah mendengar kalau ingin anaknya pintar matematika kenalkan dia minimal dengan bentuk-bentuk benda di sekitarnya sejak kecil. Catatan yang semoga selalu teringat sampai nanti aku jadi seorang Ibu.

Bagi kebanyakan orang, matematika adalah perkara sulit tapi bagiku matematika selalu saja jadi perkara yang harus terus dicoba sampai kamu menemukan jawaban dari deretan angka dan logika. Matematika selalu memberikan kepastian.

Tentang aku dan matematika telah mengantarkan pada romantisme mengenal Tuhan. Kata siapa matematika itu pelajaran umum, matematika itu pelajaran dasar yang paling sujud patuh ke Tuhan. Karena bagi matematika 2+8 selalu saja hasilnya 10. Matematika selalu memberikan kepastian. Hanya sekarang kita terjebak dengan teori barat yang memisahkan ilmu umum dan agama, padahal hakikatnya ilmu adalah utuh. Islam selalu beriiringan dengan ilmu. Karena bagiku, islam adalah semesta.

Matematika mengajarkanku untuk mengejar kepastian karena hakikatnya ada sebuah kepastian yang kita tentukan sendiri sejak kita berhitung ilmu matematika. Ada juga logika langit yang bersemayam di analogi ini. Kalau logika langit, apa yang kata manusia tidak mungkin terjadi senyatanya bisa saja terjadi karena Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya dengan segala usaha manusia. Pun matematika dengan segala usaha untuk keras berhitung dan berlogika akan juga menemukan jawabannya. Logika matematika dan langit itu beriringan. Ada kuasa manusia dan Tuhan yang berjalan beriringan. Ada yang selalu bisa di logikakan dan tidak naif di semesta. Dimana pun aku, selalu saja suka matematika.

Pada sekali waktu aku kembali dipertemukan dengan kelas olimpiade matematika, dua atau tiga kali waktu aku hadir dengan banyak kali aku tidak paham, aku tetap suka. Akhirnya aku mengurungkan niat untuk memilih pilihan yang lain, yang tidak berpisah dengan berlogika. Matematika memang mengajarkanku berlogika dengan angka, yang aku pilih adalah belajar berlogika luas dengan melihat dunia dan hal terkecil di sekeliling sampai persoalan hati. Aku memilih kelas debat. Karena tidak memungkinkan menerima tawaran dua fokus, keduanya sama-sama baik untuk kemajuan madrasah dan diriku sendiri. Do what you love and love what you do right ?

Matematika mengantarkanku pada banyak perjalanan kala sekolah dasar. Wonosobo sampai Semarang, beberapa kali waktu di kedua kota itu. Meskipun belum sampai kata juara tapi syukurku sudah selangit. Lebih bersyukur lagi dalam sekali waktu aku berhasil lolos ikut ajang final se-Indonesia di sekolah tersohor. Perjalanan dengan sahabat sd yang penuh logika di pikiran mereka. Beberapa dari sahabatku sama-sama merantau di luar provinsi. Entah, apa mereka masih tetap cinta matematika atau berganti hal lain. Intinya kita pernah sama-sama menikmati euforia bersama matematika.

Sampai sekarang pun matematika tidak pernah menjadi sulit dalam banyak hal. Dari dunia kelas yang kadang aku jatuh terlelap sampai permainan lain yang melugukanku karena banyak yang belum ku pahami, untuk apa matematika ? aku, matematika dan Tuhan selalu romantis sejauh seberapa kamu mencintainya.

Coba ya buat kamu yang membenci matematika, tarik nafas dulu sebelum tersugesti untuk pusing lihat deretan angka yang menyebalkan bukan ? banyak kuasa dan permainan lucu Tuhan terjadi pada hitungan matematika. Banyak logika hidup dan hukum alam yang terlukis dari matematika. Matematika setia dengan takdirnya, karena matematika tidak pernah menolak dan tidak memberikan banyak opsi dengan jawaban atas pertanyaan yang dibuat. Tarik menarik dan hukum perhitungan dalam matematika abadi. Waktu bisa tergambar jelas dan terhitung jelas di mata manusia tidak pernah terlepas dari matematika. Bagaimana Al Qur’an membandingkan perhitungan bumi, langit, dan akhirat dengan matematika langit yang ditunjukkan Tuhan kepada kita.

Lalu, masih mau membenci matematika ?

Jangan lupa matematika itu romantis, bagi alam, manusia dan Tuhan
Bukannya apa yang ada di langit dan di bumi itu senantiasa bersujud kepada Tuhan ?

Where ever you’re, I completely love Mathematics. I am social child of Mu’allimaat. I am the member of pokegram.


PWM Gedong Kuning


March 20, 2017 at 12.46 pm


Kata Ochi, Romantisme Tanpa Tabir

Tentang ini.
Jangan sampai tidak ada padamu.
Tentang ini, nikmati tiap detiknya tanpa mau diganggu. Tentang “romantisme” jadikanlah hanya ada kamu dan Dia. Lewat adzan, lewat sujud, lewat rukuk mu Untuk-Nya. Rugi kalau hanya sekedar sujud, sekedar rukuk, sekedar dengar kumandang adzan untuk menggugurkan kewajiban. Bisa jadi sujud di maghrib tadi adalah kesempatan “ber-romantis-ria” yang terakhir mu bersama Tuhan yang kurang kamu maknai “romantisme” nya. Jangan. Jangan jadi yang tidak dicintai karena “dinginnya” kamu kepada Tuhan yang Maha Romantis.
Muthia Zakky, Feb 15th, 2017


Lalu apa katamu ? 

Romantisme senandung merdu setelah itu. Romantisme dalam syukur penuh rindu, dengan sujud penuh takjub lalu diiringi doa penuh liku, doa yang senantiasa melagu dalam melodi waktu. Seperti hakikatnya kita, karena sebaik-baik pertemanan adalah saling mendoakan.

Lalu apa lagi katamu ?

Si biang keladi pemuja hati, perindu momen suci. Si biang keladi yang tidak tahu diri, mengetuk terus tanpa henti. Sering sekali terlintas sekejap. Katamu cukup mengayunkan romantisme. Kataku setiap waktu bersama punya romantisme, entah akan berujung ke lembah sebelah mana. Aku cukup bersyukur dengan momen. Momen sendiri saat tuhan membersamai, momen berdua saat Malaikat menemani, momen bersama saat romantisme mengabadikan makna pertemanan yang saling mendoakan.

Lalu kamu ingin berkata apalagi ?

Romantisme paling romantis tersadari sejak kediaman bernafasku dekat dengan bangunan suci bersejarah di sisi Kampung Kauman. Karena menikmati lantunan panggilan sucinya yang tidak pernah ternodai. Untuk segera beranjak dan mengambil wudhu, lalu mengemas diri dengan balutan suci di tempat sepantasnya untuk bersujud. Semakin terpesembahkan dengan dzikir tanpa putus-putusnya. Untuk memohon lagi supaya romantisme ini terus terjaga dimana pun di atas bumi di bawah langit.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Cari Blog Ini

POPULAR POSTS

  • Hari-Hari di Pamulang (3)
  • 2024: a magic of ordinary days
  • Tentang Bisa Punya Waktu Tanpa Libur
  • pagi yang aneh

Categories

AFS Italy 2017-2018 Self Talk Hijrah Malaysia Ramadhan di Italia
Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • April 2025 (1)
  • Desember 2024 (1)
  • Juni 2024 (5)
  • Januari 2024 (1)
  • Desember 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (3)
  • Februari 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • September 2022 (1)
  • Agustus 2022 (3)
  • Mei 2022 (3)
  • April 2022 (10)
  • Februari 2022 (1)
  • Desember 2021 (2)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (2)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (3)
  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (1)
  • April 2021 (2)
  • Januari 2021 (2)
  • Desember 2020 (2)
  • November 2020 (1)
  • Oktober 2020 (11)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (2)
  • Juli 2020 (2)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (19)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (2)
  • Januari 2020 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (1)
  • Juli 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (1)
  • November 2018 (1)
  • Agustus 2018 (1)
  • Mei 2018 (2)
  • April 2018 (4)
  • Maret 2018 (4)
  • Februari 2018 (5)
  • Januari 2018 (7)
  • Desember 2017 (9)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (6)
  • September 2017 (7)
  • Agustus 2017 (2)
  • Juni 2017 (12)
  • Mei 2017 (11)
  • April 2017 (6)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (6)
  • Oktober 2016 (6)
  • September 2016 (5)
  • Agustus 2016 (1)
  • Juli 2016 (1)
  • Juni 2016 (6)
  • April 2016 (2)
  • Februari 2016 (1)
  • Januari 2016 (2)
  • Desember 2015 (1)
  • November 2015 (3)
  • Agustus 2015 (1)
  • Juli 2015 (1)
  • Juni 2015 (4)
  • Mei 2015 (1)
  • April 2015 (2)
  • Februari 2015 (6)
  • Januari 2015 (3)
  • Desember 2014 (4)
  • November 2014 (14)
  • Oktober 2014 (2)
  • Agustus 2014 (3)
  • Juni 2014 (12)

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates